.
.
.
☕“Ini untuk yang terakhir kalinya aku bertanya, apa kau serius ingin ikut denganku ke Itali?”
Axel mengangguk pelan, “Ya, aku sudah nyaman denganmu, Cassie..” lanjutnya menatap netra hazel dihadapannya begitu dalam.
Cassandra tersenyum simpul, ia memakaikan Axel topi hitam dan juga masker, membalut tubuh itu dengan coat hitam. Setelahnya ia mengencangkan tali dari boots yang dipakai Axel yang sedikit longgar.
Malam ini, mereka akan terbang ke Italia. Cassandra sudah memantapkan hatinya dengan membawa Axel bersamanya. Katakanlah gila, tapi anak laki-laki itu sudah terlalu jauh memasuki kehidupannya, lagipula Axel ikut atas keinginannya sendiri, Cassandra tidak pernah memaksanya. Apapun risikonya, akan Cassandra hadapi demi menjauhkan Axel dari para sindikat kejahatan itu.
Dengan bantuan beberapa orang kepercayaannya, mereka akan mengikuti jam terbang malam dengan menggunakan pesawat pribadi.
.
.
.
“Boss.. Mereka sudah meninggalkan villa itu pukul tiga sore tadi, sekarang gadis itu akan menuju bandara hang nadim,”Faris mengangguk paham, “Lanjutkan tugasmu, terimakasih banyak untuk informasinya,” ujarnya pada pria yang duduk di samping kemudi mobilnya.
Anak buah Faris yang baru saja melapor itu turun dari mobil Boss-nya untuk kembali melanjutkan tugasnya.
Setelah kepergian anak buahnya, Faris mengambil ponsel dari balik jasnya, ia menekan beberapa tuts angka sebelum suara seorang pria terdengar di balik sana.
“Hallo, Nick..”
“Beritahu Marcel jika Cassandra tidak membawa Axel ke bandara, gadis itu akan melakukan transaksi dengan sebuah kelompok di Nagoya,” ujar Faris dengan suara dinginnya.
“Boss?”
Faris menaruh jari telunjuknya di bibir saat salah satu anak buahnya yang duduk di jok kemudi menatap terkejut atas ucapannya. Ia menginstruksikan agar anak buahnya itu diam saja dan mengikuti rencananya.
“Kenapa kau berkata sebaliknya?” ujar anak buahnya kembali berkomentar saat Faris menyelesaikan sambungan telponnya dengan Nick.
Faris tidak menjawab, ia malah membuang muka untuk menatap kearah jalan raya lewat jendela kaca mobilnya. Kata-kata Elthan selalu terngiang di benaknya hampir setiap malam. Sebenarnya Faris sendiri tidak yakin dengan keputusannya saat ini, Marcel pasti akan menuju ke Nagoya, itu berarti Cassandra memiliki banyak waktu untuk melakukan penerbangan ke Itali dan membawa Axel pergi.
“Maaf, Marcel,” gumamnya lirih, ia sadar tindakannya saat ini sama saja telah mengkhianati adik sepupu istrinya itu.
.
.
.
Pukul 17.50 Cassandra sampai di bandara Hang Nadim, ia memakai jaket kulit berwarna hitam dengan celana jeans warna senanda yang dipadukan dengan boots berwarna hitam pula. Tak lupa ia memakai topi dan juga masker hitam seperti Axel untuk menutupi area wajahnya.Pesawat mereka akan bording sekitar pukul 19.25, Cassandra harus segera melakukan cek in supaya mereka cepat menaiki pesawat sebelum ada yang mengenalinya.
“Cassie, aku ingin ke toilet sebentar,” ujar Axel tiba-tiba.
Cassandra menghela nafas, “Nanti saja di pesawat, ya, Axel?” timbalnya. Cassandra hanya tidak ingin mereka melakukan banyak aktivitas diluar, ia takut jika ada mata-mata yang tengah mengawasinya.
“Hng?” Axel mengeryit, ia melepaskan tautan tangannya dengan wanita dewasa itu. Padahal kan ia hanya ingin buang air kecil, masa tidak boleh sih?
“Baiklah-baiklah, ayo...” seru Cassandra akhirnya mengalah. Akhirnya ia menuntun Axel untuk pergi ke toilet.
.
.
.
Axel memasuki salah satu bilik toilet, sesampainya di dalam; bukannya buang air, ia malah menduduki closet yang masih tertutup. Anak itu mengeluarkan sesuatu yang melingkari lehernya; Axel kini menatap bandul singa bermahkota dari liontin pemberian ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tembakan ke-2 | LITTLE MAFIA [END]
RandomStart : 29/01/22 Finish : 04/12/22 ** Sekuel dari KILL THEM | GOT HER! ** Sebelum baca cerita ini, aku saranin kalian buat baca "Kill Them | Got her!" terlebih dahulu, biar pas kalian baca cerita ini jadi nyambung. _____________________________...