|SIBLINGS|

7.3K 842 18
                                    

Aku nulis cerita ini emang dengan prinsip tell and show. Jadi emang nggak ada yang terlalu ditutup-tutupin. So, plotnya kembali ke praduga kalian masing-masing ajalah, wkwkwk

•••••••

"Buset, beneran dah punya bini lu?"

Ucapan Mpok Tarti seolah sudah menjadi sound selamat datang setiap Angkasa membuka ruang rawat inap ini. Tampaknya mpok Tarti tak ada jengah-jengahnya untuk menggoda Angkasa.

"Iya, bininya dua, hebat kan?" sahut Angkasa seraya merollingkan mata. Ia berkata demikian karena yang ia boyong menghadap sang Ibunda hari ini tak hanya 1 orang, melainkan 2 orang, yakninya Alea dan Alaska.

Mengabaikan Alaska yang hampir mengumpat karena secara tak langsung Angkasa mengatakan ia sebagai istrinya, Angkasa tetap melangkah pada ranjang paling ujung, menebar senyum penuh kasih pada pujaan hati pertamanya. Lalu beralih menatap sengit pada Lintang yang asik-asiknya bergelung di pelukan Ibu.

"Bun, sesuai janji, Angkasa bawa Alea ke sini," ujar Angkasa seraya meletakkan bingkisan buah markisa serta satu pot kecil yang tertanam bunga forget me not ke nakas. Ia lalu menarik 3 bangku ke dekat ranjang Zera dan mempersilahkan dua kakak beradik itu untuk duduk.

Zera tersenyum cerah, ditariknya Lea yang tampak kikuk agar lebih mendekat padanya.

"Alea nya cantik ya, Dek. Putih, bening, geulis," pujinya dengan mata berbinar. Alea yang cantik dan manis bersanding dengan putranya yang rupawan, seketika otaknya sudah berkelana memikirkan seserahan apa yang akan ia berikan pada keluarga Alea kelak.

"Iya, Bun," jawab Angkasa sekenanya.

Lintang yang tengah berleha-leha di ranjang Zera menatap penuh selidik pada Angkasa yang wajahnya tampak begitu flat. Tangannya tanpa bisa ditahan menoel-noel pinggang sang Adik.

"Apaan?" tanya Angkasa merasa terusik.

Lintang memberi kode pada Angkasa untuk menunduk agar bisa lebih dekat dengannya. Tak ingin membuat keributan di depan Zera, Angkasa menuruti permintaan kakaknya itu.

"Kayaknya lo kepaksa sama dia, cewek lo buat gue aja ya." Lintang berbisik sangat pelan.

Angkasa sontak melotot horor. "Dia masih SMA, jan jadi pedofil lo, Bang," ujar Angkasa balik berbisik.

Wajah Lintang mendadak muram, kembali ia lirik gadis bernama Alea itu yang tampak masih terjebak di fase 'wawancara' bersama ibunya. Jika dilihat-lihat, badan mungil gadis itu memang memperlihatkan seberapa belia usianya, kurang serasi dengan dirinya yang memiliki postur tinggi dan tegap. Namun, bila ditelisik lebih jauh lagi ... memang tidak cocok sih.

Tapi Lintang ingin.

"Aelah, si Alea paling beda 3 atau 4 tahun doang sama gue, bisa kali, Dek." Lintang merollingkan bola matanya. Entah apa yang terjadi dengannya, setelah melihat mata sang Ibu yang begitu berbinar-binar saat bercengkrama dengan Lea dan raut wajah Angkasa yang justru terkesan tak suka disanding-sandingkan dengan gadis itu, tiba-tiba saja jiwa merebutnya memberontak.

"Nggak bisa cari yang seumuran apa?" tanya Angkasa dengan tampang sensi. Kakaknya ini perlu diwaspadai jika sudah menginginkan sesuatu.

"Kok lo sensi sih, Dek? Bukannya kalian cuma pacaran pura-pura ya? Daripada lo ngasih harapan doang ke Mama, mending si Alea buat gue aja, langsung gue wujudin dah keinginan Mama. Kayaknya Mama pengen banget Alea jadi menantunya," ujar Lintang dengan tampang tengil. Tadi Zera memang menceritakan perihal Angkasa yang berpura-pura pacaran.

Angkasa berdecak kesal. "Tapi Bunda ngeship Alea sama gue, bukan sama lo, yakali-"

"Atau Lea mau sama anak Tante yang lain? Sama ini aja, ini namanya Bang Lintang, nggak jauh beda kok usianya sama kamu."

Living with Brothers  [TAMAT]✓Where stories live. Discover now