Enam

26 14 6
                                    

Dia, Qyara berjalan di lorong sekolah sambil tersenyum. “New day, New Qyara,” gumamnya sambil menyibak rambutnya. Langkahnya terhenti ketika dia melihat sosok yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya. Qyara berlari kecil ke arah Arya yang hendak keluar dari perpustakaan.

Melihat itu, Arya menghela napas dan mengambil arah berbeda. Qyara semakin mempercepat langkahnya dan menghadang Arya.

“Kak Aryaaaa,” sapa Qyara.

“Minggir lo!”

“Galak amat! Aku bawain nasi goreng buat kamu.” Qyara menyodorkan tempat makanan

berwarna pink dengan corak bunga di tengah tutupnya.

“Gue gak laper!” Arya berbalik arah.

Qyara dengan cepat menghadang Arya lagi. Arya dengan sigap berbalik arah dan berjalan cepat, tapi Qyara tidak mau kalah, ia berjalan cepat mengejar Arya, tepat di depan Arya saat ia ingin menghadangnya lagi, Qyara tersandung kakinya sendiri. Ia pikir ia akan terjatuh, tetapi sebuah lengan melingkar di pinggang Qyara dengan refleks Qyara mencengkram bahu Arya dan membuat iris coklatnya dan iris hitam Arya bertemu.

Dipeluk Arya seperti ini, ia merasa ada kupu-kupu beterbangan di perutnya, jantungnya berdetak dengan cepat dan napasnya bergemuruh. Qyara menelan ludah ketika melihat wajah Arya dari dekat, lekuk wajahnya yang sempurna, rahangnya yang tegas dan simetris, hidungnya yang mancung dan bibir merah yang berbentuk oval, harum aroma woody dari parfumnya itu benar-benar membuat pikirannya tak karuan. Rasanya dia ingin menghentikan waktu.

Arya mengangkat tubuh Qyara, sontak hal itu membuat Qyara terbangun dari lamunanya.

“Kalo jalan tu pakek mata!” cerca Arya.

“Jalan tu pakek kaki kak,” balas Qyara. “Makasih ya kak” lanjut Qyara.

“Nih, anggep aja ucapan terima kasih. Ya ya, terima ya,” Qyara kembali menyodorkan kotak makanan yang dia bawa.

Dengan malas, Arya mengambil kotak makanan itu. Qyara tersenyum senang. “Dihabisin ya sayang.”

“Kan udah gue bilang jangan sampe orang tau kalo kita itu, lo tau kan maksud gue,” tegas Arya.

“Kan bilangnya jangan kasih tau yang itu, bukan jangan kasih tau kita pacaran. Jadi aku nggak ingkar janji dong,” balas Qyara.

“Jadi lo kasih tau orang-orang kayak gitu!” Arya memutar bola matanya dan memijit pelipisnya.

                “Cuma temen-temen aku aja kok, tapi nanti semua orang bakal tau.” Qyara mengangkat alisnya dan tersenyum miring. “Aku mau ke kelas dulu, habisin ya sayang. Love you.” Qyara dengan cepat mencium pipi Arya dan berlalu pergi. Ia tahu, apa yang dilakukannya itu akan membuat Arya marah besar padanya, tapi dia tidak peduli, dia harus mempertahankan apa yang dia miliki dan seisi sekolah melihat itu.

Shit!” umpat Arya sambil mengacak-acak rambutnya.

*

Arya masuk ke kelas dengan langkah gontai. Ia berhambur langsung ke kursinya. Ia menghela napas kasar.

Semua mata tertuju pada Arya banyak bisikan tentang dirinya dan Qyara, hal yang dilakukan Qyara tadi menyebar dengan cepat ke seluruh orang di sekolah.

Ini yang dia takutkan, dia paling malas menjadi bahan gosip seisi sekolah tentang hal – hal yang tidak penting seperti ini. Menjadi pusat perhatian dan populer di sekolah saja harus membuatnya terbiasa selama satu tahun sampai dia bisa menerima semua perhatian, ditambah dengan hubungannya dengan Qyara. Ia pasti akan menjadi hot topic sampai kelulusannya. Itu sangat membuatnya muak.

Arya & QyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang