8- Gladiol

6 1 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, itu adalah jam pulang sekolah SMA Nusantara. Semua murid keluar dari masing-masing kelasnya, termasuk Nala.

"La, jangan lupa ya besok Lo yang bikin PPT, soalnya laptop gue rusak. Nanti kalau udah jadi Lo kirim aja file-nya ke grup,"ucap Anisa

"Oke, Anisa. Nanti gue kirim,"balas Nala seraya merapihkan barang-barangnya.

"Kalau gitu gue pamit duluan ya."

Setelah hampir seluruh anggota kelas Nala pulang, akhirnya gadis itu juga memutuskan untuk pulang. Ia menyusuri Selasar kelas sendirian.

Saat sudah di lapangan yang mengarah menuju parkiran motor dan gerbang keluar, Nala melihat sosok Ghava dari kejauhan, gadis itu lalu berlari untuk mengejarnya.

"Ghava! Tunggu!" seru Nala berlari.

Namun pada dasarnya kaki Ghava yang panjang, memudahkan cowok itu untuk berjalan lebih cepat dari kebanyakan orang pada umumnya, hal itu yang sedikit membuat Nala lebih ekstra untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Ghava.

"Ghava, denger-denger anak jurnalistik mau ikut lomba ya? Lomba apa?"

Hening. Ghava tak menjawab pertanyaan gadis itu, bahkan ia gak melirik keberadaan Nala, cowok itu hanya menatap lurus ke arah depan.

Nala mencoba melihat wajah cowok itu, ia hanya ingin memastikan bahwa Ghava sedang baik-baik saja, ia hanya takut cowok itu sedang dalam kondisi bad mood.

"Gue cuma denger aja sih dari anggota yang lain, soalnya setiap tahunnya sekolah kita pasti ngirim perwakilan untuk lomba jurnalistik,"lanjut Nala.

"Tapi kalau misalkan lomba, biasanya lombanya kaya gimana ya? Apa lomba ngefoto objek? Atau lomba film pendek? Oh iya! Film pendek!"kata Nala.

Nala mulai lelah karna sedari tadi hanya dirinya yang berbicara, Nala merasakan ada yang berbeda pada Ghava saat ini, tiba-tiba cowok itu menjadi aneh.

Nala berdiri didepan Ghava, menghadang jalan cowok itu agar ia tidak pergi kemana-mana. Dan ya, Ghava berhenti ditempatnya.

Tatapan cowok itu tak seperti biasanya, dingin.

"Lo kenapa? Lagi marah? Sama gue?"tanya Nala beruntun.

Ghava benar-benar tak menjawab satu pertanyaanpun yang dilayangkan Nala. Cowok itu hanya menatap wajah Nala, namun tak merespon.

"Ghava, gue nanya sama Lo. Lo lagi marah sama gue? Karna apa?"

Ghava menghela napas pelan, "enggak."

Setelah mengatakan hal itu, Ghava langsung pamit meninggalkan Nala, cowok itu berjalan menuju motornya.

Sementara itu Nala diam dengan seribu pertanyaan yang mengisi kepalanya, gadis itu tak tau alasan mengapa Ghava tiba berubah aneh seperti itu. Seperti orang dengan 2 kepribadian.

"Perasaan tadi pagi masih biasa aja sama gue, masih saling nyapa. Kenapa sekarang malah kayak gitu?" Nala menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Diam sesaat melihat kepergian Ghava dari pandangannya, setelah itu ia berdecak sebal dan langsung pergi keluar sekolah.

"Tau ah, nanti juga balik lagi. Semoga," gumam Nala sambil berjalan.

-oOo-

Seolah kaset yang rusak, Ghava terus berputar di kepalanya. Ia sangat sangat kepikiran tentang Ghava. Entah kenapa, rasanya seperti hampa di perlakukan seperti itu oleh Ghava. Selama kenal Ghava, ia tak pernah melihat Ghava berperilaku seperti itu.

Tanpa ia sadari, telah ada sosok pria yang telah duduk di hadapannya, dan dengan insten memperhatikan dirinya yang sedang melamun sambil memegang sebuah pulpen.

Forget Me NotWhere stories live. Discover now