Bagian 10

10 1 0
                                    

Jika ingin hidup bahagia, jangan biarkan masalalu mengusik. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. Namun ada satu titik di mana kita tidak bisa memilih untuk tidak membawanya kembali.

_DI AKHIR SENJA

"IRENE?"

Perempuan berpayung itu menoleh, mendapati laki-laki dengan wajah yang tampak khawatir berjalan cepat ke arahnya. Laki-laki itu Angga, yang dengar sergap mendekap Irene. "Di sini dingin, kenapa kau kemari?"

"Aku bosan di rumah, ingin jalan-jalan denganmu." ujar gadis itu.

"Ayo pergi dari sini," Angga membawa Irene pergi dari sana secepat mungkin. Ia tidak ingin gadis itu kedinginan. Irene harus menjaga kesehatannya.

Sementara di dalam sana, Devano masih terdiam. Ia baru sadar jika Irene tidak bisa melihatnya dari luar. Namun, ada hal yang mengganjal hatinya. Rasa penasarannya akan alasan mengapa dulu Irene meninggalkannya.

•••

Lagi-lagi, Irene kambuh dan harus di bawah ke rumah sakit. Cuaca dingin membuatnya lemah, hingga jatuh pingsan tadi.

Angga masih duduk di sampingnya, menggenggam erat tangan dingin gadis itu. Mencium tangan itu sembari memejamkan mata. Ia memohon kepada Tuhan agar menyembuhkan gadisnya.

"Hanya kau yang kumiliki," ujar Angga, kembali mengecup punggung tangan Irene, "kamu kuat, kamu pasti bisa melewati semua ini." Angga menatap wajah pucat gadis yang terbaring dan memejamkan mata itu.

Hampir saja ia kehilangan Irene, ini bukan yang pertama kalinya. Sudah berapa kali Irene kritis, namun syukur gadis itu bisa melewati masa kritisnya.

"Permisi, Mas Angga."

Angga dengan cepat menghapus air bening yang lolos di pipinya, ia menoleh mendapati dokter perempuan yang masih muda berdiri di belakangnya.

"Iya, Dokter Reina." ujar Angga.

"Mas Angga bisa ikut ke ruangan saya sebentar," ujar Reina dengan sangat sopannya.

•••

Di ruangan itu, Reina memperlihatkan gambar keadaan hati Irene pada Angga.

"Keadaan Irene semakin memburuk," ujar Reina.

"Dokter, berapapun biayanya tolong sembuhkan dia. Kumohon!" Angga menggenggam erat tangan Reina memohon agar Irenenya bisa disembuhkan.

"Jalan satu-satunya, Irene harus mendapatkan donor hati secepatnya. Namun rumah sakit belum bisa menemukan donor hati yang cocok untuk Irene," jelas Reina.

Angga menunduk, ia melemah saat itu juga, "Dok, berapa lama lagi dia bisa bertahan?"

Reina terdiam, ia menghela nafas dalam. "Saya hanya dokter, bukan Tuhan. Dan saya yakin, Irene kuat lebih dari yang kita bayangkan. Dia bisa pasti bisa melewatinya. Namun, jika melihat kondisinya sekarang. Mungkin Irene hanya bisa bertahan empat bulan, atau bahkan kurang."

"Empat bulan?"

Penjelasan Reina mampu membuat sesak di dada Angga. Seperti ada duri yang menusuk hingga ke jantungnya yang paling terdalam. Sesak seperti tidak bisa bernafas lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Akhir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang