Part 14

7K 611 5
                                    

Aku merasakan panas di wajahku. Namun aku tidak ingin bangun dari tidurku. Namun lama-kelamaan sinar panas itu cukup mengganggu hingga akhirnya aku bangun dari tidurku.

Aku merasa deja vu.

Aku menemukan diriku terbangun di tempat asing. Aku mencoba mengecek pakaian yang aku pakai dan syukurnya masih utuh dan sama. Kepalaku sedikit pusing akibat mabuk semalam.

Sepertinya aku harus mencoba mengontrol saat minum alkohol lagi. Itu sangatlah tidak baik bagiku. 

Aku turun dari ranjang. Ruangan ini sangatlah terang dari cahaya matahari dari luar. Aku mencoba mencari ponselku namun tidak menemukannya.

Aku pikir sekarang aku berada rumah Arya. Nuansa kamarnya itu sangatlah cocok dengan selera Arya. Seharusnya semalam jikalau aku akan mabuk aku harusnya menelpon Raka dulu. Dan meminta dia untuk menjemputku. Namun sekarang sudah terlambat. Lebih baik temui Arya dan bilang minta maaf karena telah merepotkannya dan kembali pulang. 

Aku pun membuka pintu kamar dan keluar dari sana. Sepertinya aku berada di lantai dua saat aku terus melewati lorong hingga tiba di tangga yang turun ke bawah.

Dari tangga aku melihat dapur dan punggung Arya tengah membelakangiku. Tercium aroma yang membuatku berselera makan. 

Aku turun dari tangga dan mendekat ke arah Arya. Sebelum aku berbicara ia terlebih dahulu berbalik dan berkata, "Sudah bangun?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu bertanya, "Dimana ponsel dan tas kerjaku?"

"Jangan terburu-buru pulang. Makanlah dulu"jawab Arya.

"Maaf karena kembali merepotkanmu. Tapi aku ingin segera pulang." Mendengar kataku Arya melangkah mendekat ke arahku. Ia memakai baju santai serta celemek yang di bagian tubuhnya. Ini sungguh pemandangan yang sangat memuaskan mata.

Sial.

Aku tidak seharusnya bersikap seperti. Kenapa karena melihat ia dalam pakaian santai membuat jantungku berdegup. 

Jantung bodoh! Seharusnya kamu jangan berdegup sialan.

"Baru semalam kamu bersikap dingin. Sekarang kamu meminta maaf?" Katanya berhenti melangkah. Sekarang jarak diantara kami semakin dekat. Aku merasa bisa merasakan nafas Arya dari sini. Tidak hanya itu terdapat aroma yang sedikit memabukkan hidungku.

"Jangan keluarkan feromonmu."kataku memperingatkan

"Aku tidak sengaja. Itu karena kamu terlihat manis setelah bangun dari ranjang milikku."kata Arya sambil menyeringai.

Ah sial. Pipi sialanku malah memerah. Kenapa aku harus lemah setiap melihat wajah alphanya yang tampan. 

Aku tidak bisa seperti ini. Tidak seharusnya aku bersikap seperti ini. Apalagi setelah apa yang ia lakukan padaku dulu. Aku mengatur nafas ku hingga bisa membuatku jantungku tenang. 

"Jangan buang waktu, cepat katakan dimana ponsel dan tas kerjaku." Kataku dengan nada dingin. 

Arya malah tersenyum kemudian kembali berkata, "Aku suka nada bicaramu yang dingin. Itu terlihat lucu dan manis."

Aku merasa jengkel. Sepertinya hobinya yang sekarang adalah membuatku jengkel.

"Aneh." Kataku

"Makan dulu. Setelah itu kamu bisa pulang" kata Arya

"Aku tidak la- 

Krukk krukkk

Dasar perut sialan! Ia malah berbunyi di saat yang tidak tepat. Aku sangat malu.

Arya tersenyum dan sedikit terkekeh kemudian berkata, "Duduklah, tunggu 15 menit lagi." Setelah itu ia kembali melanjutkan aktivitas memasaknya. 

Selama 15 menit berlangsung ia begitu telaten memasak. Selain itu ia juga menyiapkan meja makan. Hingga akhirnya selesai. 

Sekarang meja makan di depanku sudah ada makanan yang siap untuk di santap. Aromanya begitu menggiurkan.

"Jangan hanya menatapnya, ayo makan." Kata Arya yang membuatku segera mengalihkan pandangan dari depanku. Kemudian aku berdehem. 

Arya mendekat dan menaruh segelas air putih beserta obat, lalu ia berkata, "Minum obat pereda mabuknya setelah makan nanti." Setelah mengatakan itu ia mengitari meja makan dan duduk di seberangku.

Waktu berlalu hingga akhirnya kami selesai makan. Sebelum aku beranjak dari tempat dudukku, Arya segera berbicara, "Piringnya taruh saja di sana. Biar nanti aku yang bereskan." Aku mengangguk mendengar itu. Kemudian Arya menambahkan, "Bagaimana makanannya?"

Itu sangatlah enak. Rasanya sangatlah pas dilidahku, apalagi itu tidak membuatku enek setelah mabuk semalam. Aku tidak menyangka ia bisa memasak. Aku pikir hidup sebagai anak dari orang kaya akan membuatnya tidak bisa memasak karena ia pasti ada pembantu di rumahnya. 

"Lumayan. Lalu dimana ponsel dan tas kerjaku?" Kataku. 

"Apa tidak ada ucapan terima kasih?" Tanya balik Arya.

"Terima kasih"

Sekitar jam 10 pagi aku akhirnya tiba di rumah milik Raka yang menjadi tempat tinggal untuk Nenek dan aku. Aku segera menuju kamar Nenek dan mengetuk pintu sebelumnya.

"Masuk" terdengar suara dari dalam.

Aku menarik tuas knop pintu ke bawah lalu membuka pintu. Nenek tengah berbaring di ranjang. Aku segera mendekat ke arahnya dan duduk di tepi ranjang.

"Nenek sudah makan?" Tanyaku 

"Sudah, Cu." Kata Nenek.

"Semalam kenapa kamu tidak pulang?" Tanya Nenek dengan nada khawatir. 

"Semalam aku ada acara dengan teman kerjaku yang akan keluar. Aku minta maaf tidak mengabari Nenek dan malah menginap di rumah atasanku."

"Gapapa, Cu. Yang penting kamu pulang dengan selamat. Atasanmu sepertinya sangat baik hingga ia rela membiarkanmu tidur disana."

Aku bingung harus berkata apa mendengar hal itu. Aku hanya diam lalu nenek bertanya, "Apa kalian ada masalah?"

"Tidak ada, Nek."kataku dengan gelisah karena berbohong.

Nenek kemudian tersenyum dengan ramah lalu berkata, "Ya sudah. Nenek hanya mau pesan. Dengarkan baik-baik apa yang ingin orang jelaskan terhadapmu."

"Iya, Nek"

To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanWhere stories live. Discover now