-02.

1K 133 78
                                    

"Secret location? namanya apa banget, dah."

Walau namanya begitu, Gentar bingung saat mengecek GPS-nya benar atau tidak. Karena sosok misterius tersebut tidak memberikan detail apa pun. Hanya bilang, "ketemuan di sini, ya." di Messagenya.

Siapa yang tidak takut untuk di tipu? Tentunya, Gentar waspada akan lokasi tersebut. Tetapi dia akan tetap datang menemuinya, sesuai kemauannya.

Gentar datang dengan pakaian tidak terlalu mewah, dia memakai kemeja dengan lengan panjang yang di gulung sampai sikut biasa berwarna merah tua. Celana hitamnya pun tak asing dari kalangan orang orang. Itupun, orang itu yang menyuruhnya. Agar tetangga tidak curiga, Katanya.

Dirinya sampai di titik letak lokasi tersebut. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, melihat lihat tempat tersebut.

Ternyata hanya penampakan sebuah studio lumayan besar yang di desain agak unik. Tampang luarnya hitam, banyak kaca dengan tembus pandang. Tak sedikit juga tanaman yang terlihat berada di luar dan dalam studio tersebut.

Baiklah, Gentar percaya jika sosok misterius itu benar benar ingin bertemu dengannya. Dari awal ternyata hanya Gentar saja yang suuzon.

Tak lama, tangan lelaki itu membuka pintu studio tersebut dengan pelan. Dibukanya pintu, terlihat sosok gadis yang sedang berada di depan canvasnya. Hanya terlihat bagian belakang, rambut si gadis yang terlihat indah dan cahaya mentari membuatnya terpukau.

"Oh, udah datang?" bicaranya dengan nada pelan.

"Perkenalan, ya.. ehm.." tangan gadis itu menaruh kuasnya di dekat pallet miliknya. Berhenti melukis karena menyadari ada tamu yang datang.

"Lama gak ketemu? oh, senang bertemu? ya, gitulah pokoknya."

Gadis itu masih belum memutar arah tubuhnya. Tetapi setelah mengucapkan kata kata itu, dia berbalik ke arah tamunya berada sambil tersenyum biasa.

Yang di sapa hanya bisa menatap orang itu dengan kaku. Tubuhnya menjadi patung, tak bergumam sama sekali.

"... Lu? loh, LAH—"

Reflek suaranya, nadanya seperti seolah olah bertemu musuh cintanya setelah sekian lama. Jarak antara mereka berdua tak jauh, mereka memulai eye contact dengan mata masing masing. Tidak sadar, bagian pipi lelaki itu memerah dengan sendirinya.

Sedangkan [Name], dia tetap menatapnya biasa. Walau gejolak hatinya terasa sedikit senang akan bertemu lagi.

"Iya, Direktur Gentar. Aku pelukis yang kamu cari. Jadi, mau bahas apa dulu?"

MIMPI? HALU? APA GIMANA? CANTIK BANGET ANJIR, INI.. INIMAH [NAME] BANGET ANJIR. begitu, gumam si lelaki tersebut.

Kerutan alisnya sudah normal, kini Gentar juga tidak mau kalah, dirinya akting seperti umumnya orang bertemu. Dia memang sudah terbiasa menahan sifatnya saat kerja, sih.

"E-ekhem! pameran gallery, Nona." bicaranya, masih berusaha untuk tenang. Ciah, Nona gak tu.

Gadis itupun berdiri, mendekati Gentar yang sedang tercengang di hadapannya. Tangannya meraih tangan Gentar dan memegangnya, tangan yang masih kaku untuk di pegangnya. Lalu gadis itu membawa Gentar ke dalam ruangan lain yang ada di studio tersebut.

Lelaki itu hanya bisa menurut, masih tak percaya jika di hadapannya seorang gadis yang ia cintai sejak dulu. Kalau perlu, dia ingin ke toilet untuk mencuci matanya.

Lelaki itu duduk di sofa, bersama roti dan air putih yang telah di siapkan. Kini sosok gadis itu tak terlihat di hadapan Gentar, karena sedang menyiapkan sesuatu di dapur miliknya.

di tolak?! ✓Where stories live. Discover now