33. Alasan Joash

275 60 17
                                    

Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu

Aeris memeluk Loria dengan erat. Rasa rindu akan kakaknya pun terbayar karena sudah bertemu dengannya dalam kondisi yang baik. Tadi, Aeris dikabari akan ada dua orang dari Daniswara yang datang ke Hanasta dan ternyata mereka adalah Loria dan Helios.

"Kalian itu ke mana saja saat membeli makan?" tanya Redeia sesaat setelah mereka duduk di salah satu tempat duduk yang terbuat dari kayu.

"Kalian akan terkejut jika kami ceritakan." Perkataan Helios membuat Aeris, Redeia, Altair, dan Navulia bertambah penasaran.

"Saat kami membeli makan, tiba-tiba kami diculik begitu saja oleh beberapa orang. Lalu kami dibawa ke markas mereka, markas Hantu Malam. Kami mengira akan dibunuh karena mendengar desas-desus tentang Hantu Malam yang katanya membunuh orang yang mereka culik. Namun, ternyata pemimpin mereka masuk dan di situ, aku dan Helios benar-benar tekejut." Loria menggantung ucapannya.

"Pemimpin Hantu Malam itu adalah orang yang kita cari saat ini." Perkataan tersebut langsung membuat Aeris dan teman-temannya terkejut bukan main.

"Pluto? Astaga .... " Altair berucap sambil menatap Loria dan Helios dengan tatapan tak percaya.

"Dia mengganti namanya menjadi Joash. Pantas saja kita tidak bisa menemukannya," ujar Helios.

"Jadi bagaimana ini? Kalau ternyata orang yang kita cari adalah musuh kerajaan? Kita pasti tidak bisa membawanya ke masa depan karena dia akan dihukum di masa ini." Perkataan Navulia membuat mereka semua berpikir bagaimana caranya membawa Pluto—atau Joash sekarang—kembali.

•••

Walaupun sang pemimpin sudah ditangkap, tetapi anak buahnya masih saja mencoba untuk membebaskan Joash. Idris sampai kewalahan menghadapinya. Namun, prioritasnya sekarang adalah sampai di Hanasta dengan cepat, agar Joash segera dihukum dan Valendra segera diobati.

"Kami akan menangani mereka di sini. Kalian cepatlah kembali ke Hanasta, kami akan menyusul." Raja Adiyaksa berucap saat melihat Idris yang turun dari gunung dengan memapah Valendra.

Idris mengangguk, ia langsung membantu Valendra untuk menaiki kudanya, lalu disusul dirinya yang juga menaiki kuda yang sama. Idris takut Valendra jatuh jika ia menaiki kudanya sendiri. Joash di belakang berada dalam pengawasan enam Pasukan Pelindung III.

Bersama beberapa prajurit dari Pasukan Pelindung II dan Pasukan Pelindung IV—yang lainnya masih berada di gunung untuk menangkap anggota yang kabur—mereka akhirnya berangkat. Idris memacu kudanya dengan cepat.

"Jangan sekali-kali kau coba untuk tidur, Kak," ucap Idris kepada Valendra yang dijawab dengan dehaman.

Luka dari perut Valendra masih terus mengeluarkan cairan merah, membuat Valendra sulit untuk tetap menjaga kesadarannya.

Tiba-tiba saja perjalanan mereka terhenti karena diusik beberapa orang yang memegang senjata. Idris was-was, instingnya mengatakan jika itu adalah anggota Hantu Malam yang lolos dan mereka menginginkan bos mereka kembali.

Pertarungan tidak dapat dihindari. Pasukan Pelindung II dan Pasukan Pelindung IV langsung melawan, sedangkan Pasukan Pelindung III yang menjaga Joash langsung mengetatkan penjagaan mereka.

"Kembalikan pemimpin kami atau kami bunuh raja kalian!" Salah satu anggota Hantu Malam itu berteriak sembari menodongkan pistol ke arah Valendra.

Pasukan Pelindung yang sedang bertarung pun bingung. Ingin melawan, tapi takut jika Valendra diserang. Idris langsung menghalangi tubuh Valendra dengan tangannya. Namun, tiba-tiba satu anak panah menancap di leher anggota Hantu Malam tersebut. Idris langsung mengalihkan pandangannya ke satu prajurit yang memegang busur di Pasukan Pelindung III.

Edith: RetrouvaillesWhere stories live. Discover now