Tragedi Berdarah

202 73 180
                                    

Jakarta 2017

"Selamat kepada Ananda Raden Sekar Ayu Pratiwi Purnawirawan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berhasil meraih predikat cumlaude dengan perolehan IPK sempurna. Untuk Ananda Sekar Ayu Pratiwi Purnawirawan silahkan maju dan naik ke podium."

Sekar Ayu Pratiwi Purnawirawan merupakan anak ke-2 dari pasangan Jenderal TNI Raden Putra Hadiyanto Purnawirawan dan Raden Sukma Hanifah telah menuntaskan pendidikan S1 dalam bidang kedokteran. Gadis itu berjalan menuju podium sembari mengukirkan senyum penuh kebanggaan atas pencapaiannya selama 4 tahun.

Sementara, gadis bernama Dewi sangat antusias melihat kakak perempuannya berhasil meraih mimpinya menjadi seorang Dokter. Dewi pun tak henti-hentinya memotret kakaknya yang cantik mengenakan kebaya berwarna biru. Melihat kakaknya yang telah sukses, membuat semangatnya kian membara untuk menyusul kedua kakaknya yang lebih dahulu lulus dari akademi.

"Ayah! Kakak cakep banget!", seru Dewi sambil terus memotret Kakaknya.

"Duduk sayang."

Bu Raden Sukma menyuruh anak terakhirnya untuk duduk kembali. Sementara ayahnya gemas melihat perilaku putrinya. Anak mereka yang satu ini berbeda dengan perempuan kebanyakan. Tampilannya yang tomboy dan hobi memanah ini selalu saja membuat keluarga mereka ramai dengan keceriaan yang dimiliki Dewi.

"Eh! Laki duduk. Lo ngalangin gue."

"Apaan sih Kak Dimas. Berisik lo. Gue perempuan bukan laki!"

"Sudah sudah ayo anak ayah harus nurut yah."

Raden Dimas Hadiyanto Purnawirawan kakak tertua Dewi dan Sekar memang tidak pernah akur dengan adiknya. Keributan hampir setiap hari dilakukan mereka. Terkadang mereka berdua damai jika dibulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Setelah itu kembali seperti semula. Membuat suasana rumah diwarnai oleh tingkah laku mereka berdua.

"Lagian dia ngatain aku kaya laki terus. Padahal jelas-jelas perempuan."

"Perempuan nggak ada modelannya kaya lo. Hobi manah sama silat mana ada feminimnya. Jauhhhh bagaikan sumber air yang mengalir sampai pegunungan."

"Awas lo!" Dewi kembali duduk dan menyaksikan acara wisuda kakaknya sampai selesai.

Setelah acara wisuda selesai, keluarga Jenderal Purnawirawan melanjutkan perayaan kelulusan Sekar di salah satu restoran daerah Kuningan. Untung saja hari wisuda Sekar tidak bertepatan dengan tanggal kelahiran Indonesia.

***

Tidak di rumah, acara wisuda dan dimanapun, kakak-beradik ini selalu ribut. Dimas sangat jahil pada adiknya. Dimas hanya berani pada adiknya, Dewi. Namun, Dimas juga takut berhadapan dengan Sekar. Bisa-bisa Sekar akan menyuntiknya dengan berbagai macam obat.

Dimas yang bekerja sebagai anggota TNI Angkatan Laut memang hobi menggoda adiknya. Meskipun sering menjahili adiknya akan tetapi jika Dewi sakit, hanya Dimas satu-satunya yang paling panik diantara lainnya.

"Mangkanya cari pacar dong biar engga isengin gue terus." Dewi terus menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap Dimas. Pasalnya sejak dirinya kecil hingga tumbuh dewasa selalu saja jadi korban kejahilan sang Kakak.

"Dimas mau disuntik? Sekar bawa suntik rabies buat kamu. Sebentar, Sekar siapkan dahulu vitaminnya. Mana lengan Kakak? Berikan pada Sekar."

Sekar menyodorkan suntikkan tersebut ke arah Dimas. Dimas bergidik ngeri melihat Sekar. Bisa-bisa Dimas menjelma jadi monyet gila. Sekar selalu saja membawa alat-alat kedokterannya kemanapun.

Di tengah keseruan yang terjadi pada keluarganya, lantas Pak Raden memberitahukan putra dan putrinya untuk mempersiapkan diri mereka untuk menyambut Kemerdekaan Indonesia lusa mendatang.

Patriot Garuda: 17.8.17 [Darah Sang Jenderal] [End] ✅️Where stories live. Discover now