38. AMARAH YANG MELUAP

26 0 0
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Kamu hanya memikirkan kondisi mu, kamu hanya mencari-cari letak kesalahan ku! Lantas, apakah kamu tidak ingin merevisi diri! Bodoh!

HAPPY READING❤

******************************************

Hari sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, Chyntya hampir melupakan janjinya untuk makan siang bersama Devan. Untung saja saat shubuh tadi ia sudah menyiapkan beberapa makanan yang tinggal dipanaskan dan dimasak sebentar saja.

Chyntya sebisa mungkin meredam kegelisahan dihati nya agar Devan juga merasa senang melihat wajahnya. Biar bagaimana pun juga Chyntya tetap lah istrinya dari Devan bukan. Mau tak mau, ia harus menyambut suami nya dengan senyum yang indah merekah.

Sesampainya di sana, Chyntya mengerutkan kening saat melihat mobil Devan yang sudah terparkir. "Tumben cepet, aduh gue belum panasin lagi."

Dengan buru-buru Chyntya memasuki rumah nya, dan memencar pandangan nya. Ia terkejut melihat Devan yang sudah duduk anteng di sofa. Namun perasaan Chyntya tidak enak saat melihat raut wajah Devan yang suram.

"Wah... Istri sholehah gue udah pulang, ya." Ucap Devan dengan memberi penekanan. Chyntya heran lantas mendekat berusaha meraih telapak tangan Devan. Namun ditepis.

"Maaf kak, aku gak tau kalau kamu pulang cepet. Jadi, agak lama di Caffe. Sama agak sibuk juga tadi." Ungkap Chyntya sejujurnya. Namun yang ia dapati kekehan Devan yang terkesan sinis.

"Puas gak tadi berduaan sama cowok? Pegangan sama cowok, nempel sama cowok, kenapa gak sekalian pelukan?" Celetuk Devan dengan sarkas membuat Chyntya langsung mengerti arah pembicaraan ini.

Tapi, Devan tau dari mana? Tunggu soal pegangan tangan, tentu saja tidak benar! "Kak, apa yang kamu omongin itu gak bener. Gak usah asal gitu ngomong nya."

Devan berdecak. "Asal ngomong lo bilang, lo percuma punya suami kalau lo deket juga sama cowok lain. Dan pakaian lo ini, gak sekalian lo telanjang!"

Plakk!

Chyntya langsung melayangkan tamparan kuat pada Devan. Tega sekali lelaki itu merendahkan harga dirinya. Devan benar-benar tidak berpikir saat mengatakan hal itu. Chyntya merasakan sesak karna lagi dan lagi Devan berbicara sesuka hati nya.

"Bahkan kamu gak ada disana untuk tau aku lagi ngapain aja. Bahkan selama ini sikap kamu gak menunjukkan kalau kamu punya istri. Lalu disaat ini kamu mencari -cari kesalahan aku dan menggunakan nama suami. Kamu waras, Devan?"

Jika sudah tidak mengenakan embel-embel 'kak' maka Chyntya tengah serius. Dan meskipun nada nya terkesan lembut namun setiap kata nya membuat bibir Chyntya bergetar. Karna dada nya terasa sesak. Sakit.

"Devan... Tolong buka mata kamu, kalo aku pengen selingkuh. Udah dari lama aku tinggalin kamu. Bahkan aku bisa terang-terangan di depan kamu walaupun kita dijodohkan." Jelas Chyntya dengan menatap Devan penuh sorot kecewa.

Devan hanya mampu terdiam. Namun  beberapa saat  setelah terdiam ia kembali membuka suara.

"Dia orang yang sama, orang yang sama yang buat gue dan lo berpisah. Apa jangan-jangan lo masih cinta sama dia? Jawab gue!" Balas Devan dengan membentak, ia mencengkram bahu gadis itu kuat, dan Chyntya hanya memejamkan matanya menahan rasa sakit dan nyeri di dada nya.

"Benar kan? Hah... Astaga, harusnya gue mikir ini sebelum benar-benar terjalin pernikahan sama lo ya. Wah... Gila. Tolol banget gue." Umpat Devan pada dirinya, sedangkan Chyntya ia sudah terisak sekarang. Devan semakin salah mengerti.

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang