Bab 44 - Your & I

431 16 0
                                    

Siang itu Sena bertemu kembali dengan Nico di sebuah kafe, Nico yang sudah menjanjikannya sebuah pekerjaan untuknya.

"Gimana Nic?" Sena tak sabar menunggu jawabannya.

"Tante gue mau ngeliat dulu CV lamaran kerja lo, udah lo siapkan kan CV nya?" Sena mengangguk ia mengeluarkan berkasnya dan memberikannya pada Nico.

"Oke, nanti besok gue kabari lagi ya biasa kita ketemuan disini aja." Nico menerima berkasnya.

Sena yang melirik jam sudah menunjukkan pukul 13:15 ia berniat untuk pulang tapi rasanya ia tak enak hati karena baru saja duduk 10 menit bersama Nico. Dan sedari tadi ponselnya berdering tapi ia abaikan karena Sena tahu itu telepon dari Dirga.

"Angkat aja Sen, kali aja penting."
"Enggak penting,"
"Lo belum pesan makanan ya,"
"Gue enggak laper," Sena beralibi padahal perutnya sudah sangat keroncongan tapi uang sakunya sudah menepis.

"Pesen aja biar gue yang traktir ," Sena menggeleng.

"Kemarin lo traktir gue sekarang masa iya lo mau traktir gue lagi, enggak usah deh gue mau balik aja," Nico menggeleng ia tidak mau waktu bersama Sena secepat itu.

"Udah duduk aja Sen, biar gue yang pesenin makanannya,"

"Nic udah deh gue beneran enggak laper,"

"Sen gue udah jauh-jauh kesini, udah ngasih info kerjaan juga buat lo masa iya lo enggak menghargai gue sama sekali sih." Nico berhasil membuat Sena mengurungkan niatnya untuk pergi, karena ucapan Nico barusan berhasil menyentil perasaannya.

Bagaimana pun juga Nico sudah sangat baik padanya mana mungkin Sena tega bersikap tak tahu diri kepada Nico yang baik hati ini.

***

"Ngapain sih kita ke kafe segala di kantor juga kan ada Cafetaria," ujar Dirga yang merasa kesal di ajak paksa keluar oleh Rania.

"Ga, sekali-kali kan kita makan di luar," Rania benar-benar sangat menyebalkan.

"Ran kamu tau kan aku ini udah punya istri jadi kamu harus bisa jaga sikap kamu sama aku, lagian ini juga tempat kafe nya terlalu jauh dari kantor," Dirga menatapnya.

"Iya pak Dirga, ih kamu ini marah-marah terus." Dirga tersenyum masam.

Tapi Rania nampak tak memperdulikan ucapan Dirga ia bahkan terus menggandeng tangan Dirga masuk ke dalam kafe. Mereka mengambil duduk di meja dekat pintu agar bisa menikmati pemandangan jalan raya.

Rania yang sudah memesankan makanan untuk mereka berdua sedangkan Dirga nampak acuh dan sibuk dengan ponselnya sedari tadi saat di kantor bahkan sampai di tempat kafe pun.

"Ga, Dirga.. " Rania melihat pemandangan yang nampak tak asing di pengelihatannya.

"Apa sih Ran," katanya tapi masih fokus pada ponselnya.

"Ga lihat aku coba jangan fokus terus sama HP kamu," Rania merasa kesal dengan sikap Dirga cuek sekarang.

"Iya kenapa?" ia menyimpan ponselnya ke sakunya dan menatap Rania.

Rania tersenyum, "Coba kamu lihat deh, dia itu Sena kan adik tirinya Sarah istri kamu? Dia kayaknya lagi pacaran deh," ujarnya melihat Sena bersama seseorang.

Dirga melihat arah jari telunjuk Rania dan benar saja ia melihat dengan jelas Sena bersama dengan Nico yang nampak asyik mengobrol.

"Brengsek!" Dirga berdiri membuat Rania tertegun melihatnya.

"Ga, kamu mau ngapain?" Rania kebingungan ia memilih untuk tetap duduk dan melihat kemana Dirga pergi, pria itu menghampiri Sena dan Nico.


Sena terkejut melihat siapa yang menghampirinya Dirga menampakkan raut wajah kesalnya, ia langsung menatap tajam Nico yang bersama Sena.

"Hey bocah kau! Sudah berapa kali saya peringatkan jauhi Sena."

Dirga menarik kerah baju seragam Nico karena tubuh Dirga jauh lebih tinggi di bandingkan Nico membuatnya kewalahan akan cengkraman kuat Dirga pada kerah bajunya.

"Mas kamu ngapain sih, lepasin enggak,"

"LEPAS! APA URUSANNYA SAMA ANDA KALAU GUE DEKETIN SENA?" Dirga ingin sekali menghantam mulut lancang Nico, tapi tangan kanannya di pegang erat Sena.

"Mas udah, lepasin Nico ya kamu jangan kayak gini semua orang ngeliatin kita," Dirga beralih menatap Sena.

"Hari ini kamu selamat tapi besok kalau saya masih lihat kamu deketin Sena, saya enggak akan tinggal diam!" Dirga melepaskan cengkramannya dan mendorong Nico sampai terjatuh ke lantai.

Sena berniat membantu Nico berdiri tapi Dirga sudah menarik tangannya, ia tak mengizinkan Sena untuk membantu Nico.

"Ayo pulang!" Dirga menarik paksa tangan Sena tapi tak sampai melukainya tidak seperti kemarin.

"Nic sorry ya," Nico masih terdiam di lantai tanpa mengucapkan kata apapun, ia sebenarnya ingin sekali melawan Dirga tapi ia juga sadar diri kemampuannya.

Di karenakan keadaan sudah semakin memanas Rania menghampiri mereka tapi saat ia berpapasan dengan Dirga yang menggenggam tangan Sena, ia malah di abaikan begitu saja oleh Dirga.

"Sena ini ada apa sih?" Dirga menatapnya sekilas dan Sena pun tak membalas pertanyaan Rania barusan.

Dirga terus menggenggam tangan Sena membawanya masuk ke dalam mobilnya dan lebih parahnya lagi Dirga meninggalkan Rania di kafe saat itu, ia butuh waktu berdua dengan wanitanya.

***

Mobilnya menepi di pinggiran jalan yang cukup sepi dan seketika Dirga memukul setir mobil, ia baru saja melampiaskan amarahnya dan saat itu juga Dirga menundukkan wajahnya pada setir mobil.

"Mas,"
"Ngapain kamu berduaan sama dia?" tanya Dirga padanya.

"Aku enggak berduaan sama dia, ada hal penting yang aku bahas sama Nico," Dirga menatap lurus ke depan.

"Hal penting apa? Sepenting itu sampai kamu mau berduaan sama dia,"

"Mas bisa enggak sih berhenti terus-terusan menuduh aku berduaan sama dia, mas enggak sadar? Mas sendiri berduaan di kafe sama mantan mas itu," Sena menatapnya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Sena membuang muka, ia tak suka dengan sikap Dirga yang tak mau di salahkan, selalu ingin merasa paling benar.

"Kamu selalu bilang kalau kamu bingung sama perasaan kamu, tapi lihat sekarang kamu selalu bahas-bahas Rania padahal sudah sangat jelas dia hanya masa lalu bagi aku.. "

"Kamu cemburu tapi kamu enggak pernah mau mengakuinya," kata Dirga.

"IYA AKU CEMBURU! SETIAP KAMU BERSAMA DIA, PUAS DENGAN JAWABANNYA." Dirga terdiam di buatnya, Sena cemburu ini untuk pertama kalinya ia mengetahui jika wanitanya merasakan kecemburuan.

"Kamu selalu minta buat aku ngertiin kamu tapi kamu sendiri enggak pernah ngertiin perasaan aku.. "

"Kamu.. kamu enggak pernah peka, kamu egois tau enggak sih mas!" Sena menangis, ia menundukkan wajahnya.

Apa barusan Sena sedang mengungkapkan perasannya entah senang ataupun bagaimana mengekspresikannya, tapi Dirga sekarang merasa kesal pada dirinya sendiri karena sudah membuat wanitanya menangis, ia merengkuh pundak sempit Sena membawanya ke dalam pelukannya.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku memang enggak pernah mengerti akan perasaanmu. Maaf karena terlalu memikirkan perasaanku sendiri." Dirga menciumi puncak kepala wanitanya dan Sena masih terus menangis bahkan sesenggukan bak anak kecil.

TO BE CONTINUED..
Bantu Vote dan Komentarnya ya prend karena dukungan dari kalian sangat membantu agar semangat author kembali membara :)

Love Toxic [Tersedia Juga di Noveltoon]Where stories live. Discover now