1. Sarapan Pagi Bersama

8 1 0
                                    

Happy reading guyss

🥑🥑🥑

Tok tok tok.

Aku yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk, menoleh ke arah pintu bertepatan dengan Taren yang menjulurkan kepalanya di sela-sela pintu.

"Udah bangun ternyata." Dia memberikan senyuman manisnya sebelum melangkah masuk dan duduk di ranjang ku tanpa memperdulikan keberadaan ku yang notabenenya adalah si pemilik kamar ini.

"Tumben pagi-pagi gini lo udah ada di rumah gue."

Taren hanya melirikku sebelum merebahkan diri dan menguasai seluruh ranjangku dengan badan besarnya.

"Si Bagong masuk bengkel lagi?" Aku lihat ekspresi datar Taren berubah menjadi ekspresi kesal saat aku menyebut nama pacarnya dengan nama pemberianku.

Dia menghela nafas, "Kalau bukan karena lo yang banting dia kemarin, mungkin hari ini gue enggak akan mengganggu pagi hari lo yang sangat membosankan."

"Ya lagian lo parkir sepeda sembarangan, lo pikir bunga mawar gue sandaran buat sepeda lo gitu?" Ujarku sembari membuka buku catatan di meja belajar.

Aku melirik sahabat kecilku yang raut wajahnya semakin masam. "Ck, oke gue salah. Tapi awas aja kalau lo bikin Bella lecet lagi." Ucapnya sembari menekan nama sepedanya.

"Iya.. kecuali lo parkir dia sembarangan lagi. Gue gak bisa jamin Bella -atau Bagong lah itu, bisa baik-baik aja sepulang lo dari sini."

Satu lemparan bantal mengenai belakang kepalaku. "Namanya Bella bukan Bagong, Cella!" Aku terkekeh lalu melanjutkan bacaanku.

"Gimana bisnis lo?"

"Masih gitu-gitu aja, tapi Alhamdulillah gue enggak pernah ketemu kendala lagi." Jawabku dengan posisi tetap membaca buku.

"Syukur deh."

Suasana kamarku hening sesaat, aku hanya mendengar suara selimut bergesekan dengan tubuhnya. Pertanda bahwa dia melakukan kebiasaannya di ranjangku --berguling-guling mencari tempat ternyaman.

"Cell."

Aku membuka halaman buku selanjutnya, mencoba mengabaikan panggilannya.

"Cell."

"Hm." Sahutku dengan mata yang masih terfokus pada setiap kalimat di dalam buku.

"Makan yuk, gue belum sempat makan dari kemarin."

Aku menoleh singkat kearahnya yang sedang menatap langit-langit kamar. "Emang mama enggak masakin lo? elo juga bisa masak sendiri."

"Gue kepikiran Bella makanya gue jadi gak nafsu makan."

Ya, begitulah dia. Orang ter-random yang ku kenal dan anehnya aku sudah berteman dengannya lebih dari dua puluh tahun. Hanya karena sepeda berwarna hitamnya, dia rela mengosongkan perutnya yang bisa saja membuat dirinya sakit. Entahlah aku juga tidak mengerti bagaimana jalan pikirannya.

Aku menghela nafas panjang, "Gue ganti baju dulu. Elo..." Aku berbalik menunjuknya dengan telunjuk lalu mengarahkannya ke arah pintu kamar. "Keluar." Taren berdecak sebelum bangkit dari rebahannya dengan malas-malasan.

🥑🥑🥑

Di sinilah aku sekarang, di supermarket yang berjejeran rak dengan segala kemasan mie yang beragam. "Lo udah mau makan mie aja di saat perut lo kosong Ren? Yang bener aja lo."

Dia berbalik menghadapku lalu mengeluarkan cengiran khasnya. "Gak papa lah, sesekali." Aku menatapnya tajam. "Kalau elo kenapa-napa, jangan sampai lo bawa nama gue di depan mama." Aku meninggalkannya lalu pergi ke bagian kiri supermarket yang di penuhi rak dengan berbagai macam kopi instan.

Can I Be HerWhere stories live. Discover now