4. Istri Brien?

807 30 0
                                    


Cup'

Deg'

Miya membatu ditempatnya. Perasaan syok dan marah bercampur menjadi satu. Namun, tubuhnya hanya membeku di tempat; rasa syok lebih mendominasinya.

"Pipimu cantik jika merona, Istri," goda Brien sembari menyeringai tipis, menatap Miya yang manish terlihat kaget dan syok.

Tersadar akan sesuatu, Miya seketika mengusap kasar bibirnya. Sialan pria satu ini! Benari-beraninya dia mencium bibir Miya. Brengsek memang!

"Sialan kau!" Miya memekik marah, melayangkan tangannya untuk memberikan tamparan kuat pada pria bajingan di depannya ini.

Namun, pria itu dengan mudah menangkap tangan Miya. Dia mencekal dengan cukup kuat, membaut Miya meringis sakit dan berusaha menarik tangan dari Brien. Sayang sekali, tenaga pria ini lebih besar darinya; sehingga semakin Miya tarik tangannya, semakin Brien mencekal kuat pergelangannya.

"No, Baby! Kau tidak boleh melakukan kdrt padaku, Sweetheart. Aku suamimu. Dan kau harus menjadi ..." Brien menjeda, mengecup punggung tangan Miya secara lembut. Kemudian dia kembali menatap Miya, menampilkan evil smirk yang mengerikan sekaligus menambah ketampanannya, "lembut. Karena istriku harus lembut dan penuh cinta," tambahnya dengan nada serak dan rendah, membuat Miya merinding disko dan menatap ngeri pada Brien.

"Aku bukan istrimu. Dasar gila! Dan-- pergi dari sini!" Di akhir kalimat, Miya berteriak kenceng. Sungguh, Miya frustasi dengan pria ini.

Menyelinap ke apartemennya, mengaku suaminya dan mencuri ciuman pertamanya juga. Bajingan!

"Humm, jangan marah-marah, Sweetheart. Besok suamimu ini juga akan datang mengunjungimu." Brien berkata dengan senyuman indah, mengulurkan tangannya dan menyentuh pucuk kepala Miya. Dia menepuk-nepuk ubun-ubun gadis itu dengan pelan dan berulang, dengan masih tersenyum tipis dan manis. "Suamimu bekerja dulu yah, agar kau bisa berfoya-foya sesukamu. Besok aku akan datang lagi."

Miya terdiam beberapa saat, mencerna ucapan pria ini dan memperhatikan pria ini juga. Tiba-tiba saja Brien menjadi lembut dan terasa lebih manusiawi.

Setelah mengatakan itu, Brien beranjak dari sana, meninggalkan Miya yang reflek mengusap ubun-ubunnya sendiri. "Apa-apaa?! Dia mengusap kepalaku?! Cih, dia kira aku ini kucing apa?!" gerutu Miya sembari masuk ke dalam apartemennya.

Sorry, tetapi Miya anti romantic.

***

"Dude, kenapa kau di sini?"

"Diam, Ellan. Aku sedang pusing!" Brien duduk di salah satu bangku bar dan langsung memesan minuman beralkohol tinggi pada bartender.

"Kau pusing kenapa, Brother? Kau punya segalanya. Tampan, tahta dan wanita. Kau punya itu." Marvin, bartender sekaligus teman Brien tersebut mengomentari, menyajikan satu minuman yang sering Brien konsumsi di sini lalu duduk untuk berbincang pada sahabatnya yang sepertinya sedang galau berat.

Tenang, Marvin hanya seorang pria kaya raya yang gabut menjadi bartender. Ini salah satu club-nya miliknya. Dia sering kesini dan menjadi bartender karena dia hobi meracik minuman.

"Paling masalah percintaannya dengan perempuan bernama Miya. Cih." Ellen mengejek.

"Urus dirimu. Kau sudah beristri dan masih bisa hadir di sini. Kau pria macam apa?" Brien mendengkus, melirik tidak suka pada Ellan kemudian meminum Vodka pekat miliknya.

"Ellan kesini karena bermasalah dengan istrinya. Dan kau datang kemari karena bermasalah dengan kekasihmu? Wah, para pria bucin bodoh ini. Sisa Damien saja yang tidak hadir. Jika dia di sini, kupastikan tempatku ini berubah menjadi kumpulan para pria bodoh bucinan."

Obsesi Sang CEODonde viven las historias. Descúbrelo ahora