Separate 30!

487 95 14
                                    

***

Selama setengah jam Jungkook duduk terdiam di halte bus. Sesekali menghela nafas lelah, kesal dan lapar. Ia sudah menanyakan rumah Jimin hampir ke semua toko dan orang yang ada di sekitar. Tapi tak satupun dari mereka yang mengenal Jimin. Padahal malam itu Jimin bilang ia tinggal tak terlalu jauh dari halte, tapi bagaimana mungkin tak ada yang mengenalnya.

Kepalanya menoleh kanan dan kiri, memeriksa setiap mobil maupun motor yang lewat. Barangkali ada Jimin di salah satu kendaraan itu. Namun setengah jam berharap, tak ada hasil yang ia dapat. Dirinya mulai menghela napas lelah, beranjak memakai helm dan berniat pergi. Mungkin hari ini ia belum beruntung, siapa tahu besok orang yang ia cari sekolah.

Ia mulai menghidupkan motor besar itu, menurunkan kaca helm nya sembari sekali lagi menatap sekitar. Masih berharap melihat Jimin dan

Gotcha!!

Itu Jimin, duduk di dalam sebuah mobil yang berada di depan minimarket. Jungkook bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali.

''Ah aku tak salah lihat,itu benar Jimin Hyung."

Jungkook menghidupkan motornya, berniat menghampiri Jimin. Namun mobil itu berjalan berlawanan arah, menuju arah gunung Ansan. Dengan segera Jungkook mengikuti mobil itu. Cuma menghabiskan 3 menit, mobil yang terbilang mewah itu berbelok menuju bagian kanan gunung Ansan. Mendaki gunung kecil itu hingga berhenti disebuah rumah yang tak terlalu besar namun cukup mewah untuk desainnya.

Bukan rumah modern, hanya sebuah rumah tua dengan desain interior istana-istana zaman dulu. Rumah itu terkesan mewah meski terlihat tak terurus dengan adanya semak yang merayap di sisi kiri rumah. Jungkook bahkan menganga tak percaya,rumah ini terlihat menakutkan namun menarik. Jaraknya dari mobil yang Jimin tumpangi cukup jauh. Ia berdiri di dekat pohon besar sekitar 500 meter dari rumah.



''Paman tidak masuk?" Jimin menatap bingung sang paman yang kembali ke mobilnya usai mengantar Jimin hingga pintu rumah.

''Hari ini ada rapat di perusahaan Jimin, paman harus ke perusahaan. Nanti malam paman akan datang,dan kita makan malam bersama oke?"

Jimin hanya mengangguk pelan, ia juga tidak memiliki hak penuh untuk selalu melarang apapun yang Hoseok lakukan. Tapi tak di pungkiri Jimin kecewa, bahkan matanya masih menatap mobil Hoseok yang sudah berbalik pergi.

Mobil abu-abu milik Hoseok melewati tepat berdirinya motor Jungkook. Pemuda itu menjadi gelalapan seperti ketahuan tengah menguntit. Dengan terburu-buru ia mengeluarkan handphone dan berlaku seakan-akan tengah memfoto pemandangan di depannya. Hoseok yang melihat pun terlihat biasa saja. Karena memang tak jarang banyak anak muda yang akan berkeliaran di sekitar Ansan.

Yah untuk sekedar berpacaran atau mengabadikan keindahan gunung kematian itu. Meski tak di pungkiri label tempat berkumpulnya para abu, Ansan yang menjadi gunung pemakaman tak bisa menyembunyikan keindahannya. Gunung yang terkenal keramat itu benar-benar terlihat indah dari sisi manapun karena memperlihatkan pemandangan kota Seoul.

Usai mobil abu-abu itu menghilang dari pandangan, Jungkook kembali ke posisi awal. Menoleh untuk mencari persepsi Jimin, dan sialnya sang teman sudah hilang dan tak terlihat lagi. Jungkook menghela nafas berat, ia menaiki motornya kembali. Memutuskan pergi dari sana, tidak jadi berkunjung. Ia takut Jimin marah karena ia sudah menguntit pemuda itu.

Alhasil Jungkook memutar motor sport nya berbalik arah. Kembali menuruni sisi gunung Ansan.

*
*

Angin sore gunung Ansan membawa kedamaian untuk hati Taehyung yang gundah. Usai berkunjung ke makam sang adik ia memutuskan untuk berjalan kaki disekitar sana. Sembari menikmati indahnya si pemancar cahaya turun untuk bertukar shif dengan bulan.  Sehabis menangis melepas rindu, perasaan Taehyung sedikit lega. Matanya memerah bengkak, namun ia tetap tampan seperti biasa.

Berjalan menuruni rumah abu, lalu sedikit menanjak untuk mendaki gunung Ansan lebih tinggi. Niat nya untuk melihat sunset lebih jelas. Saat akan melompat ke sebuah batu yang tertempel erat dengan dinding gunung,yang dibawah nya terdapat jurang besar. Seseorang berteriak, Taehyung kenal suara itu .

''H-hyung! K-kau tidak gila kan hanya karena kata-kata ku? " Tanya nya gugup.

''Hyung aku tidak ingin menjadi anak tunggal." Ujar nya lagi dengan sedikit bentakan.

Ia panik tak kepalang saat melihat seseorang berniat melompat ke sebuah batu. Karena jika salah mendarat saja maka orang itu mungkin akan bangun di alam baka. Dan ia semakin panik kalau tahu orang itu adalah kakak nya.

Si empu sendiri hanya membuat bola mata malas,lalu berdecih pelan.

''Kau terlalu banyak mengkonsumsi drama." Ujar nya datar sembari menoyor kening Jungkook pelan.

Ia melompat kembali ke arah jalan. Berjalan menuruni bukit itu untuk menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah abu. Meninggalkan Jungkook yang terdiam seperti orang bodoh .

''Aku kan menyayanginya. Mangkanya aku takut ia gila dan bunuh diri." Ujarnya pelan, lebih ke nada menggerutu.



*
*
*

Holla i am backkkk

Ini tuh seharusnya update di bulan Januari,tapi Hye tuh sibuk banget. Jadi nya update februari deh ☹️

Separate kek nya udah mulai kehilangan pembaca yah ☹️ karena jarang update.

Tapi akutuh beneran sibuk banget.

Tapi aku bakal tetap lanjut.

Untuk update an bulan ini bakal tetap ada. Jadi di bulan Februari ini aku update 2 kali.


So see you next chapter

Separate Where stories live. Discover now