33. Pendiam

1.9K 94 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

*
*
*

"Mencoba berdamai dengan keadaan tanpa membenci kenyataan."

_Syahira Az-zahra Al-fathunissa _


Hari-hari berlalu Anggara dan Syahira kini masih berada di Bandung. Anggara sebenarnya sibuk dengan urusan kantor, namun karena melihat sang istri yang seperti ini, ia tidak bisa meninggalkannya, walau 'pun di sini bersama Bundanya. Bagaimana tidak, Anggara dapat merasakan perubahan Syahira yang sangat drastis menurutnya.

Setelah kepergian sang Ayah, Syahira lebih banyak diam, jarang makan, suka murung dan setiap di ajak bicara ia hanya menjawabnya dengan singkat.

Dimana Syahira yang dulu?

Syahira yang ceria?

Syahira yang manja?

Syahira yang selalu banyak bicara?

Entah lah Anggara juga bingung menghadapi sifat Syahira. Dan perlu kalian ketahui selama tinggal di Bandung Anggara dan Syahira seperti biasa tidur di kamar yang berbeda. Anggara tidur di kamar Syahira, dan Syahira tidur bersama Bundanya.
Berbagai alasan mereka lontarkan kepada sang Bunda.

***

Kini waktu menunjukan pukul 07.00 pagi. Di meja makan keluarga kecil ini tengah menyantap makanan mereka, disana hanya ada keheningan, tidak ada yang membuka suara sedikit 'pun kecuali detingan sendok tentunya.

"Anggara. Syahira. Bunda pamit ke kamar ya," izin Bunda Amelia kepada putri dan menantunya.

"Iya Bund, " jawab mereka berdua dan Bunda Amelia 'pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan pasutri itu.

"Asya, juga ke kamar," pamit Syahira tiba-tiba dan langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Anggara sendiri di sana.

Anggara diam mematung, kini di meja makan ini hanya da dirinya, dan entah mengapa ia sangat rindu dengan senyuman Syahira, senyuman yang selalu ia terbitkan, namun sekarang semua itu hanya bayangan. Senyuman yang selalu terbit itu kini terbenam tertelan kesedihan.

"Huft." Anggara menghembuskan nafasnya pelan dan beranjak dari duduknya dan berniat untuk ke kamar.

Namun, saat di ambang pintu kamar, Anggara mendengar isak tangis seseorang, Anggara 'pun menghentikan langkahnya dan mengintip siapa yang tengah menangis dari cela pintu.

"Astagfirullah," gumam Anggara sembari mengelus dadanya pelan.

Anggara 'pun melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang.

"Jangan terlalu kalut Sya," ucap Anggara.

Ya Syahira lah yang tengah menangis itu.
Syahira sama sekali tidak menghiraukan siapa yang sekarang ada di sebelahnya.

Syahira menangis sembari mengelus foto di hadapannya.

Anggara yang melihat Syahira memegang foto di hadapannya 'pun melirik sedikit, karena penasaran. Ia 'pun tersenyum kecil saat melihat siapa yang ada di foto itu, dan ternyata di sana ada Bunda Amelia dan Ayah David dan tidak lupa dengan seorang anak kecil yang rambutnya terurai indah yang tengah mendekap sebuah boneka beruang.

GARASYA [END]Where stories live. Discover now