chapter 1

665 72 12
                                    

Takdir.

Setiap insan manusia di muka bumi ini tentu memiliki takdir mereka sendiri. Apakah takdir mereka baik atau tidak, semua tergantung dari diri sendiri yang menilai. Tentu saja akan ada sesuatu yang baik di setiap hal yang terjadi pada diri kita. Tuhan memberikan sesuatu pada umatnya tentu bukan tanpa alasan.

Pasti akan ada setitik cahaya dalam pekatnya kegelapan. Itulah kata yang selalu Beomgyu ucapkan untuk menguatkan diri di saat dirinya tengah berada dalam kegundahan hati.

Kini pemuda itu tengah menerima takdirnya. Harus merelakan seseorang yang sudah menemaninya selama tiga tahun ini. Yaitu sorang gadis yang ia cintai ternyata lebih memilih untuk menikah dengan pria lain dan rela meninggalkan dirinya. Tanpa ada kata, tanpa alasan, tanpa ada sebab mengapa ia melakukan itu semua, apalagi kalimat perpisahan. Ia sendiri pun tau dari ibu kekasihnya tersebut saat ia sengaja mendatangi rumahnya setelah seminggu tidak ada kabar.

Hingga di sinilah pemuda itu, duduk termenung seorang diri di taman yang ada di kampus, dengan tatapan kosong.

Pundaknya yang semula tegap, perlahan melemas. Ia menunduk lalu bekata dalam hati. 'Kenapa Minju? Kenapa kau melakukan ini padaku?'

Dari kejauhan, terdengar suara beberapa orang yang semakin lama semakin mendekat. Suara yang sudah Beomgyu hafal sekali.

"Itu dia di sana!"

"Astaga... aku kira dia akan bunuh diri,"

"Hei, jaga ucapanmu! Bagaimana kalau dia dengar?"

"Sudah-sudah."

Dan akhirnya sebuah tepukan dapat Beomgyu rasakan di pundaknya. Taman yang semula sunyi dan sepi seketika gaduh oleh suara ke empat orang itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya pemuda yang berdiri menjulang tepat di hadapannya. Pemuda itu bernama Soobin.

Tampaknya Beomgyu malas menjawab pertanyaan tersebut. Pemuda itu hanya mendesah pelan. Sudah jelas-jelas ia sedang tidak baik-baik saja, masih saja bertanya.

"Hei, gyu, dengarkan aku! Aku tau kau pasti sangat terluka, kecewa dan mungkin juga marah. Tapi kehidupan harus tetap berjalan bukan? Aku yakin, semua ini adalah yang terbaik untukmu. Percaya padaku."

Pemuda yang duduk di samping kanannya tampak memberikannya dukungan. Perkataannya pun sempat membuat beomgyu melirik kearahnya, karena ia tau pemuda bernama Yeonjun itu biasanya hanya bisa mengatakan omong kosong saja. Tetapi kali ini, tumben sekali.

"Benar apa yang Yeonjun bilang. Okelah kalau kau bersedih untuk beberapa saat. Karena itu adalah hal yang sangat wajar ketika kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga, pasti terasa sangat menyakitkan. Tapi ini sudah dua minggu lamanya setelah kau mendapatkan kabar tersebut. Kau sendiri yang rugi kan? Hidupmu jadi tidak bergairah setiap hari."

Taehyun, pemuda yang duduk di sisi lain Beomgyu ikut menyuarakan keprihatinan pada sahabatnya itu. Dan perkataannya pun langsung di sambut hangat oleh Kai yang berdiri bersebelahan dengan Soobin.

"Yap, benar. Beberapa hari ini kau tampak seperti bukan Beomgyu yang aku kenal. Kau lebih mirip dengan zombie."

"Ya, ya, ya. Aku tau." Akhirnya Beomgyu menimpali ucapan mereka semua. Meski masih dengan nada terpaksa. "Aku akan berusaha melupakannya mulai sekarang."

"Apa aku harus mencarikanmu seorang gadis?" Tanya Kai lagi. Namun pertanyaan itu malah mengundang tatapan mengejek dari semua orang.

Yeonjun berdecak sebal. "Sebelum kau mencarikannya untuk Beomgyu, lebih baik kau cari dulu untuk dirimu sendiri."

"Ah, kalian itu. Aku hanya basa-basi saja supaya dia tidak terlalu kaku!" Jawab Kai dengan nada sewot sambil menunjuk kearah Beomgyu.

"Sudah-sudah. Ayo kita pergi dari sini! Aku pun sudah cukup tenang." Beomgyu lalu beranjak dan mengajak ke empat nya pergi. Karena ia memang bilang pada mereka hanya ingin menenangkan diri di sini.

I'LL BE YOUR MAN (Hiatus)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora