Prolog

1K 82 5
                                    

Angin bertiup kencang, rambut biru keperakan itu terhempas selaras dengan arahnya. Duduk di bangku dekat pohon di bukit Tempest. Segala penjuru kota dapat terlihat dari sini. Tempest masih sangat ramai meskipun hari sudah menjelang tengah malam. Sebab mereka sedang berpesta tengah mengadakan hari ulang tahun Tempest yang ke 901.

Dan sang pemimpin, atau dengan kata lain yaitu aku. Rimuru Tempest, tengah menatap mereka dengan perasaan hangat. Sudah banyak waktu berlalu semenjak didirikan nya Tempest, banyak pahit dan manis yang telah di lewati oleh kami. Namun negara ini tetap berdiri, kokoh bagaikan benteng yang tidak bisa di tembus dengan tombak yang mematikan.

"Keluarga ..., Kah."

Benar, mereka adalah keluarga ku. Tempest adalah hal yang paling berharga bagiku.

"Anda di sini, Rimuru-sama."

Berbalik untuk melihat siapa yang datang, di sana terlihat Benimaru yang berjalan ke arah ku dengan senyum ramah.

"Benimaru." Memanggilnya sambil menepuk pelan bangku di sampingku. Dia duduk di sampingku.

"Apa yang anda lakukan malam-malam di sini, Rimuru-sama?"

"Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin di sini karena suasana yang tenang sambil memantau semua orang."

Benimaru mengalihkan pandangannya ke arah tempat yang sedang ku lihat. Meskipun dia selalu memiliki ekspresi tegas saat betugas, namun saat ini dia memiliki ekspresi yang lunak di wajahnya, damai melihat tawa dan kegembiraan yang terlihat di pusat kota.

"Sudah lama sekali kan, Tempest yang dulu nya hanya desa kecil. Kini menjadi negara yang sangat besar."

Aku hanya mengangguk kecil sebagai balasan, keheningan malam menyelimuti kami. Bukan suasana yang canggung, namun damai dan tenang. Menikmati keheningan sambil mengawasi Tempest.

"Apa kau tidak merindukan orang tua mu, Benimaru?"

Itu adalah pertanyaan yang tiba-tiba lolos dari mulutku, namun mengingat perkumpulan antar Kijin yang ku lihat saat itu. Banyak pertanyaan mulai muncul di benaku.

Tentu saja melihat ekspresi yang di berikan Benimaru, masuk akal jika dia terkejut. Namun segera dia tenang kembali. Sekarang, suasana di sini menjadi canggung.

<<Itu salahmu Master.>>

Diam.

"Akan menjadi kebohongan jika aku bilang tidak. Tentu aku merindukan mereka." Senyuman lolos di wajahnya, namun menyiratkan kesedihan di matanya.

"Kata 'jika' selalu muncul di kepalaku.

Jika saat itu orc tidak pernah menyerang desa ogre.

Jika orang tuaku masih hidup dan bergabung dengan kami.

Jika saat itu pembantaian ogre tidak pernah terjadi.

Namun, memikirkan hal seperti itu tidak akan merubah apapun, mereka tidak akan kembali. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah terus maju. Sehingga generasi baru tidak akan mengalami hal yang serupa. Sehingga aku tidak akan malu menunjukan wajahku di hadapan orang tuaku, aku akan berdiri tegap dan berkata 'Inilah Putra kalian.' dengan bangga."

Aku sangat tersentuh dengan jawaban yang di berikan oleh Benimaru. Itu diluar perkiraan ku.

"Tentu mereka akan merasa bangga memiliki Komandan tempur Tempest sebagai anak mereka." Aku menjawab Benimaru dengan seringai kecil. Namun aku bisa merasakan kehangatan melalui senyuman ku.

Benimaru terkekeh pelan mendengar jawabanku sebelum mengalihkan kembali pandangannya ke arah Tempest.

"Benar, karena itulah aku harus melaksanakan tanggung jawabku sepenuhnya. Aku akan melakukan apapun agar senyuman dan tawa mereka tak di rebut oleh faktor apapun."

Kau sudah melakukannya Benimaru, kau juga tetap melakukannya. Dari awal sampai saat ini, dan sampai akhir. tak pernah sekalipun dia mengecewakan ku.

"Benar, lakukan yang terbaik komandan!" Sambil meninju dadanya dengan lembut, kami tertawa bersama. Kami bercakap cukup lama seperti seorang teman, Benimaru juga mengerti sehingga dari awal dia berbicara dengan santai tidak terlalu formal kepadaku yang membuat suasana menjadi tenang.

"Kalau begitu, saya akan undur diri untuk saat ini."  Merasa waktu yang kita lewati telah berlalu lama, dia bangkit dari duduknya. Berbicara dengan formal kembali.

Mengangguk kecil sebagai balasan.

"Ya, selamat malam."

"Selamat malam, Rimuru-sama." Lalu dia pergi sebelum memberikan salam formal kepadaku. Hingga Benimaru di telan oleh gelapnya malam, langkah kakinya mulai tidak terdengar. Keheningan kembali di sekitarku.

Mendengar cerita Benimaru, Geld, dan Rigurd. Beberapa pertanyaan acak kembali muncul di kepalaku.

<<Anda bisa melakukannya master.>>

Aku tau ..., Aku tau itu ... Ya ... Aku tau ...

Namun apa yang akan terjadi dengan dunia ini? Apa yang terjadi jika aku pergi?

<<Percayalah kalau itu semua akan baik-baik saja.>>

Terimakasih Ciel.

<<Itu tugas saya Master.>>

Tidak, aku berterimakasih untuk segalanya yang telah kau berikan kepadaku. Aku tidak tau akan menjadi apa aku sekarang jika tanpa mu Ciel ..., Kau sangat berharga bagiku.

<<Ap–!? A-a-apa!?>>

Ku bilang kau sangat berharga bagiku aku sangat menyayangimu. Mungkin pertama kalinya aku berbicara kepadanya seperti ini, dia tidak dapat memproses apa yang ku katakan? Tidak, mungkin emosi lain telah muncul.

Ciel?

<< ... >>

Ya, aku yakin itu. Akan menyenangkan jika aku dapat melihat wajah gugup Ciel yang sedang tersipu malu saat ini.

Kekehan lolos dari mulutku ketika aku merasakan perasaan campur aduk yang kurasakan dari Ciel. Itu adalah perasaan Malu, gugup, dan bingung yang menjadi satu. Ciel terlihat sangat imut ketika dia meringkuk dengan wajah yang memerah.

Bersambung.

Alternatif time lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang