CH: 17

2.6K 227 62
                                    

Jungkook belakangan ini mulai rajin kembali untuk pergi ke gereja, datang dengan senyuman lebarnya sembari berdoa kepada tuhan jika ia berharap keadaan percintaanya akan selalu damai seperti ini. Meskipun permintaanya terlihat terlalu memaksakan kehedaknya.

Tapi Jungkook percaya jika dengan selalu memohon dalam doa, mungkin tuhan akan sadar seberapa tulus ia meminta kepada yang diatas sana.

Dengan mengucapkan doa terakhir sembari tersenyum, Jungkook mulai bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari gereja. Dengan membawa sebuah paper bag berisi kue untuk sahabatnya Seokjin yang beberapa waktu ini ia tinggalkan.

Mereka sudah membuat janji didekat gereja yang Jungkook kunjungi, kini hanya perlu menunggu sosok yang ingin ditemui Jungkook untuk datang.

Tidak terlalu lama Jungkook untuk menunggu sosok Seokjin, ia datang sekitar 5 menit setelah Jungkook sudah memilih kursi dan duduk. Tanpa berkata apa-apa Seokjin memeluknya dengan erat, sampai terdengar samar-samar isakan kecil dari bibir sahabatnya itu.

"Hyung kenapa menangis?" Jungkook pun spontan mengelus pelan punggung sahabatnya itu karena ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi.

"Aku pikir, aku tidak akan pernah melihatmu lagi. Sejak awal pun aku sudah mengatakan jika Taehyung tidak baik untukmu dan ucapanku benar kan." ujar Seokjin dengan nada yang kesal sembari membawa kenangan lama tentang pemuda tinggi itu yang menentang hubungan Jungkook bahkan berteriak kencang karena tahu Jungkook hanya diam saja ketika ia dilecehkan oleh Taehyung. Jika kalian lupa, saat perkenalan Taehyung dulu, pemuda itu tidak hanya datang tanpa permisi membobol pintunya tapi juga memeluk Jungkook dengan tidak memakai atasan, jelas itu pelecehan bagi Seokjin.

Jungkook terkekeh. "Iya aku paham maksudmu, tapi lihat aku baik baik saja kan?" ucap Jungkook ingin mencairkan suasana.

"Iya saat ini, bagaimana tidak? kau tega meninggalkanku?"

Dengan melihat Jungkook yang hanya bisa terdiam, Seokjin jelas tahu bahwa semua sudah tidak bisa diubah, semua sudah terlanjur terjadi. Bahkan ia yang bukan siapa-siapa pun tidak bisa menyentuh wilayah Jungkook yang bak sudah terkontaminasi cairan beracun. "Kau hampir meninggal kemarin, kau hampir meninggal ditangan kekasihmu sendiri."

"Hyung, aku memang sakit jika bersama Taehyung. Tapi aku lebih sakit jika tidak bersama Taehyung, begitupun ia. Taehyung malah terlihat lebih sakit jika tidak bersamaku." bela Jungkook, Jungkook memang pintar membela kekasihnya disaat seperti ini.

Disisi lain Jungkook memang benar mengenai ucapannya, mereka berdua memang akan sakit jika bersama, tetapi mereka akan lebih sakit jika tidak bersama. Terlebih sosok Taehyung yang meletakan kehidupannya kepada Jungkook.

Seokjin menghela nafasnya gusar, segala pengingatnya seakan tidak bisa didengar oleh sahabatnya itu. "Begitulah cara kerja hubungan toxic, Jung."

"Kau hancur dari dalam, bak penyakit mematikan. Mereka mengejar imun tubuhmu lalu mulai menghancurkanmu. Hubungan toxic mencari kewarasanmu dan memporak-porandakannya lalu menghancurkanmu perlahan."

"Jika salah satu dari kalian tidak lari, maka hanya menunggu kematian salah satu dari kalian maka hubungan itu akan berakhir kan?" Seokjin mengelus punggung tangan Jungkook. Ia tahu ucapan ini begitu mengacam nyawanya karena berani beraninya ia yang berstatus orang luar ikut mencampuri hubungan seorang Taehyung dan Jungkook. Tapi bagi Seokjin, Jungkook adalah adiknya, dan demi adiknya ia rela mati bahkan jika hal itu adalah konsekuensinya dari mengingatkan sejelas ini pada adiknya.

Tarikan nafas panjang dibuat oleh Seokjin. "Entah, pun aku sadar bahwa menyadarkan sosok yang tengah berada dihubungan toxic adalah hal yang sia-sia. Seperti menyadarkan sebuah batu bahwa ia tidak akan pernah berubah menjadi sebuah pohon. Artinya sekuat tenaga kau berpikir bahwa bisa merubahnya, ia akan tetap seperti itu, karena sifat manusia adalah hal yang mutlak, kau tidak bisa merubahnya, Jung."

Dititik itu, satu butir air mata Jungkook jatuh menyadari satu hal, semua hal yang sudah banyak ia lalui ini adalah kesia-sia an yang memanipulasi dirinya sendiri bersama Taehyung. Ia dan Taehyung memang akan sakit tapi entah sembuhnya akan berapa lama tapi ujungnya mereka harus berusaha untuk sembuh. Tapi, jika keduanya memaksakan hubungan yang sudah sangat toxic ini, akan kah ucapan Seokjin benar?

••

Jungkook membuka pintu apartemen yang pernah menjadi saksi dari keributan yang terjadi malam itu. Bak kaset rusak, ingatannya mulai mengulang setiap kejadian yang terjadi. Mulai dari adu mulut besar, lalu amarah Taehyung yang memuncak, dan berakhir dirinya yang terluka.

Bahkan ketika melihat sosok Taehyung kali ini, dan mendengar kalimat sehangat itu, malah seakan Jungkook sedang tuli dan hanya bisa mendengar ancaman Taehyung malam itu, 'Sejauh apapun kau pergi, maka akan aku seret kau untuk kembali kesini.'

Seakan tubuhnya bereaksi otomatis, di saat Taehyung ingin menyentuh tangan Jungkook, Jungkook spontan mundur dan menghindarkan tangannya agar tidak bisa disentuh oleh Taehyung.

"Kau baik-baik saja? ada hal buruk yang terjadi?" Taehyung tampak khawatir, benar-benar khawatir, tidak ada nada tinggi disuaranya. Namun dikepala Jungkook, ia kini tengah bertatapan dengan sosok mengerikan Taehyung.

Taehyung mencoba untuk menyentuh Jungkook kembali, namun masih sama. Jungkook menghindar dan memilih berlari kearah kamar. Ia bahkan terjatuh ditangga yang membuat Taehyung berteriak, takut kekasihnya itu terluka.

Namun Jungkook seperti sedang dikelilingi oleh banyak iblis disekelilingnya, ia masuk kamar dan mengunci kamar itu, lalu melempar asal kunci itu agar tidak ada yang bisa membukanya.

Dan hari itu diakhiri oleh kebingungan Taehyung yang tidak tahu mengapa kekasihnya seperti ini, hanya terdengar teriakan kekasihnya dan isakan Taehyung yang tidak bisa menerima semua ini.

tbc

long time no see y'all
happy new year, everyone. ini hadiahku untuk kalian ya. have a great day 💗💞

dam

[M] MAKE OUT | TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang