chapter 8

94.3K 7.4K 148
                                    

Prilly terus berlari hingga ia berhenti disebuah bangku taman.

"Kenapa aku harus nangis. Kenapa aku harus kayak gini," ucap Prilly sambil menyeka air matanya yang terus saja menetes. Rasanya sangat sakit melihat Ali memeluk gadis lain. Siapa gadis itu?

"Prilly, kamu bukan siapa-siapanya Ali. Ingat kamu bukan siapa-siapanya Ali," ucap Prilly menguatkan dirinya sendiri.

***

Dengan satu hentakan ali berhasil melepaskan pelukan dari Bella.

"Lo denger baik-baik. Gue gak peduli dengan segala tujuan lo balik ke Indonesia. Tapi kalau memang tujuan lo adalah buat gue, mendingan lo balik ke London karna itu bakal sia-sia," ucap Ali kemudian berlari meninggalkan Bella.

"Aliiiii.... aliiiiii.... jangan pergi," pekik Bella yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Ali.

Ali terus berlari mengitari kampusnya. Tujuannya hanya satu, menemukan gadis kesayangannya. Tapi dimana Prilly? Ali sudah berlari kesana kemari namun belum juga menemukan Prilly. Harusnya gadis itu belum pergi terlalu jauh.

Ali menyeka keringat didahinya. Nafasnya juga sudah mulai tak beraturan karna berlari. Namun tiba-tiba langkah Ali terhenti saat melihat orang yang sedari tadi ia cari sedang terduduk dibangku taman. Badannya bergetar. Apa dia sedang menangis? Tanpa berfikir panjang Ali langsung menghampiri Prilly dan langsung memeluk Prilly. Ntah lah, yang terpenting kini ia benar-benar tak ingin melihat gadis ini menangis. Melihat Prilly menangis rasanya lebih sakit dari pada menahan saat jantungnya kambuh.

Prilly yang keget dengan Ali yang tiba-tiba memeluknya berusaha untuk melepaskan pelukan Ali. Namun Ali makin mempererat pelukannya.

"A....aku, aku.."

"Lo gak perlu jelasin apa-apa. Gue yang harus jelasin semuanya," ucap Ali memotong pembicaraan Prilly. Apapun alasannya, Ali merasa harus benar-benar menjelaskannya pada Prilly.

"Bella itu mantan gue. Dulu dia ninggalin gue karna satu hal. Dan gue gak tau kenapa dia sekarang tiba-tiba balik lagi," jelas Ali. Mendengar penjelasan Ali yang terdengar tulus Prilly menjadi bernafas lega. Ali melepaskan pelukannya kemudian memegang kedua pipi Prilly agar menatapnya. Mata gadis ini terlihat sembab.

"Gue sama Bella gak ada apa-apa, percaya ya," kata Ali lembut, bahkan sangat lembut. Untuk pertama kalinya Prilly mendengar nada suara Ali selembut ini.

"Aku percaya," balas Prilly.

"Jangan nangis lagi," ucap Ali menyeka air mata Prilly. Aneh memang. Ntah apa yang membuat mereka sama-sama seperti takut kehilangan padahal mereka hanya sebatas teman.

Prillypun mengangguk sambil tersenyum manis..Damn! Senyum itu, senyum itu mampu membuat jantung Ali bergemuruh. Sangat manis.

"Katanya tadi bawa bekal buat gue. Mana?" Tanya Ali. Prilly yang teringat dengan bekalnya langsung mengambilnya didalam tas.

"Nih..aku buatin nasi goreng buat kamu," kata Prilly memberikan kotak bekalnya. Ali mengambil kotak itu lalu membukanya. Terlihat sangat sedap. Tanpa berfikir panjang Ali langsung melahapnya. Benar saja, rasanya sangat enak.

Prilly memperhatikan Ali yang sedang lahap memakan bekalnya. Ali yang merasa diperhatikan langsung menoleh kearah Prilly yang membuat Prilly langsung mengalihkan pandangannya dari Ali.

"Buka mulutnya," kata Ali sambil menyodorkan sesendok nasi goreng dihadapan Prilly.

"Aku udah kenyang."

"Buka," kata Ali lagi tak terbantahkan. Akhirnya Prilly membuka mulutnya dan memakan sesendok nasi goreng dari Ali. Setelah beberapa saat akhirnya nasi gorengnya pun sudah habis. Tiba-tiba terdengar suara ponsel Prilly berbunyi.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang