Tujuh belas : 17

143 23 1
                                    

Markas utama (era baru) Defender, apartemen studio lantai 2.

Deriell baru saja tiba bersama dengan Gema di apartemen mereka. Lantai dua itu kini resmi menjadi markas utama Defender, setidaknya sampai Deriell menemukan lokasi bagus untuk markas yang lebih besar.

Terdapat beberapa kendaraan lain yang di parkir sepanjang jalan setapak itu. Deriell menaiki tangga samping dan melirik ke dalam restoran china yang masih buka tersebut. Ada beberapa pelanggan di dalam sana.

Cukup ramai suasana di studio itu, mungkin karena ada tambahan anggota. Sebelumnya, Deriell sudah menambahkan satu ruangan lagi di lantai atas, kamar pribadi milik ia dan Alfi. Sehingga, lantai dua itu bisa digunakan seluruh anggota.

Deriell baru saja duduk di kursi biasa mereka rapat, ketika Mufasa datang dan menyerahkan sebuah jaket kepada Deriell. Empat orang yang baru bergabung sudah berkenalan baik dengan Mufasa, Leon, serta Alfi selama satu minggu terakhir. Tepat ketika Deriell meninggalkan markas untuk bertapa di rumahnya.

"Design terbaru, gimana menurut lo?" tanya Mufasa. Ia bertugas untuk menentukan design terbaru untuk Defender.

Deriell membentangkan jaket tersebut di atas meja. Agar seluruh anggota bisa melihat hasil kerja Mufasa. Sebuah jaket kulit hitam dengan lambang Rubah terukir gahar di bagian belakang, melingkari huruf D yang dijahit dengan benang emas. Kilat mata Rubah itu terlihat tajam.

"Apa yang spesial?" tanya Deriell menggeser kursi.

Mufasa menarik Leon mendekat dan menyuruh lelaki itu memakai jaket tersebut. Sementara, ketika Leon sibuk memakai jaket tersebut, dari balik saku jaket lamanya, Mufasa mengeluarkan pisau lipat dan menggores lengan Leon dan membuat lelaki itu menyumpah terkejut. Tidak sampai situ, Mufasa juga menarik ujung jaket Leon dan melepaskan tembakan mengenai jaket tersebut. Dalam jarak dekat, kemungkinan jaket itu akan boloang sempurna.

Deriell memainkan ekspresi wajahnya. Tidak buruk. Jaket itu anti peluru dan juga tahan dengan gesekan pisau. Cukup baik untuk mereka yang terlibat dengan dua kondisi tersebut.

"Ada lagi?"

"Tahan api," balas Mufasa tenang. Ia melambaikan tangan memanggil Leon mendekat sambil memainkan korek. "Perlu di coba?"

Leon melepaskan jaketnya dan melemparkan pada Shabi yang kalang kabut menerima. Ia menunjuk Shabi sambil mengusap bagian bawah hidung. "Giliran lo, newbie."

"Hah?!" panik, Shabi menatap Deriell yang menggindikkan bahu.

"Perlu di coba," jawab Deriell atas kepanikan Shabi.

"Gue juga penasaran," balas Ryder ketika bertemu pandang dengan Shabi.

Shabi menghela napas lemas dan memakai jaket tersebut. Membuat Deriell akhirnya mendengus karena menahan tawa. Ia melambaikan tangan dan mendorong kursinya menjauh.

"Lo gak akan mati semudah itu," kekeh Deriell menepuk pundak Shabi yang seketika menghela napas. Baru saja menjadi bahan bercanda. "Gue gak ngumpulin kalian buat jadi bahan bercandaan."

"Cukup bagus buat saat ini. Tapi, kita perlu bahan yang lebih ringan dan cepat kering," Deriell menunjuk ke arah Gema. "Jaket yang di pakai Gema bisa kering dalam hitungan detik, lo bisa kombinasikan dua bahan itu." Mufasa mengangguk sebagai jawaban. Kini tatapan tertuju pada Ryder. "Perlu ruangan lebih besar? Atau flat ini sempurna?" Deriell menunjuk sekitar.

"Kenapa nanya gue?" sarkas Ryder menyilangkan lengan di dada.

Deriell menaikkan sebelah alisnya. Menunjuk Ryder dari balik gelas minuman. "Karena lo bertanggung jawab atas seluruh transaksi setelah ini."

DERIELLA | NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang