Bagian 21

19.4K 1.7K 138
                                    

"MAS IBNU TUTUP MATA!"

Ibnu memejamkan matanya secepat kilat. Dengan gesit, Bilqis membungkus tubuhnya kembali menggunakan handuk.

"Godaan apa lagi ini?" batin Ibnu.

Bilqis menghela, "Udah, Mas. Kamu bisa buka mata kamu sekarang."

"Mas?" panggil Bilqis lagi karena Ibnu masih terpejam.

"Ih, Mas Ibnu kenapa?" Bilqis mendekat, menyentuh wajah Ibnu. Merasakan itu, Ibnu kembali membuka matanya.

"Inalillahi wa innailaihu roji'un!"

Karena menyadari jarak keduanya terlampau dekat dalam kondisi tubuh mereka yang belum menutup aurat dengan sempurna, Ibnu sontak mundur, menjauhi Bilqis. Meskipun sebetulnya saat handuknya copot tadi Bilqis sudah memakai pakaian di balik handuk.

"Heh, ini di kamar mandi!"

Saking tersentaknya, Ibnu sampai lupa.

"Lagian emangnya aku ini mayat apa sampe kamu ngomong kayak gitu?!"

"Kamu salah paham."

"Terus kenapa kamu bilang gitu pas liat aku tadi?" tanyanya tidak terima.

Ibnu menatap ke lain arah. "Kamu baru selesai mandi, gak pake baju, kayak mayat. Ya saya refleks bilang gitu. Maaf."

"What?"

"Coba kamu liat aku, Mas. Masa cewek secantik ini, semelehoy ini dibilang mayat? Melek, Mas, melek!"

"Bilqis, tolong jangan macem-macem," ujar Ibnu karena Bilqis berusaha menarik perhatiannya.

"Kamu kenapa sih, Mas?" Bilqis keheranan. Lebih tepatnya, tidak peka.

Ibnu menghela napas pelan. "Saya keluar duluan, kamu jangan lupa tutup auratnya."

Tangan Ibnu yang hendak menyentuh daun pintu langsung ditahan oleh Bilqis saat Ibnu ingin keluar dari kamar mandi itu.

"Tunggu, tunggu. Kamu kenapa, sih?"

"Bilqis, jangan bikin kita berdua lama-lama di sini. Saya manusia biasa, saya juga punya hawa nafsu."

Mata Bilqis terbelak, ia baru paham arti sikap Ibnu sekarang. Ia lantas melepas lengan Ibnu begitu saja.

Setelah Bilqis tidak mencekalnya lagi, Ibnu pun membuka pintu.

"Lagi apa?"

"SHAKA?!"

***

Saat ini, Halimah dan Halwa tengah menyiapkan makan malam di dapur. Sementara keluarga ndalem yang lain masih berada di mesjid, mengikuti kajian selepas isya.

"Sejauh ini, gimana hubungan Ibnu sama Bilqis, Umma?" tanya Halwa seraya mengaduk bumbu ayam kecap di wajan.

Pergerakan Halimah terhenti, "Alhamdulilah, Umma lihat mereka akur-akur aja. Tapi ..."

"Tapi apa?"

"Kata Mas Ibnu, hubungan mereka belum terlalu dalam. Mas Ibnu nggak mau kalo hanya menuruti kemauannya sendiri, sedangkan Bilqis belum siap. Begitu yang Mas Ibnu bilang ke Umma."

Halimah menyodorkan mangkuk besar kepada Halwa. Halwa telah selesai menyiapkan hidangan di atas meja. Keduanya pun duduk di kursi, bersama Shaka yang sedang minum susu.

"Apa Bilqis masih belum menerima Ibnu?"

"Nggak mungkin, Mba."

Bilqis Saqila  (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now