Bab duapuluhsatu

26 1 0
                                    


Sekuat apapun kau ingin mengubah takdir takkan ada yang berubah hanya karena kau menginginkannya



Mata Estelle tertutup kain hitam  dengan tangan di ikat ke belakang, ia  terduduk di lantai tanpa beralaskan apapun, seperti itupun kondisi Arai. Seorang pria berjas duduk di kursi sambil menghembuskan asap yang diketahui itu adalah obat penenang berbentuk rokok.

“Buka penutup mata dan ikatan tangan mereka.” Perintahnya dengan santai.

“Xenon!” teriak Estelle.

“Ada apa Estelle kenapa kau begitu histeris melihatku.”

“Lepaskan Arai!”

“Merangkak dan memohonlah padaku.”

“Jangan Estelle kau tidak perlu melakukan itu.” Arai mencegah Estelle, tapi demi membebaskan Arai ia rela merangkak ke arah tempat abangnya duduk.

Di sekeliling banyak orang yang mengenakan jas hitam dan tentunya dengan earpiece yang setia menempel di telinga mereka.

“Aku mohon lepaskan Arai, aku datang ke rumahanya untuk mengajaknya kabur.” Estelle memohon sambil memeluk kedua kaki Xenon.

“Estelle jangan berkata bohong!” jerit Arai dari tempatnya.

“Tutup mulutmu Arai! Jangan ikut bicara!!” bentak Estelle menatap Arai penuh rasa cemas.

Xenon tersenyum tipis.

“Aw.” Rasa sakit dari jambakan tangan Xenon dirasakan oleh Estelle tepat dihadapan Arai.

“Bajingan!” saat Arai ingin berjalan ke tempat Xenon, Lev menendang betis pemuda itu hingga ia terduduk ke lantai.

“Arai.”

“Beraninya Estelle! Beraninya kau menyebut nama lelaki lain di hadapanku!!” teriak Xenon.

“Kenapa kau melarang ku menyebutkan nama lelaki yang ku cintai.”

Plak!

Tamparan kuat itu langsung membuat sudut bibir Estelle mengeluarkan darah, semua yang meihat terkejut setengah mati. Meski ingin menolong, namun mulut dan tubuh mereka tetap mematung seperti karya seni, mereka tau bahwa Xenon memang orang yang kejam, tapi bukankah itu tidak berlaku untuk Estelle.

“Xenon kau boleh melalukan apapun kepadaku, jadi tolong lepaskan Arai.”

Estelle merasa dejavu tatkala ia pernah memohon kepada sang ibu untuk melepaskan Arai sehabis keduanya pulang dari festival kembang api.

Xenon memelintir ujung rambut Estelle, “beraninya kau memberi perintah padaku.”

Arai menatap tajam sementara Xenon tersenyum licik, “Lev apa tugsamu hanya mematung seperti orang bodoh, kau ingin kehilangan tanganmu! Pukuli dia!”

“Tidak...jangan Xenon, jangan ku mohon padamu jangan sakiti Arai, aku akan melakukan  apapun yang kau mau. Lepaskan... lepaskan Arai!!”

“Lev kau tidak mendengar perintahku.”

“Baik Tuan.”

Satu orang memegang tangan kanan Arai dan satu lagi memegang tangan kiri Arai, lalu Lev memukuli wajah Arai sampai babak belur bukan cuma wajah perut Arai pun di tendang dan di pukuli sampai muntah darah.

Huwekk! Uhuk..uhuk..

“Xenon ku mohon.” Air mata itu sejak kapan mengalir deras?

Bunuh Aku Sekali Saja!Where stories live. Discover now