02. TRIPLE N

55 6 5
                                    

“Nauraaaaaa.”

“Yuhuuuu Naura sayanggggg.”

Waktu tidur siang Naura terganggu dengan kedatangan kedua sahabatnya yang tiba-tiba saja memeluknya.

“Aduuhhhh kalian kenapa sihh, gue lagi mimpi indah tau malah diganggu,” keluh Naura.

“Yaampun Nau kita dari tadi sibuk nyari lo eh taunya lo malah enak-enakan tidur disini,” ujar Nopi membaringkan diri di samping Naura.

“Gak perlu mimpi Nau buat ngeliat sesuatu yang indah, cukup lo liatin aja muka gue pasti hidup lo dipenuhi dengan kebahagiaan,” ucap Nana dengan boneka boba berukuran sedang yang sudah ada dalam pelukannya.

“Hueeekk jijik gue.” Naura berlagak seolah ingin muntah.

Nopi memposisikan diri untuk duduk. “Nau, lo kenapa gak cerita sih kalau si Joko selingkuh,”

“Kalian tau dari mana kalau Joko selingkuh?” tanya Naura terkejut. Dia tidak menyangka jika kisah asmaranya akan diketahui sahabatnya secepat ini.

“Naura udah berapa kali gue bilang kalau lo ada masalah tuh ngomong sama kita jangan malah ngehindar kayak gini. Dengan cara lo diemin kita beberapa terakhir ini itu ngebuat kita justru makin ngejauh, lo pengen kalau persahabatan kita hancur cuma karena sikap lo yang kayak gini?”

Akhirnya isi hati yang ingin Nopi keluarkan meluap. Nopi marah, dia kecewa karena merasa belum pantas bisa menjadi sahabat yang terbaik untuk Naura.

“Maafin gue Nop, Na. Gue cuma gak mau kalau orang yang selama ini gue bangga-banggain di depan kalian ternyata ngekhianatin gue, gue malu karena salah milih dia sebagai cowok gue.”

Air mata Naura menetes, selama ini dia terlalu membanggakan Joko sebagai pacar yang baik di hadapan sahabatnya tapi ternyata Joko hanyalah pria bajingan tidak tahu diri.

“Udah mendingan sekarang lo lupain tuh si Joko bangsat, masih banyak cowok diluaran sana yang jauh lebih baik dari dia,” kata Nana menenangkan.

“Yoi kita bertiga kan cantik, cowok mana sih yang gak terpesona dengan kecantikan kita bertiga,” seru Nopi mengibaskan rambutnya penuh percaya diri.

“Gue bangga dengan kepedean lo Nop,” kagum Nana. Mereka tertawa bersama setelahnya.

“Oh iya Nau, sebenernya gue mau ngasih tau lo sesuatu,” kata Nopi serius.

“Apa? Lo mau ketemuin gue sama Bright?” tanya Naura berniat bercanda, namun kedua sahabatnya tidak memberikan respon apapun. “Ini kenapa dah muka kalian tegang banget,” bingun Naura.

Nopi menghembuskan napasnya secara perlahan sebelum akhirnya bercerita. “Gue harus pindah ke Surabaya, Nau.”

“WHAT? Pindah lo bilang? Lo bohong kan? Mana percaya gue kalau lo mau pindah.”

Sudah mereka duga Naura akan bereaksi seperti ini tapi tetap saja Nopi harus memberitahukannya.

“Gue serius Nau, gue udah mutusin buat ikut tinggal sama bokap di Surabaya,” jelas Nopi.

Naura mengangguk paham, meski tidak rela harus berpisah dengan sahabatnya tapi dia tidak bisa melarang Nopi yang ingin tinggal bersama dengan orang tuanya.

“Kapan berangkatnya?” tanya Naura memaklumi.

“Besok Nau.”

Bola mata Naura membulat seketika. “Besok lo bilang?” ucap Naura terkejut. “Nop lo nganggep gue sahabat gak sih? Kenapa masalah ini baru lo omongin saat lo udah mau jauh dari kita?”

Naura beralih pada Nana. “Dan lo Na, lo udah tau kan kalau Nopi mau pindah? Tapi kenapa lo gak ngasih tau gue?!”

“Bukan gitu Nau, gue bahkan baru tau pas kita ngumpul di cafe tadi,” sela Nana.

TRIPLE NWhere stories live. Discover now