Butterfly_02

4 1 0
                                    

Happy Reading
***

Hari demi hari telah ku lewati. Tidak ada hari yang menyenangkan, hari ini sepulang sekolah Fadli mengirimiku sebuah chat singkat. Fadli memutuskan hubungan kami, ntah senang atau tidak yang pasti tidak ada kesedihan sebagaimana orang mestinya saat putus cinta. Aku mengiyakan permintaan putusnya karena jujur saja dulu saat aku menerimanya itu semua murni karena kasian, Fadli terus mengejar ku hingga akhirnya Vera menasehati ku dan mengompori ku agar menerima Fadli dan pada akhirnya aku menerimanya.

Sikap cuekku membuatku sadar kalau ada alasan di balik Fadli memutuskan hubungan kami. Aku memang tidak pernah bersikap layaknya seorang kekasih, aku tidak pernah bersikap hangat kepadanya. Tapi, sebaliknya dialah yang selalu hangat kepadaku, mungkin hal itu membuatnya merasa hubungan ini tidak bisa di lanjutkan.

Keesokan harinya saat di sekolah aku sering bertemu dan berpapasan dengannya. Fadli hanya menunduk dan pergi melewatiku tanpa berani menatapku, ada rasa aneh saat bertemunya. karena biasanya saat bertemu dia selalu melempar senyuman kepadaku, tapi sekarang bahkan melihatku saja tidak. Segera mungkin ku singkirkan semua pikiranku dan bergegas pergi.

Di dalam kelas kami melakukan apapun saat jamkos. Cowok kelasku selalu bermain bola di dalam kelas sedangkan para cewek sedang sibuk ngerumpi dan bahkan ada yang sering menjadi pelawak untuk menjadi hiburan. Tawa semua orang sangat keras sehingga dapat di dengar oleh tetangga sebelah, kenangan yang tidak pernah kita lupakan adalah saat jamkos di dalam kelas dimana disana kita tidak akan pernah lupa dan berhenti dalam bermain dan melakukan apapun hal yang konyol.

Aku, Vera dan teman ku yang satu ini pergi keluar kelas. Kami melihat orang-orang yang sedang bermain bola di lapang bawah, tidak ada guru membuatku menjadi anak nakal. Saat ada guru lewat aku dan temanku langsung menunduk agar tidak ketahuan, setelah guru itu masuk aku dan temanku langsung duduk dan bersikap seperti biasa.

Saat aku sedang melihat orang-orang yang sedang bermain bola. Tiba-tiba seorang pria yang sangat familiar keluar kelas, Fadli keluar kelas dan menatapku dingin. Aku yang di tatap membalas tatapan itu.

" Cie yang di tatap," goda Vera yang membuatku memukul tangannya. " Apaan sih."

" Btw gimana hubungan Lo sama dia?" Tanya temanku yang satu. " Kita udah putus."

" Hah serius kamu?" Vera dan temanku tidak percaya dengan jawaban ku. Karena nyatanya mereka melihat sikap Fadli kepadaku seperti biasa. " Thia kamu serius? Jangan bercanda deh."

" Astaga, gw serius. Kalau nggak percaya yaudah,"

" Kenapa bisa putus sih? bukannya hubungan kalian baik-baik aja?" Tanya Vera penasaran

" Vera kamu kan tau aku menerimanya karna kasian. Dan kamu sendiri yang meminta aku menerimanya, jadi wajar kalau dia putusin aku karna sikap aku yang dingin kepadanya,"

" Kamu ini bener-bener. Dia serius lo sama kamu, tapi kamu massa nggak ada sedikit gitu rasa suka sama dia,"

" Iyah nih, Fadli beneran sayang sama lo. Massa lo mau gitu-gitu aja, udah berapa banyak cowok yang lo gituin," Celetuk temanku yang bernama Asyfa

" Ya kalau nggak suka harus gimana? lagian gw udah bilang kan kalau gw nggak mau pacaran. Menurut gw pacaran itu buang-buang waktu, gw nggak punya waktu buat begituan,"

" Kalau tau gitu kenapa lo terima dia?"

" Itu karna hasutan si Vera," jawab ku tegas. Aku yang benar-benar muak langsung pergi karna aku tau pasti kedua sahabatnya itu tidak akan pernah berhenti mengomeli nya.

Happiness is a ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang