25

475 61 24
                                    

"Lo ngomong ke Bima kalo lo hamil?!"

Seline gak jawab, dia cuma diem fokus sama laptop didepannya.

Sekarang Regas lagi samperin Seline di Perpustakaan, tadinya dia mau samperin ke Kelas, tapi takut kalo ketauan Natta malah makin kemana-mana urusannya nanti.

Makanya, pas ketemu salah satu Mahasiswa pake Almamater Psikolog, Regas langsung tanya keberadaan Seline, alhasil dia selesaiin urusannya dulu sama cewe itu dan tinggalin makan Siang nya bareng Bima sama temen-temen nya.

"Seline!"

Seline mendongak pas Regas sedikit menggebrak mejanya, "Emang kenapa kalo gue ngomong? Cepat atau lambat Bima juga pasti tau kalo gue hamil anak lo."

"Shit! Tapi gak langsung ngomong ke dia juga kan? Kenapa lo gak tanya dulu ke gue?!"

"Tanya dulu ke lo? Yang ada lo larang gue buat ngomong gas."

Regas menepis buku-buku Seline diatas meja sambil mengusap wajahnya kasar.

"Lo tau, Bima sedih gara-gara lo!"

Seline menghela nafas dan menutup laptopnya, "Gas, harusnya lo berterima kasih karena gue udah bantuin ngomong ke Bima, jadi lo ngga perlu repot-repot cari waktu buat jujur lagi ke dia."

"Tapi cara lo salah bangsat!" kata Regas menekan setiap katanya menahan emosi yang siap mengobrak-abrik buku diatas meja ini.

"Seline..."

Regas sama Seline mendongak kearah sumber suara yang malah membuat Regas kaget dan langsung berdiri dari duduknya.

"Bima," panggil Regas lirih.

"Boleh kita ngomong sebentar?"

Seline males liat wajah nya Bima gara-gara keinget sama Bimo, dia cuma ngangguk dan ijinin Bima buat duduk di depannya.

Bima yang pasang wajah datar dengan mata bengkaknya gak berhenti liatin Seline yang kembali fokus sama laptopnya.

Padahal di depan dia juga ada Regas, tapi Bima masih b aja seolah ngga ada orang lain disana selain dia sama Seline.

"Gue ijinin Regas tanggung jawab sama kehamilan lo." kata Bima tiba-tiba, membuat Seline sama Regas terkejut dan menatap kearahnya.

"Bim..."

"Lo boleh ambil Regas setelah anak itu lahir, tapi..."

"Bima!"

Bima menarik nafasnya dan menoleh menatap Regas seolah memberinya kode buat tenang sebentar.

Regas yang paham sama anggukan Bima langsung diam meskipun dia masih was-was sama konsekuensinya.

"...ijinin gue buat temenin dia sembilan bulan kedepan, dan jangan suruh gue buat tinggalin dia sekarang, karena Regas cuma berhak atas janin lo, bukan diri lo."

Regas menggeleng, "Bima! Stop!"

Seline dan Bima, keduanya saling tatap dengan sorot mata tajam masing-masing. Bima itu always selow, tenang, sabar, tapi kalo dia bener-bener terusik, dan mau mempertahankan apa yang dia punya, Bima siap adu argumen buat orang yang dia pertahanin itu.

"Oke deal, Regas milik lo saat ini, tapi setelah anak ini lahir, dia milik gue seutuhnya."

"Sel!"

Bima mengangguk dan berdiri dari duduknya sambil meraih totebag nya dikursi sebelah.

"Satu lagi, selama Regas masih sama gue, lo gak ada hak buat masuk dikehidupan dia."

Regas mengikuti Bima keluar Perpustakaan menuju Ruang Olah Raga. Cowo mamba dengan Almamater biru itu masih berusaha memanggil Bima agar berhenti dari langkahnya.

Regas BimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang