Separate 31

564 94 10
                                    


o0o

Jimin memasuki rumah dengan perlahan, menoleh kanan kiri. Barangkali sang Papa bisa ia temukan di ruang tamu. Tapi semu sudah harapan itu, ia tak menemukan seorang pun. Bibi Ahn berlari tergopoh- gopoh dari arah dapur. Lengkap dengan apron yang masih terpasang, dengan sedikit tepung menempeli lengannya.

''Eh Jimin sudah pulang saja." Ujar wanita tua itu mendekat.

Merentangkan kedua tangannya dan meraih Jimin ke dalam pelukan hangat nya. Ia mengecup kening Jimin sayang, menciumi rambut hitam itu pelan.

''Bibi pikir akan pulang Malam."lanjut nya.

''Di rumah sakit tidak menyenangkan bi." Balas Jimin dengan bibir mengerucut lucu.

Bibi Ahn terkekeh pelan, Jimin nya ini memang tidak suka dengan rumah sakit. Ia mengusap rambut itu gemas, merusak tatanan yang sudah Jimin atur dari rumah sakit tadi. Namun Jimin tidak marah, kesal pun tidak. Ia bahkan tersenyum ceria mendapatkan perlakuan hangat itu.

''Kalau begitu ayo ikut bibi ke dapur." Wanita itu menggandeng tangan sang majikan ke dapur. Mendudukkan nya di meja pastry, dan ia segera berlari pelan menuju kulkas.

'' TARAAA..."

Teriaknya pelan, berjalan mendekati Jimin dengan sebuah kue coklat.

''Wuahh bibi membuat kue?" Tanyanya girang. Ia sangat sangat sangat menyukai kue coklat.

''Hmm, bibi berniat memberimu kejutan. Eh tahu-tahu bibi yang terkejut karena Jimin pulang lebih cepat, untung saja kue nya sudah selesai." Tutur wanita itu dengan senyum.

Melihat anak yang ia rawat tersenyum cerah dan memancarkan kebahagiaan. Membuatnya tak bisa untuk tak ikut tersenyum. Jimin yang mulai mengambil sesuap coklat dengan gemas membuat nya tertawa kecil.

''Wuah ini enak bi, sangat enak." Ujar nya memberi pujian, mengangkat kedua jempol nya semangat.

Ia mengambil sesuap lagi, lalu menyodorkan ke sang bibi. Menyuapi wanita yang sudah merawatnya itu dengan hati-hati.

Petang semakin tinggi,langit berubah gelap. Kue coklat tadi yang dimakan pun sudah habis tak bersisa. Tapi gelak tawa itu masih memenuhi dapur. Jimin yang senantiasa bercerita sembari menikmati hidangan malam yang di buatkan bibi Ahn.

*
*
*

Semua berjalan baik, hingga bulan berganti pun terlihat masih aman. Jimin dengan kehidupan baru nya, yang dimana hari-harinya selalu di tempeli Jungkook. Dan Taehyung yang tetap pada pendirian nya. Sendirian tanpa seorang teman dekat, ya ia memiliki teman. Ia bergabung dalam club basket dan menjadi center karena memang bermain dengan hebat di tambah dengan wajah yang sangat tampan.

Orang-orang akan selalu memuji,memuja kesempurnaan keluarga itu. Tapi pada dasarnya sesuatu tak bisa dilihat dari luar saja. Kehidupan Jimin memang tragis, namun kehidupan Taehyung tak jauh lebih baik.

Kemaren keluarga besar ayahnya datang berkunjung ke rumah. Mereka mengadakan acara bakar-bakaran di halaman belakang. Itu mungkin terdengar menyenangkan, namun tidak pada kenyataan. Sebelum acara itu masuk ke bagian inti, ia diminta oleh adik ayahnya untuk membeli bir di supermarket. Namun motor yang sering ia gunakan tiba-tiba berulah di tengah jalan dan tak mau hidup.

Taehyung sadar motor nya tak mungkin seperti ini tanpa sebab. Saat melihat bagian mesin, benar saja ada sebuah kabel yang dilepas, seperti disengaja. Lalu ketika ia kembali dengan beberapa botol bir, acara itu justru sudah selesai. Daging² dan sosis yang dibakar sudah habis tak bersisa.

'Ah maaf Taehyung-ah bibi pikir kau tak ingin ikut makan dengan kami, jadi kami menghabiskannya. Kau sih pergi tak bilang-bilang.' perkataan bibi nya malam itu.

Semua anggota keluarga menatapnya tajam. Papa nya tak berbicara banyak, apalagi sang Mama yang hanya fokus kembali pada gadget nya.

Remaja 17 tahun itu tersenyum, menyerahkan bir yang ia beli. Lalu berlalu pergi ke kamarnya di lantai atas.

' Taehyung-ah kau yakin tak ingin makan daging? Ternyata paman mu menyisakan sedikit disini karena terlalu hangus.' 

Perkataan penuh hinaan itu juga masih melekat di pikiran Taehyung. Mama nya kembali tak bersuara, mendengar pun entah iya atau tidak.

Semua, hampir semua keluarga besar Siwon tak menyukai Taehyung. Bahkan secara terang-terangan. Seorang anak yang dibawa Se Ra dari hasil pernikahan sebelumnya, bukan darah daging keluarga Park.

Tak ada reaksi khusus yang di berikan Se Ra untuk merespon ketidakadilan yang putra nya terima. Mamanya itu seakan tutup mata dan tak peduli. Namun wanita itu senantiasa menuntut kesempurnaan padanya.

Bukankah itu lucu?

Taehyung yang dipaksa menjadi anak pintar. Dipaksa paham dengan segala hal, paham dengan semua keadaan. Bahkan tak ayal di cap si anak sial oleh keluarganya Siwon sendiri.

Lalu ia bisa apa? Marah dan merasa kecewa? Ia bahkan masih bersyukur sang mama mau membesarkan nya hingga saat ini. Masih mau membiayai hidupnya dengan layak. Sejak kecil ia sudah belajar, belajar apa itu sakit dan bagaimana rasanya.

Jadi wajar, sangat wajar jika ia tumbuh menjadi sosok yang tak terlalu peduli sekitar. Karena pada dasarnya ia pun tak dipedulikan oleh orang lain. Ia tak menjadi sosok yang bersimpati, karena sesungguhnya ia juga butuh rasa simpati.





Jadi bagaimana??? Apakah kehidupan nya masih layak didambakan orang-orang??

*
*
*



TBC

Hola, i'm back✌🏻
Maaf pake banget karena aku jarang pake banget update.

Why?

Karena sibuk

So

See you next chapter 👋🏻
Dan itu insyaallah secepatnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Separate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang