28

5.8K 376 18
                                    

Diana langsung bangun dari sofa saat Savanna keluar dari balik kamar Galih, sambil mengusap dahinya kecil Ia langsung memberondong Savanna dengan pertanyaan.

"Bagaimana keadaan Galih, Savanna? Apa yang dia katakan?" Tanyanya dengan nada ketara khawatir.

Savanna tak langsung menjawab, Ia menghela nafas panjang dan mengatur air mukanya, "Tenang saja, dia akan menuruti permintaan Nyonya." sahut Savanna tenang namun dalam perkataan nya mengandung makna tersirat. Belum lagi Ia menatap Diana dengan tatapan berani, tak seperti biasanya.

"Savanna.."

"Pak Galih ada di dalam, kamarnya tidak terkunci. Kalau Nyonya belum puas, paksa aja lagi dia untuk menuruti permintaan Nyonya. Kan katanya Nyonya sayang dan peduli pada Pak Galih, sebelum jadi gila masih bisa dipaksa kok." tambah Savanna.

"Jaga mulut kamu, Savanna! Kamu keterlaluan." Lola menegur Savanna dengan tegas, kelancangan Savanna membuat kembali panas keadaan.

Selama menjadi sekretaris Galih, Savanna tak pernah sekalipun menunjukkan sikap lancangnya pada Diana. Dia cukup menghormati perempuan itu sebagai ibu dari atasannya.

Savanna sama sekali tidak gentar akan teguran Lola, Ia semakin berani dan malah menentang perempuan itu. "Kalau Nyonya tersinggung, pecat saja saya." Balas Savanna santai tanpa takut sedikitpun. Ia menjaga air muka dan nada suaranya tetap tenang. "Saya cuma kehilangan pekerjaan kalau ibu pecat. Tapi kalau nyonya, apa yang hilang kalau masih bersikap keras kepala seperti itu?"

Diana tak menjawab pertanyaan itu, Ia hanya bisa menatap Savanna dengan tatapan marah namun juga kalut.

"Nyawa Pak Galih, Nyonya. Atau kalau dia masih mau hidup, dengan sikap ibu yang sangat bijak itu, Pak Galih bisa gila mungkin." ungkapnya sarkastis.

Lola mendekat kearah Savanna ingin menamparnya, Geram dengan sikap Savanna yang tiba-tiba cukup lancang. Namun Diana menghalanginya. Karena sebagai ibu dari Galih, selama ada Savanna, Ia banyak menitipkan putranya pada perempuan itu. Apalagi dengan fakta bahwa Savanna adalah orang yang sangat dipercaya Galih. Hanya Savanna yang mau didengar Galih.

"Lalu saya harus bagaimana, Savanna?" tanyanya mengalah. Ia mengabaikan opsi untuk memecat perempuan yang berdiri di depan nya saat ini.

Savanna mengangkat bahunya acuh, "Saya tidak punya jawaban untuk itu," balasnya cuek lalu melangkah keluar dari apartemen itu. Menekan rasa pedulinya pada Pak Galih, Savanna mengacuhkan Diana. Jujur, semua orang muak dengan sikap keras kepala dan egois wanita paruh baya itu.

Rasanya Savanna bisa mendengar dengungan yang keras di kepalanya setelah keluar dari unit apartemen itu, Ia lelah dan juga stress. Pak Galih satu perkara, pekerjaannya yang tiba-tiba berantakan hari ini juga satu perkara.

Diana yang melihat Savanna keluar dari apartemen Galih dengan tampang tak peduli langsung diserang panik. Dia sendiri tak berani menghadapi Galih setelah mendengar bahwa lelaki itu ingin mati daripada terus menjadi anaknya yang terkekang. Diana merasa benar-benar ibu yang buruk dan itu membuatnya tertekan.

Dia mengejar Savanna hingga ke lift. "Katakan pada saya, apa yang harus saya lakukan, Savanna?" tanyanya setelah berhasil menghalangi lift bergerak.

Savanna sedikit terhenyak saat menyadari bahwa Diana menyusulnya hingga ke lift. Apa wanita itu sekarang tidak berdiri di atas egonya yang setinggi langit lagi kah? Ia hendak mengabaikan Diana, namun mata perempuan yang berstatus sebagai ibu itu membuat Savanna lemah. Dia tidak boleh terlalu kejam pada sosok ibu, benar bukan?

Savanna keluar dari kotak lift dan mendekati Diana yang berdiri di depannya kemudian menggenggam tangannya lembut. Memberikan sentuhan kecil yang membuat Diana lebih yakin dengan apa yang sedang Savanna katakan.

Istri Untuk Pak Bos ✔Where stories live. Discover now