Part 34

3.9K 384 5
                                    

Beberapa hari terakhir ini sesekali aku selalu memergoki Arya tengah tersenyum dengan bahagia. Terkadang aku melihatnya sedang tersenyum saat melihat layar monitor, atau sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Aku juga tidak tahu alasan kenapa ia tersenyum seperti itu.

Namun terkadang hatiku merasa sedikit nyeri melihat senyuman tampan Arya yang seperti itu. Aku merasa kenapa Arya memberikan senyuman yang sering ditampilkan itu ke orang yang sepertinya sering ia hubungi akhir-akhir ini.

Kenapa aku bukan satu-satunya yang mendapatkan senyuman Arya tersebut?

"Persiapan album Kstaria bagaimana?"

Pertanyaan yang berasal dari Arya tersebut kembali memfokuskan pikiranku ke saat ini. 

Aku, Arya, Departemen Produksi, Departemen Sales & Marketing dan anggota band Kstaria tengah berkumpul di ruang rapat. Saat ini kami tengah membahas persiapan album Kstaria yang sudah sampai mana. 

"Semua persiapan berjalan dengan lancar. Selain itu pembuatan album telah selesai. Pembuatan music video juga sama. Hanya tinggal beberapa hal kecil saja yang perlu diselesaikan. Sejauh ini pokok utamanya telah selesai." Jawab Kepala Departemen Produksi.

"Saya senang mendengarnya." Kata Arya

"Iya Pak CEO. Saat ini kita hanya tinggal menghitung hari hingga perilisan album tersebut." Tambah Kepala Departemen Produksi

"Bagaimana dengan promosi album tersebut?" Tanya Arya sambil melihat ke arah Departemen Sales & Marketing.

"Setelah perilisan album, Kstaria secara khusus akan diundang langsung oleh salah satu program musik paling terkenal saat ini. Tidak hanya itu, Kstaria juga akan diundang di berbagai program televisi lainnya. Serta Kstaria juga akan datang di program radio." Jelas Kepala Departemen Sales & Marketing

"Bagus. Lalu bagaimana dengan kalian? Kalian sudah banyak berlatih dengan lagu baru kalian kan?" Tanya Arya sambil melihat ke arah anggota Kstaria, terutama Ivan.

"Tentu saja, Pak CEO. Kami sudah banyak berlatih. Kami sudah hafal semua lagunya. Kami sudah siap untuk tampil baik di acara online maupun offline." Jelas Ivan.

"Saya senang mendengarnya. Sepertinya persiapan kita sudah matang. Selanjutnya hingga saat perilisan nanti itu semuanya akan terus berjalan dengan lancar." Kata Arya

"Iya, Pak" jawab semuanya

Setelah itu kami semua keluar dari ruang rapat. Arya dan Aku keluar terlebih dahulu. Namun sebelum aku berjalan lebih jauh sebuah suara menghentikan langkahku.

"Sekretaris Di."

Panggilan tersebut berasal dari Ivan. Aku agak terkejut Ivan memanggilku. Terakhir kali aku bertemu dengannya sewaktu acara pesta pengumuman Arya.

"Iya, ada apa Ivan?" Tanyaku

"Saya ingin berbicara sebentar dengan Sekretaris Di." Kata Ivan. Aku pun menoleh ke arah Arya. Arya hanya mengangguk kemudian berbalik pergi menuju lift.

Sepertinya ia mengisyaratkan tidak masalah aku berbincang dengan Ivan.

"Baik" jawabku kemudian kami kembali ke ruang rapat yang sudah kosong.

Aku dan Ivan duduk bersebrangan. Aku masih takut Ivan akan berbuat hal macam-macam, jadi aku duduk di dekat depan pintu keluar. Selain itu tadi Arya juga melihatku. 

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanyaku

Ivan diam untuk sementara waktu. Aku baru sadar, Ivan sedari tadi bersikap dengan sopan. Itu berbeda dengan saat pertama kali kami bertemu dan pada saat acara makan malam bersama. 

Aku tidak tahu apa yang membuat Ivan berubah 180 derajat dengan cepat. Sebenarnya apa yang telah merasukinya hingga ia bersikap sopan seperti ini. 

Walaupun begitu, aku senang ia berperilaku sopan seperti ini.

"Saya ingin meminta maaf untuk semua yang telah saya perbuat kepada kamu. Sikap saya yang buruk serta cara bicara saya juga. Saya meminta maaf karena pernah menyakiti kamu."

Aku benar-benar termenung mendengar permintaan maafnya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau ia sampai meminta maaf kepadaku. 

Aku tahu kalau ia adalah sosok yang arogan. Akan tetapi kalau ia bisa meminta maaf secepat ini, seperti ada hal yang tidak beres dengannya. 

Bukan maksudku tidak mempercayainya, hanya saja ini tidak masuk akal. Apa memang seseorang bisa berubah secepat itu?

Atau ini hanya akal-akal Ivan saja?

"Sekretarsi Di?"

"Oh, maafkan saya. Saya benar-benar tidak menyangka kamu akan meminta maaf." Jawabku 

"Saya benar-benar menyesal untuk yang telah  saya lakukan dulu. Apakah Sekretaris Di bisa memaafkan saya?"

Tidak hanya meminta maaf, namun ia juga minta aku memaafkannya? Ini benar-benar aneh. Sugguh.

"Ah.. ya…" aku bingung mau menjawab apa

"Saya janji tidak akan mengganggu Sekretaris Di lagi di masa depan nanti. Kalau begitu saya pamit pergi dahulu." Setelah itu Ivan pergi ke luar

Aku pun ikut pergi dan kembali menuju lantai kantor CEO.

Di dalam lift aku kembali memikirkan perkataan Ivan. Aku masih heran karena ia tiba-tiba meminta maaf dan memintaku untuk memaafkannya.

Walaupun begitu, aku tidak berusaha berpikir lebih jauh. Mungkin ia memang hanya ingin meminta maaf. Tidak ada yang salah akan hal itu. Malah itu hal yang baik menurutku.

Ding

Terdengar pintu lift terbuka. Aku pun berjalan keluar dari lift dan di sambut oleh Arya serta wanita berambut panjang sedang bergandengan tangan. Lalu Arya berkata, "Sekretaris Di, saya tidak akan kembali setelah makan siang hingga jam selesai kantor."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Catch Me If You CanWhere stories live. Discover now