Satu

135 23 7
                                    

Namanya Qyara Anjani Divanti, biasa dipanggil Qyara. Cewek cantik berambut panjang itu tengah berpose sambil tersenyum melihat dirinya di cermin.

"Cantik banget sih," pujinya seraya cekikikan geli di balik tangan mungil yang menutupi mulutnya. Memang orangnya lumayan narsis dan pede, tapi siapa juga yang nggak pede kalau wajahnya secantik Qyara.

Dengan memakai dress selutut berwarna baby pink dengan sedikit sentuhan pita berwarna senada di bagian tengah, membuatnya semakin menakjubkan.

Qyara membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju tangga rumahnya ke arah ruang tamu. Memakai heels setinggi 5 cm berwarna silver membuatnya semakin anggun.

Qyara menghampiri kedua orang tuanya dan Bagas, kakaknya.

“Qyara telat gak? Mereka udah dateng?” tanya Qyara ketika dia sudah berdiri di samping Bagas.

“Nggak Ra. Mereka baru aja sampe,” jawab Bagas.

Reynald membuka pintu rumahnya sesekali melihat ke arah mobil Range Rover hitam yang sudah terparkir di bagasi rumahnya.

Qyara melirik dari balik pintu. Ia melihat kedua orang paruh baya turun dan satu laki-laki yang masih muda mungkin seumuran dengannya atau lebih tua darinya.

Qyara membelalakkan matanya ketika melihat sosok laki-laki itu. “Ganteng banget!” serunya dalam hati.

Kedua orang paruh baya dan laki – laki itu mulai masuk ke dalam rumah Qyara.

“Reynald,” kata laki-laki paruh baya itu sambil memeluk Reynald.

“Apa kabar, Ryan?” tanya Reynald sambil membalas pelukannya.

“Aku baik, kamu apa kabar?” ucap Ryan sambil melepaskan pelukannya.

“Aku baik, ayo – ayo kita ke meja makan langsung. Sambil makan dan ngobrol-ngobrol,” balas Reynald sambil mempersilahkan ketiga orang yang baru datang itu ke meja makan.

Qyara masih terus menatap cowok tinggi dengan rambut comma hair itu. “Gila! Tipe gue banget!” batinnya.

Bagas menepuk pundak Qyara sehingga membuatnya sadar dari lamunannya. “Yok, ke ruang makan.” Qyara mengangguk.

             *

Makanan sudah tersaji di atas meja, dari makanan Indonesia sampai makanan western. Qyara duduk di depan laki - laki itu. Matanya tidak pernah berhenti menatap iris hitam di depannya, tetapi laki - laki itu terus menghindari tatapan Qyara, dengan raut wajah dingin.

             “Sebelum acara makan malamnya dimulai. Papa mau kenalin sama kalian. Ini sahabat Papa dari SMP namanya om Ryan, ini istrinya Tante Shinta dan anaknya Arya. Arya ini kakak kelas kamu nanti Ra,” jelas Reynald. Qyara mengangguk cepat. “Rey, ini Bagas dan Qyara, anak – anakku. Kamu masih inget kan? Terakhir kalian ketemu mereka pas umur Bagas 8 tahun dan Qyara umur 4 tahun.” Qyara dan Bagas tersenyum dan mengangguk sopan.

 “Iya inget dong Rey, tapi sekarang mereka udah besar – besar ya. Padahal dulu Arya sering banget main berdua sama Qyara,” kata Ryan sambil tersenyum.

             “Iya pa, paling sering itu main petak umpet,” lanjut Shinta.

             “Terus si Qyaranya bakalan nangis kalau Arya udah mau pulang,” ucap Bella sambil tersenyum.

             “Emang aku gitu ma dulu?” tanya Qyara.

             “Iya sayang,” jawab Bella.

Arya & QyaraWhere stories live. Discover now