29. Ending

1.9K 106 15
                                    

.
.
.



“Kau sudah memenangkan peperangan itu dua kali, Marcel.”

  Yang dipanggil namanya melirik, Marcel mendapati isteri tercintanya tengah berjalan kearahnya. Ia menaruh gelas wine yang sebelumnya di genggamnya pada meja bar di sampingnya.

“Apa kau senang?” lanjut Diana bertanya dengan mengangkat sebelah alisnya.

  Marcel tersenyum sumbang, “Kenapa kau selalu mempertanyakan hal yang jawabannya kau sendiri sudah tahu, Di?“

“Hanya untuk memastikan,” timbal Diana dengan cepat, sebelum akhirnya ia duduk disamping suaminya.

  Tangan Diana bergerak untuk mengambil botol wine di atas meja, ia hendak menuangkannya pada gelasnya, namun Marcel dengan cepat mengambil wine tersebut dari tangannya lalu menjauhkannya.

“Aku tidak suka kau minum,” ketus Marcel.

  Diana malah tersenyum simpul ditatap sinis oleh suaminya, ia  mengambil gelas milik Marcel yang masih tersisa wine setengahnya, dengan cepat ia meneguknya.

“Ahhh,” pekiknya setelah meneguk habis wine tersebut, wanita cantik itu sampai menyipitkan matanya kala anggur tersebut mengaliri tenggorokannya.

“Kau mau aku hukum, Di?” ujar Marcel menatap sinis istrinya.

“Apa kali ini hukumannya adalah hukuman mati?” timbal Diana balik bertanya, membuat Marcel mengerutkan keningnya.

  Diana beranjak dari duduknya, ia hendak melangkah pergi namun dengan cepat Marcel menahan pergelangan tangannya.

“Kau mendapatkan dua crown, Mars.. Pertama kematian Elthan dan kedua keputusan Axel untuk mengikuti jalanmu,”ujar Diana diakhiri decihan.

  Rasanya tidak adil, delapan tahun ia merawat Axel sendirian, ia yang mengajarinya berbicara dan berjalan, namun Marcel hanya dengan beberapa kali pertemuan; ia berhasil membuat Axel lebih memilih mengikuti jalannya. Padahal Diana sangat berharap jika Axel tidak terjun ke dunia bawah tanah.

“Jangan iri, Di,” ujar Marcel menggoda sang isteri, ia menarik Diana untuk duduk di pangkuannya.

“Jika kau merasa kesepian, aku kan sudah bilang ayo punya anak lagi, siapa tahu kali ini perempuan,” lanjut Marcel berbisik dengan seduktif di telinga Diana.

No, thanks,” jawab Diana ketus.

  Menambah anak lagi? Tidak.
.
.
.
  Anak tidak bisa memilih terlahir dari keluarga mana, namun orang tua bisa memilih ingin melahirkan anak seperti apa. Latar belakang orang tua, lingkungan dan keluarga sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak itu sendiri.

  Diana masih meragukan keputusan putranya, baginya memberi Axel posisi dalam struktur organisasi Mafia adalah keputusan yang terlalu dini. Ia hanya ingin anaknya menjalani kehidupan normalnya kanak-kanak, bermain bersama teman-teman sebayanya. Namun setelah kepulangan dari Batam, ia melihat sisi lain dari putranya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

  Akhir-akhir ini Axel lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ayahnya, seperti belajar ilmu bela diri, belajar tentang senjata, dan belajar tentang bisnis juga. Bahkan, ia sampai membolos sekolah hanya demi mengikuti aktivitas Ayahnya.

  Diana pikir Axel tidak mau sekolah lagi karena trauma dengan kepergian guru terdekatnya, akhirnya ia dan Marcel memutuskan untuk memindahkannya ke sekolah baru. Namun Axel menolaknya.

  Pendidikan tetap yang terpenting, Marcel ataupun Diana ingin Axel belajar dan bersosialisasi dengan teman-teman sebanyanya, mereka tidak mau anaknya menjadi anti sosial. Apalagi Diana sangat takut jika trauma itu merubah kepribadian putranya menjadi pendiam, ia harus berjaga-jaga tentang psikolog Axel, karena tidak mustahil mengingat Axel adalah keturunan Marcel, dimana Ayahnya memiliki riwayat psikopat. Itulah mengapa akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke luar negeri.

Tembakan ke-2 | LITTLE MAFIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang