Tuan Muda

1.9K 242 8
                                    

❤💚❤💚❤💚

PUKUL sebelas malam Yibo menepikan mobilnya di depan vila yang gelap. Hanya dua buah lampu di depan gerbang dan satu lampu di taman yang menyala, memberikan sedikit sinar bagi kegelapan di sekelilingnya.

Berdiri di depan pintu masuk, Yibo bertepuk tangan satu kali dan seketika vila itu terang benderang. Kemudian ia menekan pin dan pintu pun terbuka.

Kaki Yibo mengayun memasuki ruangan hendak menaiki tangga menuju lantai atas ketika sudut matanya membidik sesuatu di pojok ruangan yang tertutup pot tanaman besar.

Ia memutar kakinya mengambil arah menuju pot itu, dan terkejut melihat Sean sedang meringkuk di sana sambil menangis.

"Sean ...?" Yibo menatapnya penuh tanya. "Apa yang terjadi? Mengapa kau di sini?"

Sean tidak menjawab melainkan semakin menciutkan diri, merapat pada sudut dinding yang gelap.

Untuk menggapainya, Yibo harus menyingkirkan pot tanaman itu lebih dulu lalu berjongkok di hadapan Sean.

Sean membenamkan wajahnya di antara lengan yang memeluk lutut, tubuhnya gemetar. Suara isakan kecil terdengar pelan. Yibo mengamati kondisi Sean yang bisa dilihatnya dengan mata. Kaki pemuda itu kotor dan berdarah di beberapa jarinya, seakan ia berlari di sepanjang jalan tanpa memakai sepatu. Bahu jaket pemuda itu robek memperlihatkan kulit yang memerah bekas cengkeraman tangan seseorang. Lengan pemuda itu, yang sebelumnya dipenuhi luka lecet karena kecelakaan, terbuka lagi dan berdarah lebih banyak. Namun, semua darah di tubuh pemuda itu sudah mengering dan menempel di kulitnya.

Melihat kondisi tubuh Sean yang tragis, Yibo mulai bisa menerka situasi yang dialami pemuda itu. Dengan sedikit panik ia meminta Sean mengangkat wajahnya.

"Angkat wajahmu, Sean."

Namun, Sean bergeming sambil gemetar.

Yibo tidak punya pilihan selain memaksanya. Kedua tangan Yibo berhasil mengangkat kepala Sean yang langsung memperlihatkan lebam, sudut bibir yang sobek dan berdarah, serta bekas tamparan di pipinya. Belum lagi kaus yang dirobek paksa.

"Apa yang terjadi padamu?" Suara Yibo yang bergetar karena cemas tidak lebih tinggi dari sebuah bisikan.

Jawaban yang diberikan Sean hanya berupa tangisan yang memilukan hati. Pria itu membawa Sean ke dalam dadanya, membiarkan pemuda itu menumpahkan kesedihan hatinya.

.

.

.

Sean menangis sampai tertidur. Yibo mengangkatnya menuju kamar tidur, membaringkan tubuh pemuda itu secara hati-hati di atas kasur.

Awalnya Yibo bingung harus memulai dari mana untuk mengobati luka di tubuh Sean. Akhirnya ia memutuskan untuk mengganti pakaian pemuda itu terlebih dulu. Yibo melangkah menuju lemari pakaian miliknya dan berpikir baju mana yang bisa digunakan oleh Sean, ketika melihat bahwa piyama akan lebih nyaman dipakai saat tidur maka Yibo memilih piyama tersebut.

Dengan hati-hati Yibo membuka pakaian lama Sean yang sudah sobek-sobek dan penuh noda lalu memakaikan piyama linen yang lembut padanya. Setelah itu, Yibo beranjak ke kamar mandi, dan keluar lagi sambil membawa sebaskom air hangat serta handuk kecil, lalu menaruhnya ke atas meja di samping tempat tidur. Secara lembut dan hati-hati Yibo mulai membersihkan tubuh Sean, mulai dari kaki, tangan, leher, dan wajahnya. Setelah semua noda itu hilang, Yibo mengambil kotak obat dan mulai mengobati luka di tubuh Sean. Ia melakukannya dengan sangat teliti.

Ketika akhirnya semua pekerjaan itu selesai, Yibo menyelimuti tubuh Sean dengan baik. Lalu meninggalkan kamar setelah mematikan lampu, membiarkan Sean tidur dengan lelap di sana.

ALWAYS BE YOURS [END] ✅Where stories live. Discover now