Bagian 15

20.6K 1.5K 94
                                    

Sudah hampir 35 menit Ibnu dan Bilqis tertidur. Merasa kesulitan bernafas, mata Bilqis mulai mengerjap. Dan betapa terkejutnya Bilqis ketika terbangun karena mendapati tubuhnya tengah berpelukan dengan Ibnu sangat rapat dibalik selimut.

"Aaaaa!" pekik Bilqis yang langsung melepaskan pelukannya dengan Ibnu, lalu terlonjak duduk.

Mendengar itu, Ibnu ikut terbangun. Spontan, Ibnu mengubah posisinya menjadi duduk. Tatapannya tertuju pada Bilqis yang sedang menatapnya saat ini.

"Bilqis? Udah bangun?" tanyanya sambil tersenyum. Wajah Ibnu sudah tidak sepucat sebelumnya.

"Kenapa aku bisa ada di kasur? Jangan-jangan kamu yang pindahin aku ke sini? Ngaku!"

"Tadi kamu ketiduran di kursi, saya gak tega liatnya, jadi saya gendong kamu buat ikut tidur di kasur. Kalo nggak, nanti badan kamu pegel-pegel."

"Kenapa? Kok kayak kaget gitu? Ada yang salah?" tanya Ibnu kemudian.

"Bilqis? Kenapa?"

"Euuu, tadi kamu ngerasain sesuatu nggak?" tanya Bilqis hati-hati. "Semoga nggak, semoga nggak."

Sebelah alis Ibnu terangkat. "Ngerasain apa?"

"Waduh, salah nanya gue," rutuk Bilqis dalam hati. "M-maksudnya, aku kalo tidur kan suka ngigau gak jelas, muter-muter, nendang-nendang. Apa kamu ngerasain itu?"

"Selama saya tidur sama kamu, emang saya sempet denger kamu ngigau, tapi gak sampe nendang-nendang kok, tenang aja, Bilqis." Ibnu terkekeh kecil saat melihat raut Bilqis yang terlihat panik.

Sepertinya Ibnu tidak sadar akan kejadian tadi, Bilqis bernapas lega.

"Oh ya, gimana? Udah mendingan?" Bilqis mengalihkan topik.

Ibnu tersenyum, mengusap pelan rambut Bilqis. "Alhamdulilah, udah. Makasih karena kamu udah ngerawat saya."

Bilqis tertawa hambar.

"Apa sih, lebay banget! Gitu aja makasih, biasa aja kali."

Seperti baru menyadari sesuatu, Ibnu melirik jam. Pukul menunjukkan bahwa adzan ashar sudah berkumandang sejak 15 menit yang lalu. Tatapan Ibnu kembali terarah pada Bilqis.

"Bilqis."

"Ya?" sahut Bilqis yang masih berusaha menutupi kegugupannya.

"Di mesjid pasti udah pada sholat berjamaah. Jadi kita sholat berdua aja di sini ya? Sekarang kita wudhu dulu. Biar saya wudhu di kamar mandi luar, dan kamu di sini aja."

Ibnu segera beranjak keluar dari kamar untuk berwudhu di kamar mandi luar. Sementara Bilqis mengusap wajahnya kasar setelah kepergian Ibnu. "Bego banget sih! Kenapa gue bisa meluk dia? T-tapi kalo ternyata gue ngelakuin lebih, g-gimana?"

Bilqis menggeleng kuat. "Nggak, gak. Gue yakin nggak. Dan semoga aja nggak. Lagian, tuh cowok juga gak sadar."

Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Bilqis pun segera bangkit menuju kamar mandi. Tidak lama, Bilqis kembali dan mendapati Ibnu sedang menyiapkan alat sholat.

"Udah wudhunya?" tanya Ibnu seraya memakai peci.

Bilqis mengangguk, lantas memakai mukena dan berdiri di atas sejadah yang telah disediakan oleh Ibnu.

Mereka memulai sholat. Untuk kedua kalinya Bilqis dibuat terkagum karena suara merdu dari Ibnu. Tanpa sadar, Bilqis tersenyum dalam sholatnya. Bilqis perlu diruqyah mungkin? Sangat tidak patut dicontoh.

Baru saja Ibnu mengakhiri sholatnya dengan dua kali salam. Setelah itu, Ibnu berbalik ke belakang, hendak mengulurkan tangannya untuk Bilqis salami.

Namun, sontak mata Ibnu membulat. "Astagfirullah!" Ibnu terkejut ketika mendapati Bilqis masih dalam posisi sujud.

Bilqis Saqila  (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now