13

6.8K 628 10
                                    


_______________________

Sebuah perjalanan panjang sedang menanti Lami di depan sana. Mulai hari ini dia akan memasuki dunia baru bersama keluarga barunya. Dia sudah memutuskan untuk tinggal bersama Karina di villa selama Zaskia masih menyelesaikan pendidikannya. Lami juga sudah memutuskan jika dia tidak akan melanjutkan pendidikannya. Dia akan fokus untuk membantu Karina di penginapan. Dia akan berusaha untuk bisa berguna bagi keluarga barunya ini.

"Lami, ayo makan dulu." Ajak Karina pada menantunya yang diam sembari memandangi halaman rumah.

"Istri kamu pendiam, ya Mas. Aku sampai bingung harus deketinnya." Bisik Zaskia pada Aji saat mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Baru ketemu sehari. Adaptasi itu 'kan perlu waktu, Kia."

Zaskia menganggukkan kepalanya. Dia tau, tetapi sepanjang yang dia lihat, karakter kakak iparnya itu memang orang yang tenang dan anggun. Tidak menggebu-gebu seperti dirinya.

"Ayo, makan dulu." Ajak Karina lagi pada kedua anaknya.

Kini, mereka berempat makan siang di halaman belakang rumah. Menu ikan bakar khas Karina menemani hari mereka di siang hari ini.

"Ini menu andalan di restoran penginapan, loh. Enak nggak, Mi?" Tanya Zaskia pada Lami.

Lami menganggukkan kepalanya.

"Enak, aku suka wanginya. Rasanya juga gurih."

Tadi itu adalah ucapan yang tulus dari hati Lami. Karena hidangan yang sedang dia santap ini memang memiliki cita rasa yang enak. Dia tidak heran jika restoran di penginapan milik mertuanya ini banyak diminati oleh pengunjung diluar yang menginap.

"Terima kasih pujiannya, Lami. Mama senang kalau kamu suka masakan Mama."

Lami tersenyum. Dia juga suka dimasakkan sebuah hidangan rumahan seperti ini. Rasanya sudah sangat lama sejak beberapa tahun yang lalu dia hanya kebagian memasak saja.

"Lami juga pintar masak loh, Ma. Dia pernah kerja beberapa bulan di rumah Bapak." Ujar Aji.

"Wah, kalau gitu nanti kita bisa masak bareng, ya? Mama mau coba resep-resep baru untuk restoran."

Lami dengan semangat menganggukkan kepalanya. Itu pasti akan sangat menyenangkan.

Aji melihat senyuman cerah yang diberikan oleh Lami. Baru kali ini dia melihat Lami tampak nyaman berada di sekeliling mereka.

***

Sore harinya, Lami diajak oleh Aji untuk melihat pantai yang ada di dekat penginapan. Mereka berangkat menggunakan sepeda motor dari rumah. Lalu, setelah sampai di penginapan, mereka berjalan kaki ke arah pantai. Karena lokasi penginapan memang cukup dekat dengan area pantai. Hanya berjarak beberapa menit saja dari penginapan.

Lami memandangi pantai di depannya dengan takjub. Ini adalah kali pertama dalam enam tahunnya dia menginjakkan kaki di pantai. Pasir pantai yang langsung menyentuh kakinya yang tidak memakai alas apapun membuat dia merasa sudah berada di kebebasan yang nyata. Kini, dia sudah bisa menjalani hidup diluar pagar besi yang dibuat oleh keluarga bibinya.

"Pantainya sangat bagus. Bersih dan masih sangat cantik." Ungkap Lami seketika.

"Pantai ini memang tidak terlalu banyak pengunjung. Tapi, pemandangannya nggak kalah sama pantai yang lain 'kan?"

Lami tersenyum lirih. "Entahlah, Mas. Ini adalah pantai pertama yang Lami datangi selama enam tahun." Ungkapnya sembari tertawa miris.

Aji menolehkan kepalanya ke arah Lami. Dia melihat mata Lami yang tampak berkaca-kaca. Entah itu karena hembusan angin atau memang istrinya itu sedang bersedih.

Calon Istri BapakWhere stories live. Discover now