3. "jangan merendah untuk meroket."

812 71 5
                                    

" ntar pulang Abang yang jemput, ayah lagi sibuk." Jo mengatakannya setelah mereka sampai di depan gerbang sekolah.

Echan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara Jirul mengacungkan jempol. Keduanya sedang marah dengan Jo yang semalam memarahi mereka sebab mencoret-coret buku tempatnya menulis lirik lagu.

Jo menghela nafas berat tak ingin mengurusi Echan dan Jirul yang masih diam saja.

Ia segera pergi bergegas menuju kantor tempatnya bekerja.

Sebagai komponis ia bekerja dengan beberapa banyak penyanyi dan pemusik. Namun entah nasib atau bagaimana semua orang di kantornya cowok semua. Dunia ini penuh dengan kaum batang~

" Kopi mas!" Tawar Hendra mengangkat tinggi-tinggi segelas kopi dingin di tangannya.

Ia baru saja keluar membelinya untuk semua orang.

Jo mengambil satu lalu memilih berjalan menuju meja kerjanya. Ia memijit pelipisnya lelah. Mengapa ia bisa bekerja di bidang yang memusingkan seperti ini. Tapi jika ia berhenti ia hanya akan menjadi bapak kost yang kerjaannya malakin anak-anak kost.

" Ngapain Jon?" Tera bertanya menatap wajah frustasi temannya itu.

" Bingung nih draft gue kagak ada yang menarik buat karakteristik artis kita." Kata Jo fokus pada beberapa dokumen di layar komputernya. Menunjukkan beberapa hasil kerjanya pada Tera.

" Kalo Lo kekeuh mau buat liriknya sendiri keknya Lo butuh ngalamin langsung baru bisa buat yang agak nyambung sama konsep." Kata Tera berkomentar.

"Iya juga ya. Tapi mana ada cewek yang mau sama gue. Apa lagi ada dua curut itu." Jo semakin galau.

Bagaimana ia bisa mendeskripsikan rasanya jatuh cinta saat ia belum pernah mengalaminya?

" Bang jangan merendah untuk meroket! Lo itu sebenernya cakep. Cuma emang rada jorok aja casingnya." Kata Hendra muncul entah dari mana.

Ucapannya tak salah. Jo itu berkumis tipis, rambutnya gondrong, dan ada beberapa jerawat di pipinya belum lagi dia jarang nyadar seberapa butek mukanya. Jo tak punya waktu untuk peduli akan penampilannya sebab terlalu asik dengan pekerjaan serta sibuk mengurusi kedua adiknya, yang entah bagaimana menjadi salah satu alasan mengapa ia di nilai sebagai seorang ayah dari keduanya.

Tapi di pikir-pikir cewek jaman sekarang suka banget sama artis-artis bersih kulitnya, macem artis Korea. Apa Jo mulai investasi muka aja ya?

" Lo mulai aja rubah penampilan Lo. Sebenernya bang Lo itu cakep, porsi badan Lo itu udah pantes jadi bintang iklan susu L-MEN." Kata Hendra lagi.

Tera mengangguk setuju. Jo harus berubah sebab hanya ia yang tak terurus satu kantor ini. Padahal menurut Tera, Jonathan itu ada potensi jadi wajah perusahaan.

Ntar muncul artikel gini

'BAK BINTANG IKLAN, INI DIA KOMPONIS DARI LAGU ******* YANG TERNYATA LEBIH GTG DARI PENYANYINYA.'

' LUAR BIASA PESONA KOMPONIS DARI HOPE ENTERTAINMENT TAK KALAH DENGAN ARTISNYA.'

" IYA! Lo harus potong rambut, cukur kumis, sama perawatan! Pokoknya Lo harus!" Kata Tera semangat setelah melamun membayangkannya.

Jo masih berfokus berfikir. Apa iya dia seburik itu?

Berawal dari diskusi singkat mengenai penampilan yang agak Body shaming itu. Akhirnya Jo memutuskan menanggalkan rambut gondrongnya.

Saat ini ia tengah menunggu kedua adiknya pulang sekolah.

Rencananya Jo mau potong rambut sekalian nge-botakin Jirul sama Echan soalnya rambut mereka udah agak panjang.

They're just brothers! (Johnny Suh) ✓Where stories live. Discover now