TYA S2 || 10

8.5K 817 735
                                    

About TYA
Part 10
-
-
-
Part ini sedikit panjang, agak menegangkan. Jadi simak dengan baik ya cinta.
300 komentar double update!

"Kok tumben?" Lontar Feerly saat melihat suaminya pulang padahal baru jam dua siang.

Arta mendudukkan Giandra di kursi kemudian membuka jasnya. "Kangen sama kamu."

Feerly terkekeh. "Orang tadi siang aku ke sana juga."

Arta tertawa melihat istrinya yang sedang bushing. "Aku beli ini tadi."

Arta meletakkan bingkisannya dan di susul Feerly dengan duduk di sampingnya.

"Apa ini?"

"Buka aja."

Feerly tersenyum tipis saat melihat apa yang dibawa suaminya. Walaupun itu hanya berisi beberapa es Boba dan coklat.

"Nanti makannya diatur ya."

Feerly segera memeluk tubuh Arta membuat pria itu tersenyum dan mengelus rambut istrinya. "Makasih."

"Sayang?"

Feerly yang mendengar itu, dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan tersebut. 

Arta tersenyum, meraih tangan itu. "Mau sampai kapan panggil aku kakak?"

Feerly heran, mengerutkan keningnya tak mengerti. "Gimana-gimana?"

"Ini sayang, kita kan nikah udah lima tahun lebih, aku manggil kamu kan sayang, sama kamu masih manggil aku kakak si."

Raut wajah Feerly mencoba mencerna ucapan itu. "Oh, kak Arta enggak mau di panggil kak Arta? Maunya apa El?"

Pria itu menggeleng cepat. "No. Panggil aku mas dong, mas Arta gitu. Lucu kan."

Feerly langsung melepaskan tangan itu dan terkekeh. "Jangan aneh-aneh deh."

"Aneh gimana ihh!"

"Ya? Mas Arta gitu, oke?" Rayu Arta dengan memeluk lengan istrinya.

Feerly menggeleng dengan melepaskan tangan tersebut. "J--"

"Please," mohon Arta dengan menyatukan kedua tangannya.

"Iya, tapi nanti kalo El punya ade."

Mendengar itu dengan cepat Arta berdiri dan menarik tangan Feerly. "Apa si!"

Arta melepaskan genggamannya, menatap wajah istrinya dan tersenyum tipis, "bikin dede."

"Ngawur!"

Setelah mengatakan itu, Feerly kembali menuju meja makan dengan di ikuti Arta.

"Yang!"

"Iya, nanti. Enggak sekarang ihh!"

"M--"

"Mau nurut atau enggak aku kasih sama sekali?!"

Arta memasang wajah cemberutnya, tak lupa dengan memanyunkan bibirnya itu. "Tapi janji?"

Feerly mengangguk, meraih jari kelingking tersebut dan memberikan kecupan singkat pada kening suaminya.

Pukul delapan malam, Arta menatap istrinya yang baru masuk dengan membawa segelas susu hangat.

"Kak, aku izin ke mini market sebentar ya," ucap Feerly dengan meletakkan gelas di atas nakas.

Arta yang tengah mengeringkan rambutnya segera menatap istri dan jam dinding secara bergantian.

"Udah malem, kenapa enggak dari tadi?"

"Aku lupa mas."

Mendengar panggilan tersebut, Arta langsung tersenyum tipis dengan malu-malu.

About TYAWhere stories live. Discover now