04

65 9 0
                                    

Belakangan tahun hidup bersama Jaehyuk, Asahi menyadari banyak hal telah mengubah jati dirinya, meski tak begitu kentara sekali. Namun dengan adanya eksistensi laki-laki itu, setidaknya Asahi bisa meringankan bebannya untuk mengurus segala keperluannya ketika dirinya memutuskan untuk kabur dari rumah lagi, atau mungkin sisi hangat Asahi yang mendusta bahwa hidup tidak butuh dan tidak untuk kepada siapapun dirinya melonggarkan diri. Padahal sejatinya manusia tetaplah makhluk sosial sebagaimana sifat yang telah tercipta. Dirinya tidak mungkin benar-benar bisa sendiri.

Jauh sebelum mengenalnya, dirinya adalah independent man yang segalanya bisa ia lakukan seorang diri tanpa memerlukan campur tangan oranglain. Benar-benar definisi mandiri untuk umur belasan tahun waktu itu. Namun sekarang, karakternya itu perlahan-lahan dibunuh dengan adanya peran Jaehyuk disisinya. Seperti yang terlihat belakangan ini, ia bahkan bersikap manja, childish, dan merepotkan oranglain.

Jaehyuk sialan itu. Kenapa Asahi terlihat seperti bocah yang menggantungkan diri seperti ini?

Bagi Asahi, untuk menghadapi lima—enam—bahkan delapan pria berbadan cukup besar dihadapannya saat ini bukanlah hal yang sulit. Namun, kenapa lagi-lagi otaknya secara otomatis bersuara memanggil pemuda itu?

Pokoknya kalau Asahi lecet sedikit saja hari ini, pastikan dirinya untuk memukul Jaehyuk!

"Sendirian aja nih maniest? Kamu kesasar ya?"

Celetuk lelaki berbadan tambun yang berjalan mendekatinya, sisa rokok yang diampit oleh jari telunjuk dan tengah ia jatuhkan lalu diinjak, menyisakan sedikit asap yang mengepul setelahnya.

"Gimana kalo ikut kita aja?" Tambah rekannya yang memiliki beberapa tindik disekitar telinganya. "Tenang aja, kita nggak bakal aneh-aneh kok. Iya kan guys?"

Asahi memasang sikap waspada ketika berandalan itu mencoba mendekatinya. Membetulkan posisi topinya yang sedikit menghalangi pandangan. Ia menghitung, memastikan berapa banyak orang dihadapannya. Dirinya mendapati empat orang yang bergerak mendekat, yang sisanya hanya memperhatikannya dari jauh, jumlah yang lumayan. Ini benar-benar akan merepotkan.

Asahi harus memastikan benar-benar bisa menjatuhkan mereka semua karena tidak, bisa saja mereka semakin gencar mengganggunya, atau yang paling buruk, menculiknya.

Taruna kecil itu masih tetap berdiri tenang tanpa membuat keributan yang berarti. Jauh sebelum mengenal Jaehyuk (Jaehyuk lagi), Asahi sudah terbiasa dengan situasi semacam ini. Karena dirinya sering berjalan dan berpergian jauh sendirian, ia sering mengalami catcalling, kekerasan, bahkan penculikan sekalipun.

Karena selain visualnya yang mampu menarik perhatian strangers, Asahi adalah seoarang anak dari salah satu pengusaha ternama dinegara. Maka dari itu dirinya bisa bersikap setenang itu. Toh, jauh sebelum adanya Jaehyuk (lagi-lagi Jaehyuk) Asahi cukup percaya dengan kemampuannya untuk menyelamatkan diri.

Asahi menghembuskan napas pelan, menepuk-nepuk pelan perutnya, sepertinya ia merasa dalam kondisi prima setelah makan cukup tadi siang. Sedangkan tangannya yang lain melepas ikatan eye-patch, setelah beradaptasi dengan cahaya, irisnya memandang lurus kearah lawan.

Kini, dirinya siap mengamuk kapan saja.

"Wow, wow, jangan tatap aku kayak gitu dong. Takutnya~"

Dalam tiga langkahnya kedepan, Asahi menendang keatas ketika berhadapan dengan pria yang lebih tinggi darinya, kakinya tepat menghantam dagu orang tersebut kemudian menukik, kembali menghujaminya dengan pukulan diwajahnya. Merasa belum puas, Asahi membuat gerakan memutar dan mengarahkan tendangannya tepat ke arah leher.

Satu musuh telah tumbang.

Rekan-rekannya yang lain melebarkan mata, memandangnya dengan tatapan tak percaya dengan tubuh sekecil itu ia bahkan bisa membuat pingsan salah satu temannya. Termasuk dengan si alis pecah, kepala tomat dan pemuda berkacamata tebal itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AphroditeWhere stories live. Discover now