HANCUR

210 11 11
                                    

Azuya terdiam, air matanya masih setia mengalir dengan deras. Blane telah tiada bersamaan dengan ditemukannya jasad Huda, apa yang terjadi, apa ini adalah akhir dari semuanya, akhir dari Anicraft.

"B-blane, mati?, Ra, Blane ninggalin gw" ujar Azuya lirih menatapa Ara dengan tatapan kosong penuh kesedihan, para sahabatnya meninggalkan dirinya meski tinggal Roman yang masih berada di dekatnya tapi Roman tidak merespon apa pun atau bahkan keluar dari kamar, dia membiarkan Azuya menyimpan semua kesedihan sendirian.

"Ada apa ini? Kenapa bisa begini?" gumam Azuya dengan ar mata yang masih terus mengalir. Ia berlutut di depan jasad Huda, di tambah lagi nanti ada jasad Blane yang datang. ini tidak bisa di percaya, Azuya masih tidak mempercayai semua hal ini. 

"Ara, gw lagi mimpi, kan? Yang gw lihat ini gak beneran, kan?" Ara tidak bisa menjawab perkataan Azuya, laki-laki itu terlihat sangat berantakan, ia tidak sedang baik-baik saja

"Semuanya bakal baik-baik aja Az" Mungkin Ara tengah salah mengucapkan kalimat yang membuat Azuya menggeleng keras menepis keadaan baik-baik saja yang di katakan Ara tadi. Semuanya tidak akan kembali, semuanya tidak baik, ia telah hancur, dan bahkan di saat seperti ini Romansyah tidak keluar dari kamar sama sekali meskipun Azuya sudah meneriaki namanya penuh amarah, pria itu tidak akan keluar dari kamarnya.

"Roman, lo gak mau ikut hah? Kita antar Huda sama Blane, Rom" ini sudah yang keempat kali Azuya berusaha memanggil Roman, membujuknya agar keluar dari kamar. Hasilnya sama tidak ada jawaban dari sang empu. Azuya sudah menyerah, ia ingin marah, tapi kemarahannya tidak bisa keluar meledak-ledak seperti biasanya. bukan marah melainkan air mata yang keluar dengan deras.

"Az, kita biarin Roman, Huda sama Blane gak bisa di biarin lama-lama" ajak Adhit yang sedari tadi mengikuti Azuya memabantunya membujuk Roman agar ingin keluar.

"Gw gak bisa, Dhit. Gw gak bisa lihat kepergian mereka" Azuya menggeleng tidak kuasa.

"Gw tau perasaa lo Az, kehilangan sahabat yang selama ini ada buat lo, yang selama ini mengisi hari-hari kosong lo. Tapi mereka bakal merasa kosong juga kalau gak ada salah satu diantara kalian yang datang buat antar mereka" jelas Adhit memberi tepukan pada pundak Azuya. Ia membiarkan Azuya berpikir sampai ksatria itu mengangguk dan perlahan melangkah menjauh dari kamar Romansyah. Adhit menuntunnya kearah ruang tamu, di sana sudah ada kedua jenazah sahabat Azuya. keduanya sudah bersih dari bercak darah, dan sudah di beri pakaian yang bagus dan rapi. 

"Hai kalian" sapa Azuya menghampiri jasad kedua sahabatnya, ia berusaha mempertahankan senyumny, meredam sesak yang memenuhi dada. Huda dan Blane terlihat tenang sampai-sampai tidak membalas sapaan sahabatnya. Mata keduanya mengatup sempurna, tubuh mereka sudah wangi dengan pakaian yang layak dan rapi, mau tidak mau saat ini juga Azuya harus bisa melepaskan kedua sahabatnya itu.

"Gimana sama Eben? Lo udah hubungi dia dan kasih tau soal ini?" tanya Erpan menoleh kearah Azuya. Ksatria itu mengangguk lalu menjelaskan kalau Eben tak juga membalas pesan darinya.

"Kita gak bisa nunggu lebih lama. kasian mereka lebih baik kita lakukan sekarang" usul Zenmatho. Azuya menghela nafas kasar, hanya dirinya anggota Anicraft yang melakukan acara pelepasan dua anggota yang telah gugur. Ia butuh sandaran, ia rapuh sekarang, dua sahabatnya gugur, Romansyah tidak ingin keluar dari kamar karena egonya, dan Eben pergi belum kembali. 

"Maaf ya, kalian cuma ngelakuin pelepasan suma sama gue sebagai salah satu anggota Anicraft" ujar Azuya lagi menatap lekat wajah kedua sahabatnya. Ara datang menghampiri Azuya, sekilas menatap wajah penuh kesedihan itu lalu Ara menggenggam tangan Azuya.

"Ara" panggil Azuya lirih.

"Aku disini, selalu di sini, di sisi tubuh ini, selalu" balas Ara diakhiri senyuman. 

ANICRAFT ADVENTURE STORY(SLOW UP)Where stories live. Discover now