Tiga belas : 13

135 23 0
                                    

Hell Gate adalah lokasi yang didatangi Deriell bersama dengan Gema pada pukul dua malam. Ada dua lokasi Hell Gate milik Defender, dan salah satunya berada di perbatasan kota. Dengan ring bertarung yang berada di bagian bawah, sehingga para penonton berada di lantai atas untuk melihat para petarung saling mencoba untuk membunuh itu.

Menurut informasi, malam ini akan ada hal yang cukup menarik terjadi di sana. Dan juga, Deriell mendapatkan pesan yang menyuruhnya untuk mendatangi aula tersebut. Siapapun orang berisinial 'D' ini, ia sudah pasti sangat memahami Defender.

Lantai dua juga dipenuhi oleh banyak orang. Saling berteriak atas taruhan yang mereka pasang malam ini. Riuh suara, aroma tembakau, dan desak yang mematikan semua bercampur menjadi satu. Itu adalah ronde kesekian yang sudah berjalan sejak pukul dua belas tadi.

Deriell bergabung pada tempat khusus VIP, sebab ia adalah eksekutif Defender. Sehingga ia tak perlu untuk bersusah payah berdesak-desakkan. Gema berdiri disampingnya, memperhatikan dua petarung di bawah sana. Sementara Deriell duduk di sofa, dengan sebotol arak yang baru saja disajikan. Tidak ada eksekutif lain, selain dirinya.

Beberapa saat berlalu, kini babak selanjutnya kembali di mulai, namun dengan pemain yang berbeda.

"Sebagai pemanis, sekaligus puncak acara malam ini! Kami akan menampilkan petarung baru yang berasal dari luar daerah! Saya tidak akan menyebutkan dari mana dan siapa pemain tersebut, tapi, silahkan pasang taruhan terbesar Anda!"

"Mari kita sambut, petarung Deadpool selanjutnya, Bazokaaaaa!"

Riuh tepuk tangan menggila terdengar memenuhi ruangan tersebut. Ini adalah permainan yang mereka tunggu sejak tadi. Sebab, sang petarung adalah kartu emas pada permainan Deadpool. Di mana, sosok bergelar Bazoka itu tidak pernah kalah.

"Ladies and gentleman, ini adalah lawan yang kita semua tunggu. Sambutlah, Golden Prooooff!"

Euphoria semakin menggila ketika nama itu tersebut, sekaligus suasana yang sangat menegangkan. Hingga akhirnya, riuh yang awalnya ramai itu, semakin menggetarkan langit-langit ruangan, kala tudung penutup sang pemain di jatuhkan.

Deriell bahkan memajukan badannya, setelah sejak tadi tak tertarik pada permainan yang ia anggap bodoh itu. Kini, lelaki dengan jaket kulit yang tersampir di siku sofa itu menatap penuh minat arena bertarung di bawah sana. Begitu juga Gema. Baru kali ini, wajah datar itu mengeluarkan ekspresi, meski hanya setipis benang.

"Gak mungkin! Itu seorang wanita!" ujar Gema dengan nada pelan.

Deriell menumpukkan tangannya di bawah dagu dan menggeleng. "Seorang gadis, Gem. Dia jauh lebih muda."

Ia menatap kartu di tangannya. Golden Proof, nama itu tertulis di sana. Seseorang sengaja membawa Deriell pada babak ini. Maka dengan saksama ia memperhatikan pertandingan tersebut. Sikunya bertumpu di atas paha, permainan sudah berjalan. Tampak jelas perbandingan fisik antar dua pemain tersebut. Sang puan sudah pasti memiliki postur tubuh yang lebih kecil. Namun, di beberapa kesempatan tubuh ringan itu sedikit banyak memberikan keuntungan juga.

Gadis yang cukup manis itu -jika Deriell tak salah, usianya setara dengan Alfi- sebenarnya memiliki paras luar biasa. Namun, ia juga memiliki mata tajam yang membara. Rambut panjangnya ia ikat tinggi, dengan anak rambut yang berhamburan mengenai wajah. Terdapat beberapa titik luka di wajahnya. Tebakan Deriell, ia sudah bermain lebih dulu sebelum pertandingan saat ini. Tubuhnya tinggi dan berisi, tapi masih memiliki lengkungan yang sangat indah.

Golden Proof adalah nama panggung gadis itu. Sosok yang hanya memakai Sport bra dan celana pendek hitam, serta perban yang di lilit pada dua tangannya. Tinju adalah bela diri yang gadis itu kuasai. Juga, ia memakai kekuatan kakinya lebih banyak. Pun, pada awal pertandingan gadis itu sedikit kewalahan, tetapi, faktanya ia memenangkan pertandingan.

Pada detik terakhir, sebelum sang lawan benar-benar membuat remuk tubuh si gadis yang berdiri sempoyongan, bahkan nyaris terjatuh itu, ia berhasil membalik keadaan. Dengan perbandingan seperti 7:2 ia menggunakan seluruh sisa kekuatan dengan melayangkan kaki, tepat pada tengkuk sang raksasa, dan membuatnya jatuh seketika. Satu menit sebelum permainan berakhir, Deriell bangkit dari sofa dan meninggalkan ruangan itu, dengan Gema yang segera menyusul.

Langkahnya membelah kerumunan manusia yang berada di tribun penonton, untuk kemudian turun tangga, dan menuju lantai yang sama dengan arena permainan berada. Namun, tujuan Deriell adalah bagian belakang. Tempat ruangan ganti pemain berada.

Sebuah ruangan berukuran lima meter persegi itu cukup bagus untuk ukuran pemain Deadpool. Justru terlihat seperti ruangan untuk pemain kelas atas. Deriell melihat sebuah nama yang berada di meja dekat sofa berada. Golden Proof, nama itu tertulis pada keranjang berisikan baju ganti yang terlipat rapi.

Deriell duduk di sofanya santai, dengan kaki terbuka lebar. Menatap sekitar dengan tenang. Sementara Gema berdiri di dekat pintu masuk. Memainkan ponsel untuk memeriksa sesuatu. Hingga tak berapa lama, pintu terbuka bersamaan dengan gemuruh yang berasal dari luar sana. Seseorang memasuki ruangan, dengan tangan sibuk memegang handuk putih di atas kepala.

Sosok itu jelas terkejut melihat kehadiran Gema dan Deriell di ruangannya. Refleks siaga sontak aktif dalam dirinya. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya sedikit menggertak.

"Athena Hawysia?" tanya Deriell ringan.

Gadis bernamakan Athena itu menatap Deriell dengan kening mengerut. Semua orang yang berada di lingkaran neraka ini jelas tahu siapa dirinya. Namun tidak pernah ada yang tahu nama asli gadis itu.

Deriell justru menarik senyumannya. "Lo kehilangan nyokap lo, setahun lalu karena pembunuhan berencana, kan? Nyokap dan adik lo termasuk salah satu korban tidak berkaitan dengan kasus tersebut."

Seperti bisa membaca raut wajah Athena, Deriell menghela napasnya kecil. Mengeluarkan sebuah kartu nama hitam dari saku jaket. Lelaki itu kemudian bangkit dan berjalan kearah Athena yang menatapnya waswas, memberikan kartu tersebut padanya.

"Gua kasih lo kehidupan yang jauh lebih berguna, termasuk menyelidiki ulang kasus pembunuhan nyokap lo. Pelaku belum ditemukan, kan?" ujar Deriell dengan nada rendah tapi tetap bersahabat. "Hubungin nomor itu kapan saja lo siap."

"Apa yang saya dapatkan? Dan... kenapa Anda tiba-tiba melakukan ini?" tahan Athena ketika Deriell melewatinya.

Langkah Deriell tertahan beberapa saat. "Gue bakal kirim lo ke tempat khusus. Latih kemampuan lo. Pertajam insting. Sampai semuanya sudah siap, kita bakalan ketemu lagi. Sebagai dua rekan bisnis," Deriell menoleh kecil dengan sudut bibir terangkat sinis. "Jadi salah satu dari sembilan orang jenius yang gue punya."

Athena tak sempat menjawab apapun, karena Deriell yang lebih dulu menghilang dari balik pintu. Ia menatap kartu berukuran sembilan centi, dengan warna hitam doff tersebut. Hanya ada dua baris kalimat berwarna putih di sana. Serangkaian nomor, serta sebuah nama. Edler.

***

Deriell menatap sekali lagi papan dihadapannya. Saat ini papan kedua itu sudah di penuhi dengan sembilan foto yang mengelilingi lambang rubah di tengah-tengah papan tulis. Ia mundur selangkah untuk menyilangkan tangan di dada.

Satu foto baru saja ia tambahkan dan diberi sebuah tanda. Athena Hawisya, orang pertama yang menjadi incaran Deriell dalam sepuluh orang jenius yang akan ia buat. Empat lainnya sudah ia dapatkan, dan kini gadis manis tersebut. Kini Deriell hanya perlu meraih empat orang lainnya dalam genggaman lelaki jenius tersebut.

Senyum Deriell terukir sempurna. Setelah The Game, ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Pertama Defender, lalu selanjutnya Death Crew.

"Mari ikuti permainan."

***

DERIELLA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang