3. Bilal

15 3 0
                                    

"Bilal!"

"Eh kenapa, Nin?"

"Kenapa gimana, dari tadi dipanggil lo diem aja!" Nina menggerutu, menyilangkan tangannya. Tapi tiba-tiba wajahnya berubah "... Orang tua lo... berantem lagi...?" Yang ditanya hanya diam menatap lurus dengan wajah datar.

"Maaf... aku nggak bermaksud--"

"Ngapapa ko, sans" Bilal tersenyum tipis. "Lo sendiri gimana? Masih dipaksa belajar juga, kan?"

"Gue... disuruh masuk SMA Adzam nanti"

"Loh bagus dong? Satu sekolah ama gue nanti"

"Jauh-jauh mikirin bisa ketemu di sekolah yang cowo sama cewe pisah, bisa masuk atau ngga nya dulu yang dipikirin loh! Lo tau sendiri sesusah apa masuknya! Kadang gue mikir gimana cara nyokap lo nyogok sekolah itu" Nina meremas gemas bajunya.

Bilal hanya tertawa hambar mendengarnya. Sebenarnya tahun lalu ia juga menolak "tawaran" ibunya memasuki sekolah itu. Tapi pada akhirnya terpaksa memenuhi kemauan ibunya.

"Kalo lo bisa milih sendiri, lo maunya gimana?" Tanya Bilal.

"mmm... mau fokus design, cuma gua ga berani bilang. Pernah gue bilang abis itu bokap gue marah sampe lempar gelas. Tapi untungnya gambaran gue nggak dibuang atau semacamnya sih"

"Gue kalo ada di situ udh gue pukul bokap lo" Bilal mengepalkan tangannya seperti hendak meninju. Nina tertawa melihat Bilal yang seperti itu.

"Thanks for being by my side"

"Thank you too"

***

"Dari Mana saja kamu? Lihat ga sekarang jam berapa?" Suara tegas bundanya terdengar diantara sunyinya rumah.

"Sialan!" Tadi Bilal tertangkap basah di depan jendela kamarnya, sosok bundanya berdiri di samping bingkai jendela. tanpa basa-basi langsung menyambar tangan Bilal dengan kasar, menarik nya ke ruang tamu.

"Kemana kamu malem-malem begini?"

Bilal diam, tangannya mengeras meremas baju.

"Jawab!"

Pemuda itu tetap diam.

"JAWAB--"

"Aku kemana aja itu terserah aku sendiri" suaranya yang dingin menatap datar ke bawah.

"SIAPA SURUH KAMU PERGI EMANG HA--"

"SITUASI BUN YANG SURUH AKU PERGI! SIAPA JUGA YANG BAKAL BETAH ORANGTUANYA BERANTEM MULU!? MIKIRIN EGO SENDIRI AJA!"

BLAM! Bilal membanting pintu kamarnya dengan keras, langsung menguncinya. meringkuk di kasur kamarnya dengan wajah ditenggelamkan dengan bantal.

Brengsek!

***

TEEEET! Kelas berakhir.

Bilal berjalan di koridor sambil mengunyah roti miliknya. Sampai sesuatu tertangkap matanya. Sosok di atas genteng sekolah terlihat dari jendela koridor yang membuat matanya terbelalak dan terbatuk tersedak rotinya.

"WOI! TU ORANG KO BISA KESITU!?" Rasa penasaran membuat Bilal berani mencoba menghampiri... siapapun itu.

"Sebenarnya bisa sih ke genteng lewat rooftop, tapi kan pintu ke rooftop rusak. Eh siapa juga yang nekat manjat ke genteng lantai 4!?"

Memang melelahkan menaiki tangga hingga lantai 4. Tapi sekarang bilal fokus menatap pintu di depannya. Palang "jangan masuk" tertulis di pintunya, tapi Bilal mana peduli "Bisa dibuka nggak ya–BUSET!" Gimana gak kaget? Dengan engsel pintu yang longgar dan menggantung saat terbuka seperti itu, pintu itu seolah-olah ingin meniban siapapun yang membukanya.

"Gila... lama-lama bisa ambruk ini pintu" gumamnya sambil perlahan menutup pintu.

Kesiur angin memainkan rambutnya, sinar matahari yang menerpa wajahnya. Kepalanya celingak-celinguk mencari sosok tersebut hingga hidungnya menangkap bau yang tidak asing lagi "oi oi oi... buset! Bau ini kan–"

"Wah? Apa ni? Pendatang baru?" terlihat jelas sosok itu berjalan di atas genteng, lalu melompat turun dan mendarat di lantai rooftop. Dan ditangannya... YA AMPUN!?

"WOI WOI WOI GA BOLEH NGEROKOK LU! WAH GUA LAPOR–"

"BENTAR! WOI!" Sebelum Bilal berbalik tangannya sudah di cengkram dari belakang.

"Lu kira gue ngerokok cuma iseng-iseng doang. Nama lo? Kelas berapa?"

Mata Bilal memelotot, menepis tangan orang itu "Bilal... kelas 8-C"

"Oh Bilal..." orang itu membuang puntung rokoknya sembarang arah.

"Gue Aksara, panggil aja Aksa, kelas 9-B"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Good or Bad?Where stories live. Discover now