Chapter 03

183 29 19
                                    

Jungkook berlalu pergi dengan santai setelah memberi Jieun seringai yang entah apa artinya.

Apakah seringai itu tanda kalau Jungkook masih mengingatnya? Atau itu hanya tanda bahwa ia terhibur dengan pertunjukkan yang dibuat oleh calon kekasih gilanya?

Mungkin saja opsi kedua yang benar, sebab tidak mungkin Jungkook masih mengingatnya setelah sekian lama. Sekalipun Jungkook mengingatnya, ia tidak yakin Jungkook mau mengakui keberadaannya.

Maksud Jieun, perbedaan keduanya terlihat jelas. Seperti berlian dan batu bata.

Lagi pula, Jungkook sudah berubah. Betapa bodohnya Jieun yang masih berharap kalau Jungkook akan mengingatnya dan keduanya bisa melanjutkan pertemanan mereka.

Jieun menggeleng pelan dan melangkah menapaki tangga menuju kelasnya. Pagi tadi, Jieun sempat bertemu Lisie dan komplotannya di belokan menuju kantin, tapi gadis itu tidak mengganggunya. Mereka hanya meliriknya dengan sinis, lantas berlalu pergi.

Yah, Jieun akan melupakan kejadian kemarin seperti angin lalu.

Ia duduk di bangkunya dan hanya membaca sampai pelajaran pertama dimulai. Ia menyadari bahwa Jungkook tidak masuk hari ini, atau ... mungkin dia kembali membolos. Dia mungkin hanya mengikuti beberapa pelajaran yang menarik baginya.

Entahlah. Kenapa Jieun harus memikirkan pemuda itu terus-menerus?

Apa mungkin karena ia tidak punya teman? Dan sepanjang sejarah hidupnya yang sangat menyedihkan juga membosankan, hanya Jungkook satu-satunya orang yang pernah menjadi temannya. Apa karena hal itu?

Menjelang istirahat kedua, Jieun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena merasa bosan. Sekadar melihat-lihat atau meminjam buku jika ada yang menarik. Ia hendak pergi ke bagian 'Sejarah' ketika kakinya tidak sengaja terantuk sesuatu—sebuah kaki. Jieun hampir berteriak kalau saja pemilik kaki itu tidak segera bangun dan menunjukkan wajahnya.

Kim Taehyung.

Jieun menatap terkejut. Bagaimana bisa seseorang tidur di bawah kolong meja?

Taehyung menguap lebar dan membuka matanya sepenuhnya. Ia terdiam selama tiga detik saat menatap wajah Jieun, kemudian buru-buru bangkit berdiri.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja—"

"Tidak, tidak," sela Taehyung cepat. Senyum lebar yang aneh terpampang di wajahnya. "Kau Jieun 'kan? Murid baru itu?"

Jieun mengangguk. "Iya."

Taehyung menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tertawa. "Aku mengantuk sekali dan ketiduran di sini, jadi aku tidak mengikuti kelas," jelas Taehyung sambil cengengesan.

Jieun tidak tahu harus merespon apa, jadi ia hanya mengangguk. Sejujurnya, ia tidak peduli Taehyung mau tidur di mana karena hal itu bukan urusannya. Taehyung tampaknya sebelas dua belas dengan Jungkook yang suka membolos.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Taehyung saat keduanya hanya saling diam.

Jieun menatap sekeliling perpustakaan yang luas dan bersih sebelum menjawab, "Hanya ingin melihat-lihat. Dan kau?" Ia bertanya balik karena sepertinya tidak sopan dengan hanya menjawab.

Taehyung tersenyum manis. "Aku sedang mencari gajah."

Jieun mengernyit. "Gajah?"

"Tentu saja buku. Apalagi?"

"Ah."

"Kau tidak tertawa?"

"Apa aku harus?"

"Harus karena tawamu sangat manis."

Burn the RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang