21. Celebration Party

2.4K 308 78
                                    

Disclaimer!

• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.

Cerita ini diketik 8680 kata.

Happy Reading!

***

Kelopak mata Sarah terbuka perlahan-lahan. Ia mulai menghirup udara pagi hari dan melihat sosok Reinal yang sedang tersenyum ke arahnya sambil memangku iPad seperti biasa. Sarah pun ikut tersenyum menyambut paginya.

“Selamat pagi, sayang.” Sapa Reinal sambil mengusap puncak kepala Sarah lembut.

“Pagi.” Balas Sarah. Melihat Reinal yang masih memakai pakaian biasa ia mengerutkan keningnya. “Kamu gak ke kantor?”

Reinal menggeleng, “Erick bantu aku handle kantor. Sementara aku bekerja dari sini.”

Sarah memilih memiringkan tubuhnya dan menatap Reinal lekat. “Aku tuh kapan sembuhnya, ya, kamu tau gak? Aku bete banget di rumah sakit. Aku gak bisa kerja, aku gak bisa beraktivitas kayak biasanya.”

Reinal tersenyum melihat tingkah menggemaskan Sarah. Telapak tangannya mengusap pipi Sarah lembut. “Sebentar lagi juga sembuh, sayang. Sabar ya.”

Sarah mengangguk. “Oh iya, kamu ngabarin Stella gak, kalau aku masuk rumah sakit?”

“Udah, sayang. Dia lagi ngurusin job kamu, dia cancel semuanya, karena dengar kabar kamu masuk rumah sakit.”

“Oh ya? Terus gimana sama brand terkaitnya? Mereka nuntut aku gak?” cemas Sarah.

“Siapa yang berani menuntut calon istriku?”

Sarah memutar bola matanya jengah. “Rei, berhenti membual kayak gitu.”

“Loh? Emang faktanya, kan?”

Sarah kemudian hanya mengangguk, menyetujui apa kata Reinal. Pria itu benar-benar selalu membuat bualan yang Sarah sendiri tidak tau, belajar dari mana pria itu. Tapi yang jelas, Sarah bersyukur karena ia masih bisa menggenggam Reinal, setelah mimpi buruk itu.

Selang beberapa waktu, suster datang ke ruang rawat Sarah untuk membantu perempuan itu bersih-bersih. Reinal tersenyum ketika Sarah sudah selesai mandi, perempuan itu makin tampak cantik saja. Tapi yang masih menyayat hatinya adalah bekas tanda cekikan di leher Sarah itu masih berbekas.

“Sus, abis ini jadwalnya sarapan, kan?” tanya Reinal.

“Iya, Pak. Habis ini Bu Sarah sarapan.”

Reinal mengangguk kemudian beranjak dari kursi, “Aku ke Gara dulu, ya, sebentar. Ada yang harus ku urus. Mama sebentar lagi kesini sama Ael katanya mau gantian jaga kamu.” Jelas Reinal lalu setelahnya mencium kening Sarah yang masih terduduk di tepi ranjang.

“Hati-hati,” ujar Sarah, karena hanya kalimat itu yang terlontar dari mulutnya.

Reinal mengangguk kemudian mengusap pelan rambut Sarah dan berpamitan pada sang suster yang menjaganya. Reinal juga memberi pesan pada Ben dan Coki yang ada di depan ruang rawat Sarah untuk memantau siapa saja yang berkunjung untuk menjenguk Sarah.

“Ben, Coki. Saya pergi dulu. Kalo ada yang mencurigakan langsung hubungi saya atau Gara.”

“Iya, Bos. Siap. Hati-hati.” Kata Ben dan Coki bersamaan sambil ngebow ke arah Reinal.

Sementara itu, Sarah yang sedang memperhatikkan setiap aktivitas sang suster karena tengah menyiapkan sarapannya serta obat-obatnya di atas nakas pun tak mengalihkan pandangannya.

Our Home [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang