Bab 29 - He

535 17 0
                                    

"Say.. Rania kamu," Rania tersenyum saat melihat kedatangan Dirga yang sedang kebingungan.

"Hay kamu pasti terkejutkan aku kesini, tadi siang aku ke kantor kamu tapi kata mba resepsionis di depan kamu lagi enggak bisa di ganggu."

"Sorry kedatangan aku ganggu kamu ya,"

"Enggak kok," matanya melihat ke sembarang arah seakan ia sedang mencari sesuatu. Ya, ia mencari keberadaan wanitanya.

Apakah Sena belum bertemu dengan Rania atau jangan-jangan mereka sudah bertemu dan terjadi sesuatu seperti keributan. Dirga mencoba membuang pikiran buruknya.

Dirga ikut duduk di samping Rania di sofa tempat dimana ia dan Sena bercinta tadi siang. Mengingatnya berhasil membuat Dirga merasa gila akan pesona wanitanya.

"Oh iya ga tadi pas aku kesini ada cewek pakai seragam SMA dia bilang kalau dia adik ipar kamu,"

"Oh benarkah terus orangnya kemana?"

"Dia pulang katanya dia udah terlalu lama menunggu kamu, dia kesini katanya mau nyampein sesuatu sama kamu di suruh istri kamu katanya,"

Ya, katanya dan katanya dan sekarang Dirga tersenyum kecil ternyata wanitanya sangat pandai dalam berbohong.

"Kamu kok tiba senyum-senyum gitu, inget istri kamu ya?" Dirga mengangguk dan anggukan itu berhasil melukai perasaan Rania. Bagaimana tidak melukai sudah jelas pria itu tahu, jika Rania masih mempunyai rasa lebih padanya.

Dirga menatap sebuah rantang makanan yang terdapat di meja, ia mengambil dan membukanya bau masakan tercium semerbak sangat harum.

"Itu aku tadi coba masak makanan indonesia karena udah lama juga aku enggak masak makanan indonesia, kamu cobain deh,"

"Wah kebetulan banget aku lagi laper banget nih, aku cobain ya ini pasti enak," Dirga mengambil satu suap dagingnya.

Bukan Rania namanya jika tak pandai dalam bidang apapun, wanita cantik ini sejak dulu sudah terkenal akan ke pandainya dan hal itu yang membuat Dirga dulu sangat mengagumi Rania karena kepandaian yang di milikinya dan rasa keinginan tahu dari seorang Rania yang selalu berani mencoba hal apapun itu membuatnya semakin menganggumi nya.

"Kamu dari dulu enggak pernah berubah selalu hebat," Dirga memujinya seraya mengacungkan jempolnya.

***

Sarah masih menatap foto di ponselnya ia mendapat sebuah kiriman foto dari salah satu sahabatnya, foto dimana Dirga sedang makan bersama dengan seorang wanita yang tak terlihat wajahnya karena ia hanya melihat punggungnya saja.

"Siapa dia mas?" Sarah berbicara sendiri.

"Apa aku enggak semenarik itu sampai kamu mencari kesenangan di luar sana, kalau kamu mau aku bisa memberikan kesenangan untuk kamu tapi kamu enggak pernah memintanya!" ujarnya sendiri.

Sarah frustasi ia melemparkan vas bunga yang ada di kamarnya berhasil membuat vasnya hancur seketika.

"Mba Sarah kenapa?" tiba-tiba Maudy datang masuk ke kamarnya mendapati kamar Sarah yang sudah berantakan.

Maudy melihat foto itu dan sekarang kakaknya tengah tertunduk di lantai menangis terisak ia langsung memeluk Sarah, sekarang Maudy tau apa yang membuat Sarah menangis se-frustasi ini.

"Mba kita harus menyelidiki siapa cewek yang ada di foto itu." Sarah mengangguk, Maudy berjanji akan membantu kakaknya karena bagaimana pun Sarah berhak untuk bahagia bersama orang yang dicintainya.

***

Sedangkan pria yang dicintainya sedang bersama Rania di toko perhiasan.

"Menurut kamu mana yang bagus ga?" tanya Rania seraya menunjuk dia kalung liontin.

"Yang ini bagus," Dirga menunjuk kalung liontin bunga dan pilihan Dirga membuat Rania suka.

"Oke deh aku pilih ini, mba saya beli yang ini."

Saat Rania sedang mengurus transaksinya dengan kasir, Dirga sempatkan untuk melihat-lihat sejak matanya merasa suka dengan kalung liontin berkarakter angsa, unik baginya.

"Sena suka enggak ya kalau di beliin ini?" batinnya bersuara.

"Wah.. itu bagus lho ga kamu mau beli buat istri kamu?" Dirga mengangguk dan kalung liontin itu Dirga langsung membelinya, ia ingin melihat Sena memakainya.

Rania yang melihat Dirga yang bersikap seperti ini, ia semakin menyakini jika Dirga pasti sangat mencintai istrinya lalu bagaimana dengan perasaannya.

Apakah ia masih memiliki kesempatan untuk merebutnya kembali.

***

Sena tertawa mendengar cerita Nico yang sekarang tengah bercerita lewat sambungan telepon, sudah satu jam lebih mereka mengobrol dan Sena tak merasakan bosan karena Nico jauh lebih menyenangkan tidak seperti Juan yang selalu menunjukkan sikap rasa suka padanya.

"Asik banget ya ngobrolnya," Sena terkejut saat ia mendengar suara itu, ia melihat kebelakang sudah ada Dirga di kamarnya.

"Udah dulu ya Nic, bye." Sena langsung menutup teleponnya dan ia langsung berhamburan ke dalam pelukan Dirga.

"Siapa yang kamu telepon barusan?" Dirga meraih pinggangnya.
"Temen," katanya seraya bergelayut manja pada tubuh Dirga.

"Teleponan sama temen sampai jam 10 malam?" ujarnya kembali membuat Sena tak suka dengan sikap Dirga.

"Jadi males ngobrol sama mas hal sepele aja di curigai terus! Mendingan tidur," Sena kesal ia langsung memilih masuk ke dalam selimutnya.

"Emang enggak boleh kalau mas curiga?"

"Terserah! Mas aja ngundang cewek lain ke kantor, aku enggak banyak nanyakan," Dirga yang berdiri seketika ia langsung mengerutkan dahinya mendengar ucapan Sena barusan.

"Cewek lain siapa?" tanyanya yang sekarang ikut masuk ke dalam selimut bersama Sena.

"Pura-pura bego lagi," celetuknya.

"Kamu bilang apa barusan?" Dirga membalik tubuh Sena membuat tubuhnya menindih tubuh Sena.

"Apaan sih mas, minggir enggak?"
"Enggak! kamu ngatain aku bego kan?"

"Iya emang mas bego kan," Dirga mencium bibir Sena membuat sang empu membulatkan matanya.

"Kalau kamu ngomong kasar lagi aku bakalan kasih hukuman lebih berat, yang barusan itu hukuman ringan," Sena menaikan satu alisnya, hukuman macam apa yang Dirga berikan barusan.

"Kalau mau nyium ya cium aja enggak usah pakai acara hukuman-hukuman segala," Sena mendorong tubuh Dirga membuat pria itu sekarang memilih untuk duduk menyenderkan tubuhnya di ranjang.

"Jadi cewek itu siapa?" Sena ikut menyenderkan kepalanya di dada bidang Dirga.
"Temen," katanya seraya memainkan rambut panjang Sena.
"Oh temen,"

Sebenarnya Sena masih penasaran tentang wanita itu tapi ia merasa gengsi jika terus bertanya pada Dirga kesannya ia begitu terlalu berlebihan nantinya, lagi pula Sena merasa Dirga juga pasti mempunyai privasinya sendiri.

Tangan Sena tak sengaja memegang saku celana Dirga terasa ada sesuatu yang mengganjal di dalamnya. Membuat sang empu baru tersadar akan sesuatu.

"Ini apa mas?"
"Iya ampun ck! Sampai lupa kan," Dirga mengeluarkan kotak kecil berwarna navy beludru.

"Ini buat kamu, coba kamu buka, Sena membuka kotak itu terdapat kalung liontin yang Dirga tadi beli barusan.

"Kalung.. ini buat aku?" Dirga mengangguk ia meraih kalungnya.

"Sini biar mas pasangin," Sena mengangkat rambutnya sampai leher jenjang terlihat, di lehernya masih ada satu bekas kissmark ulah Dirga yang berhasil ia tutupi dengan rambutnya.

Dirga memasangkannya dan sekarang ia merasa senang karena Sena menyukai pemberiannya dan karena Sena yang memakainya wanita itu semakin terlihat cantik dan percaya diri.

"Jangan kamu lepas harus kamu pakai terus." Sena mengangguk ia tak segan memberikan ciumannya untuk Dirga.

To Be Continued...

Love Toxic [Tersedia Juga di Noveltoon]Where stories live. Discover now