Bab II - Rooftop

73 17 0
                                    

Karin tidak punya pilihan, selain mengikuti kemana Arjuna membawanya pergi. Di kepalanya sekarang, Karin mengkhawatirkan keadaan Nathan, walaupun ia tahu sudah ada Samudra yang menjaganya. Hari ini adalah hari pertama Nathan kembali ke sekolah sejak hari kematian Gisella. Hari ini juga sudah sangat dinantikan olehnya, Samudra dan Yeremia. Ketiganya benar-benar merindukan kehadiran Nathan di antara mereka. Walaupun semuanya tidak akan lagi sama setelah kepergian Gisella.

Namun, keributan di lorong tadi benar-benar tidak Karin duga. Ia tahu bahwa kedatangan Nathan akan menarik perhatian siswa lain dan Karin sudah mewanti-wanti Samudra dan Yeremia tentang hal ini. Mereka bertiga sudah berencana untuk terus bersama Nathan, menjaganya sehingga tidak ada orang yang mencoba macam-macam kepada Nathan.

Sayang, Karin tidak pernah membayangkan kedatangan Nathan akan memantik kegaduhan di sekolahnya. Ia juga tidak menyangka kalau Arjuna akan mengamuk dan memicu perkelahian di antara mereka. Karin takut setelah ini Nathan benar-benar tidak akan kembali ke sekolah. Karin takut masa depan sahabatnya bisa terancam.

Bukan perkara mudah membujuk Nathan agar kembali ke sekolah. Yeremia, Samudra dan Karin berkali-kali mencoba meyakinkan Nathan selama sebulan. Tapi sulit, Nathan menjadi sangat menutup diri. Kematian Gisella benar-benar mengubah Nathan. Sahabat mereka telah mati, jiwanya ikut pergi bersama kekasihnya.

Karin sadar dari lamunannya saat merasakan semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya. "Rooftop", Ucap Karin dalam hatinya.

Sejenak langkah kaki Karin mendadak kaku. Hatinya merasa bimbang untuk berjalan lebih jauh. Rooftop telah masuk ke daftar hitam tempat-tempat yang tidak akan pernah ia datangi, tentu saja setelah kematian sahabatnya. Semua rooftop sama saja bagi Karin, sama-sama membawa memori menyakitkan baginya.

"Kenapa kesini?" Tanya Karin yang memilih menjejakkan kakinya di bibir pintu. Arjuna yang hanya selangkah di depannya juga ikut berhenti. Mata Karin menatap pada langit yang pagi itu menawarkan warna kelabu, menunggu Arjuna tidak kunjung menjawab pertanyaanya. Arjuna justru ikut berdiam diri menatap langit yang memayungi mereka, matanya lurus pada awan pembawa hujan yang merayap dari arah barat, siap memborbadir kota dengan air dari langit dalam waktu dekat.

"Arjuna."

"Menghindari guru." Jawab laki-laki itu singkat sambil menarik Karin menjauh dari pintu. Jawaban yang tidak membuat Karin tidak puas.

Dua kata dari Arjuna menjadi awal keheningan di antara keduanya. Karin tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Arjuna, pemuda itu menutup bibirnya rapat-rapat dan sepasang matanya menatap kosong ke depan.

Berkebalikan dengan otak Karin yang penuh dan berisik oleh banyak pikiran, tentang ketakutannya akan rooftop, dirinya yang membolos kelas sejarah karena tiga menit lagi bel masuk akan berbunyi, keadaan Nathan yang babak belur di UKS dan Yeremia yang kini entah ada dimana. Semua menjadi benang kusut yang tidak bisa Karin urai dengan meminta jawaban dari langit.

"Aku mau ke UKS saja, aku nggak suka disini." Setelah keheningan panjang, Karin memecah es di antara ia dan Arjuna.

"Kenapa?" Tanya Arjuna basa basi, padahal dirinya pun sudah tahu apa jawabannya.

"Karena Gisella." Jawab Karin sehalus suara angin, tepat dengan tebakan pemuda di sampingnya.

Arjuna kembali diam, seakan tujuannya membawa Karin memang hanya ingin berbagi sepi bersama gadis itu.

"Daripada kita diem-dieman disini, mending ke UKS aja. Bibir kamu luka kan? habis ditonjok Sam." Karin menyentuh sudut bibir kanan Arjuna yang berdarah, sontak laki-laki itu meringis kesakitan. "Awww!!!"

"Eh maaf-maaf."

Jemari Arjuna menyentuh ujung bibirnya sambil mendesis menahan sakit, memastikan seberapa parah luka hasil karya tangan Samudra di wajahnya.

Satan's Slave (00 Line)Where stories live. Discover now