20. Direnggut Paksa!

962 24 0
                                    


"Untung ada Mama," gumam Miya bermonolog sendiri sembari berjalan ke arah kamarnya.

Namun tiba-tiba ….

"Sweetheart."

Bug'

Deg'

Tubuh Miya langsung bertubrukan dengan tubuh besar yang memeluknya. Tiba-tiba dan entah datang dari arah mana, pria muncul dan langsung memeluk Miya dengan begitu erat.

Untuk beberapa saat Miya hanya membiarkan Brien memeluknya, dia hanya mematung dengan jantungnya yang berdebar kencang; begitu kuat hingga rasanya jantung itu akan pecah. Hanya saja detakan kuat ini tidak menyakiti diri Miya, malah Miya merasa-- senang.

"Haisss. Ck, anda ini kenapa lagi sih?!" Setelah tersadar dari lamunannya, Miya buru-buru melepas pelukan Brien dan langsung menatap pria itu dengan tajam. "Aku sudah memperingatimu yah. Ngapain lagi kamu kemari?!" ketus Miya, menatap arah lain dengan alis yang menekuk tajam; menunjukkan perasaan tak suka pada pria ini.

Akan tetapi percayalah, hati Miya berkata lain. Namun, Miya tak ingin menunjukkannya. 'Hah, percuma!'

"Hei … kau dari mana saja? Tiba-tiba kau menghilang dan tak mengabariku." Brien memegang pelan pundak Miya, merunduk pelan agar dia bisa menatap wajah pujaan hatinya ini. Brien benar-benar mengabaikan sikap judes Miya. Hatinya senang, dia kembali bertemu dengan Miya.

"Cik." Miya berdecak ketus, menepis tangan Brien dari pundaknya. Kemudian menarik pria itu dari sana, Miya berniat mengusir Brien. "Tolong pergi dari sini. Aku nggak ingin diganggu."

Brien menarik tangannya, berhenti melangkah lalu duduk dengan santai di sofa. "Baik, aku tidak akan mengganggumu. Aku akan diam di sini."

"Aku bilang pergi yah pergi!" kesal Miya, mengepalkan tangan dengan menatap setengah pada Brien.

"Tidak." Brien keukeh.

"Pak Brien!" Miya tiba-tiba meninggikan suaranya, menatap Brien murkah dengan wajah memerah padam. Cik, Miya sedang pusing saat ini dan keberadaan Brien di sini hanya semakin menambah kepusingan Miya.

Karena pria ini …-- 'Aku bertengkar dengan Kakekku. Semuanya akan buruk jika aku memberikan dia tempat di hatiku. Sial, kenapa aku malah suka padanya? Dia ini brengsek dan tidak punya adab!' batin Miya sembari memijit pelipis, menunduk dengan menatap ujung kakinya dengan manik yang tak berbinar lagi.

Namun tiba-tiba, ujung sepatu seseorang berada tepat di depannya, membuat Miya reflek mendongak; matanya membulat kaget karena mendapati Brien telah berdiri di depannya, dengan jarak yang begitu dekat.

Bahkan aroma parfum pria ini sangat menusuk indera penciuman Miya.

Bug

Brien tiba-tiba menyentak lengan Miya, membuat Miya menabrak dada bidangnya dan tubuh mereka saling merapat dan bersentuhan.

"Damien telah mendapatkan adiknya. Dia menikahinya setelah memperjuangkannya. Miya, aku sedang memperjuangkanmu. Tolong berikan aku peluang." Pria itu berucap lirih, nadanya serak dan tatapan matanya begitu sendu. Namun, semua berbanding terbalik dengan ekspresi Brien, air mukanya dingin dan tak tersentuh.

"Ck." Miya  berdecak sembari berusaha melepas cengkeraman Brien di lengannya. "Aku tidak ingin berurusan dengan pria sepertimu. Dan aku juga tidak sudi diperjuangkan oleh pria sepertimu. Bajingan kelas kakap!" Miya berkata dengan sarkas.

'Semoga kau membenciku dan menjauhiku. Aku sungguh malas berurusan dengan keluargaku sendiri.' sambung Miya dalam batin. Wajahnya kaku dan terlihat penuh ketidak sukaan, tetapi matanya berkata lain. Ada sesuatu yang ia sembunyikan dari pria ini.

Obsesi Sang CEOWhere stories live. Discover now