Part 12

952 174 62
                                    

It's been a while! I hope you not get bored with this notification 🌝✨

It's been a while! I hope you not get bored with this notification 🌝✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Voter ke berapa nih?


Hutan ini sedikit berbeda, namun bahayanya bisa melebihi bayanganmu sendiri." Grendall berkata. Suara kucingnya memiliki aksen yang unik dengan sentuhan ringan. Kaki-kaki yang memiliki kuku tajam di balik bulunya, menapak pada jalanan yang terbuat dari batu berwarna merah selayak permata ruby itu mulai sampai ujungnya. "Tetap ikuti aku, hilang di dalam sana bukanlah hal yang baik. Lebih sulit mencari keberadaan kalian dibandingkan menyembunyikan Evanna dari terkaman Wascalone."

Evanna tidak tahu apa itu Wascalone, namun saat Lief mengangguk dengan kelopak mata tegas, Evanna tahu itu bukanlah mahluk lucu yang bisa dipeluk. Rumah kaca Whiskas tertinggal jauh beberapa saat lalu. Evanna berjalan di belakang si kucing, sementara Lief memastikan dari belakang tidak akan ada yang datang menyerang. Perjalanan ini jelas berat, Lief berpikir ini hal terakhir yang bisa ia pikirkan selama masih bisa merasakan eksistensinya.

"Grendall memiliki penciuman dan penglihatan yang berbeda dari kita." Lief menambahkan seiring menunjuk hidung dan sisi matanya. "Bisa dibilang, kucing di Ethereal memiliki kemampuan untuk melihat jalur tersembunyi. Itu sama seperti mengikuti sebuah pita panjang berwarna putih menyala yang hanya bisa dilihat oleh kaum mereka sendiri."

Evanna sejenak mengerutkan dahinya, mengamati Lief apakah keyakinan itu berasal dari rahasia tersembunyi si Malaikat Maut yang barangkali pernah dihukum menjadi kucing. "Dari mana kau tahu?"

"Dari buku. Bukankan berarti aku tidak mendapatkan pendidikan yang bagus, Eva. Kau harus tahu ujian berat untuk mendapatkan Gon, sama seperti menguliti diri sendiri hidup-hidup sampai rasanya ingin menyerah."

Napas Evanna terembus, dan ia mengangguk sekali. "Benar. Kalian belajar."

Evanna yakin, dia tidak pernah merasa kalah dari Lisele jika tentang melewati jalanan terjal dan batu-batu licin di desa Ellesmere. Sewaktu ia kecil, bermain di tepi hutan dan anak sungai adalah keseharian. Barangkali itulah yang membuat Evanna sebenarnya bisa membedakan situasi mengancam alam dengan cukup mudah di bawah hidungnya. Evanna mengenal apa itu kegelapan dan kengerian yang diseruakkan dari kedalaman hutan, seperti ia mengenal jemari kakinya sendiri. Tapi tentu saja hutan Ellesmere jauh berbeda dengan hutan yang ada di Ethereal. Tidak ada kayu berwarna cokelat atau gelap, tidak pula dengan dahan-dahan yang membentuk keremangan teduh.

"Ini indah sekali, sungguh." Evanna mengamati seperti baru saja terserang mantra. "Lebih bagus dari musim dingin di Ellesmere."

"Kau benar...." Lief mengangguk. "Ini memang indah."

Sejauh mata memandang, pohon yang muncul dari dalam permukaan tanah itu berwarna putih, mengilat seperti telah dilumuri oleh minyak transparan. Rantingnya menjalar tinggi, berkelindan sedemikian rupa membentuk lengkungan kubah-kubah tanpa dahan setiap beberapa meter. Anehnya, kulit Evanna menggigil. Sebuah mantel bertudung hitam yang diberikan oleh Whiskas, begitu juga dengan Lief, tidak membuat bulu kuduknya berhenti berdiri.

String of SoulWhere stories live. Discover now