14. Ucapan Good Night

61 13 119
                                    

+62 8××× ×××

Apa kabar Ca?

Sori gak pernah ada kabar
Ares baik-baik kan?

Read

Dahi Lavina terlipat saat membaca pesan itu. Tangannya yang lain mulai memasukkan telur rebus berlumur serbuk cabai dan mengunyahnya secara perlahan. Hujan deras masih setia mengisi latar belakang suara di kamarnya ini.

Ini bukan nomor cowok playboy itu ternyata. Lavina pikir cowok playboy itu kembali hendak mengancamnya seperti siang tadi saat di sekolah.

Namun, memang bukan nomor ini. Lavina membuka profil dan status profilnya yang tak terpaut foto apapun dan tulisannya normal-normal saja yaitu 'ada'.

"Ares?" gumamnya.

"Tunggu-tunggu..." Lavina berjengit. Dirinya seketika tersadar sesuatu dan langsung mengunyah dengan cepat untuk segera menelan makanannya.

"Ares itu kan nama panggilan Azka waktu masih kecil, dan yang sering panggil Azka dengan sebutan Ares itu cuma..." Lavina refleks membekap mulutnya, membuat ponselnya terjatuh ke meja dan menimbulkan bunyi buk pelan.

"Kafka!" jerit Lavina. "Yaampun iya Kafka! Kok bisa baru keingetan?!"

Lavina meraih tisu basah dan langsung mengelap tangan dan mulutnya. Ia berhenti memakan telur rebus pedas kesukaannya itu. Karena ada hal lain yang lebih penting dari acara makan telur rebusnya ini yang bisa dilanjut nanti-nanti lagi.

"Ca kan juga panggilan Kafka buat aku. Mica!" seru Lavina.

Tanpa basa-basi lagi karena memang Lavina tak ada niat untuk membalas pesan itu setelah tahu siapa si pengirim pesan. Jarinya langsung menekan tombol telefon. Lavina sudah tidak sabar untuk bisa berbicara lagi dengan sabahat masa kecilnya yang super sibuk itu.

Sibuk sampai dirinya benar-benar tak bisa dihubungi barang sebulan sekali. Tapi sekarang lihat, sahabat kecilnya itu datang dengan nomor baru. Jadi, selama ini Kafka sudah ganti nomor? Kalau begitu pantas saja telfon Lavina tak pernah berdering dan chatnya pun tak pernah terbaca apalagi terbalaskan.

AKALA. Sebuah singkatan yang terdiri dari nama mereka bertiga. Awalan pertama untuk Azka Awrece, adik laki-laki Lavina. Lalu Ka singkatan untuk Kafka. Dan terakhir adalah singkatan namanya.

Sudah sekitar sepuluh tahun lalu AKALA terbentuk. Saat itu Lavina masih kelas 1 SD, terpaut setahun lebih tua dari adiknya-Azka dan terpaut empat tahun lebih muda dari Kafka.

Tutt... Tutt...

Suara panggilan tak terjawab mengakhiri panggilan telfon yang bahkan belum diangkat oleh si penerima panggilan.

"Huhft..." Lavina menghela napas kecewa. Nomornya tidak aktif lagi.

"Baru lima menit yang lalu loh online-nya, masa iya tetiba udah gak aktif gini?" Lavina menatap layar ponselnya setengah kesal. Sebegitu sibuknyakah Kafka disana? Tidak mungkin tiba-tiba ganti nomor lagi kan?

Dengan perasaan setengah-setengah, yaitu setengah sedih dan setengah kesal karena Kafka seperti mempermainkannya, Lavina menangkupkan wajahnya ke meja sambil mencoba kembali membuat panggilan.

Empat tahun sudah dirinya berpisah dengan Kafka yang memutuskan untuk berkuliah di luar negeri, lalu sudah sekitar tiga bulanan ini adiknya itu memutuskan tinggal di rumah sakit. Setia dengan keranjang pasien miliknya. Tak berniat bangun.

Kenapa tak ada satupun dari mereka yang memperdulikannya? Kenapa diantara mereka tak ada yang berniat untuk kembali bertemu dengannya? Apa mereka tidak merindukannya?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Devil & Queen Dandelion SchoolWhere stories live. Discover now