10°

76 20 5
                                    

Jangan lupa vote and comment please😥🙏
____________________________________


TAHUN KEEMPAT✨️

Charity masih duduk termenung di jendela kamarnya, masih tak habis pikir jika ayahnya pernah menjadi pengikut setia Voldemort. Padahal, liburan sudah mau usai, tetapi pikiran-pikiran aneh itu masih saja terlintas di otaknya.

Seseorang mengetuk pintu kamar Charity dan berhasil membuyarkan lamunan gadis itu. Edmund, kakak laki-lakinya menyuruhnya untuk segera turun dan sarapan.

"Sarapan sudah siap, turunlah," katanya lembut. Charity tak menjawab dan langsung mengiyakan perintah kakaknya.

Di meja makan, Mr. Yaxley sibuk membahas pekerjaannya di kementerian yang semakin berat. Pasalnya, dia merasa terbebani dengan tugas yang diberikan oleh Fudge padanya.

"Dad," panggil Charity tiba-tiba. Ayahnya seketika menghentikan aktivitasnya mengiris daging dan beralih pada putrinya.

"Aku baru saja ingat, minggu depan ada Piala Dunia Quidditch kan? Pansy mengajakku untuk menonton bersama," katanya lembut.

"Oh ya, kupikir Mr. Malfoy dan Draco juga ada di sana." sambungnya.

"That's right, temanku Viktor akan bermain untuk Bulgaria." sahut Edmund sembari mengelap mulutnya.

"Viktor Krum? Woah!" sahut gadis itu.

"Kau tidak akan kesana." jawab Mr. Yaxley sedikit dingin.

"Why? Tapi aku akan pergi bersama Kak Ed–"

"Kau tidak akan pergi dan tetap di rumah sampai tahun ajaran dimulai, begitu juga kakakmu." finalnya. Mrs. Yaxley yang pada saat itu juga ikut sarapan, menatap penuh prihatin pada putrinya yang sangat ingin menonton Piala Dunia Quiddtich itu.

"But, why?" tanya Charity pelan.

"Tidak ada alasan, Dad hanya menganggap di sana sedikit berbahaya. Selalu ada kerusuhan setiap Piala Dunia Quidditch berlangsung. Dad juga yakin kalau temanmu tidak akan datang juga."

"But–"

"Enough, Charity. Kalau Dad bilang tidak boleh pergi, artinya tidak boleh." Final Mr. Yaxley yang langsung meninggalkan meja makan.

Baru kali ini gadis itu dibentak oleh ayahnya sendiri. Padahal, kesalahan yang ia perbuat bukanlah kesalahan yang fatal. Mata hazelnya berkaca-kaca, tetapi jelas ia tak mau menangis. Seorang Slytherin yang ketahuan menangis di depan orang lain merupakan hal yang hina baginya. Namun, di balik itu semua, justru ia bertanya-tanya bahaya apa yang sebenarnya ayahnya katakan.

°•°•°

Tahun keempat dimulai, sama seperti biasa Charity mulai meletakkan barang-barangnya seperti buku dan alat tulis di tempat dekat ranjang kamar asramanya. Tak lama setelah itu, sahabatnya Pansy Parkinson mendatangi Charity dengan mata berbinar.

"Aku rasa tahun ini akan menjadi tahun terbaik," ucap Pansy sembari berbaring di ranjangnya.

"Kenapa begitu?" tanya Charity sembari membereskan buku-bukunya.

"Triwizard Tournament, you know that right?"

"Wait what? Aku tidak tahu sama sekali tentang hal itu,"

"Yang benar saja, Char. Anak-anak dari Beauxbatons dan Durmstrang akan kesini untuk turnamen itu."

"Really? Kenapa tidak ada yang memberitahuku soal ini, bahkan Edmund sama sekali tidak membicarakan ini padaku. Kau tahu berita ini dari siapa?"

𝟭𝟬.𝟬𝟬𝟬 𝙝𝙤𝙪𝙧𝙨 | 𝓓.𝓜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang