23.

222 43 0
                                    

⋆♱✮♱⋆☽☾⋆♱✮♱⋆


          ROSETTE tidak tahu apakah dia boleh merasa kesenangan dan terpukau ketika kerumunan itu dibubarkan dan Madam Pomfrey meneriakinya untuk kembali ke dalam rumah sakit, tapi itu pertama kalinya bagi Rosette melihat seorang—seekor centaurus di hidupnya.

Tampilannya sangat menganggumkan, dan pada esok paginya ketika Madam Pomfrey telah menganggapnya sembuh, dia dengan hati berdebar-debar mengikuti pelajaran Profesor Firenze pertamanya, menuju kelas sebelas bersama anak-anak yang lain.

Kelas sebelas terletak di lantai dasar, di koridor yang menuju Aula Depan, di seberang Aula Besar. Rosette tahu itu salah satu ruang kelas yang tidak digunakan secara teratur, dan karena itu memiliki suasana diabaikan, seperti lemari atau gudang. Itulah sebabnya ketika memasukinya di belakang Harry dan Ron, dan ternyata dia berada di tengah tempat terbuka di hutan, sejenak dia terkesima.

"Astaga!"   

Lantai kelas itu sudah berlapis lumut empuk dan pepohonan tumbuh di situ; dahan-dahannya yang berdaun rimbun melambai di langit-langit dan jendela, sehingga ruangan itu dipenuhi berkas-berkas cahaya lembut kehijauan. Anak-anak yang sudah datang lebih dulu duduk di lantai tanah dengan punggung bersandar ke batang pohon atau batu besar, lengan memeluk lutut atau tersilang rapat di dada, dan semua tampak agak gugup. Di tengah tempat terbuka itu, yang tak ada pohon-pohonnya, berdiri Firenze.   

"Harry Potter," sapanya seraya mengulurkan tangan ketika Harry masuk.

"Eh—hai," kata Harry, berjabat tangan dengan si centaurus, yang mengamatinya tanpa berkedip dengan mata birunya yang luar biasa, tetapi tidak tersenyum. "Eh—senang bertemu kembali denganmu."

"Aku juga senang," kata si centaurus, menelengkan kepalanya yang berambut pirang-putih. "Sudah diramalkan bahwa kita akan bertemu lagi."

Rosette memperhatikan ada sisa memar berbentuk kaki kuda di dada Firenze dari balik tubuh Harry. Ketika dia berbalik untuk bergabung dengan anak-anak lain di tanah, dilihatnya mereka semua memandang Harry terpesona, rupanya terkesan sekali melihat Harry mengenal dan bercakap-cakap dengan Firenze, yang bagi mereka tampak menakutkan.

Ketika pintu sudah tertutup dan murid terakhir sudah duduk di tunggul pohon dekat tempat sampah, Firenze melambaikan tangan ke sekeliling ruangan.

"Profesor Dumbledore telah berbaik hati mengatur ruang kelas ini untukku," kata Firenze, "sebagai imitasi habitat alamiku. Aku sebetulnya lebih suka mengajar kalian di Hutan Terlarang, yang—sampai hari Senin lalu—adalah rumahku... tapi itu tak lagi mungkin."

"Maaf—eh—Sir..." kata Parvati terengah, sambil mengangkat tangannya, "...kenapa tidak? Kami pernah ke sana bersama Hagrid, kami tidak takut!"

"Ini bukan soal keberanian kalian," jelas Firenze, "tapi soal posisiku. Aku tak bisa kembali ke Hutan. Kawananku telah mengusirku."

"Kawanan?" kata Lavender bingung, dan Rosette tahu dia membayangkan sapi-sapi. "Apa—oh!"

Wajahnya tampak paham. "Ada lebih banyak lagi yang seperti Anda?" katanya terpesona.

"Apakah Hagrid membiakkan kalian, seperti Thestral?" tanya Dean bersemangat. Firenze memalingkan kepalanya sangat lambat untuk memandang Dean, yang tampaknya langsung sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang sangat menyinggung perasaan."Saya tidak bermaksud—maksud saya—maaf," dia mengakhiri kalimatnya dengan suara pelan.

"Centaurus bukan pelayan atau benda permainan manusia," kata Firenze pelan.

Hening sejenak, kemudian Parvati mengangkat tangannya lagi."Maaf, Sir... kenapa centaurus yang lain mengusir Anda?"

𝐀 𝐒𝐨𝐮𝐥𝐦𝐚𝐭𝐞 𝐖𝐡𝐨 𝐖𝐚𝐬𝐧'𝐭 𝐌𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐞 | 𝐕𝐨𝐥 𝐈 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang