43

2.2K 170 60
                                    

Nggak ada yang ngomen, nggak mau next-_ canda bestie

.
.
.

"Sudah Papah bilang Gilang! Dia kabur dari Mansion ini entah kemana! Papah tidak tau, dia sudah terlalu liar dengan dunianya!" Suara dari Raditya itu mendominasi ruangan tersebut. Raditya nampak berusaha menahan emosi, kemudian membuang wajahnya.

Gilang nampak menggelengkan kepalanya. Jika boleh jujur, dia tidak mempercayai ucapan dari Raditya. Rasanya, 'Fajri' orang yang tengah mereka perdebatan sedari tadi tidak mungkin melakukannya. "Papah, Fajri itu nggak kayak gitu Pah ... Gilang yakin. "

Raditya mengacak kasar rambutnya, sejak laki-laki itu sadar dari koma, sikap Gilang memiliki banyak perubahan. "Ada apa denganmu Gilang?! Dia yang sudah membuat Mamah mu tiada, dan dia juga hampir membuatmu ikut menyusul! Apa kamu tidak sadar hal itu hah?!" Raditya menatap ke arah putranya yang terdiam membisu.

"Argh sudahlah! Jangan pernah menanyakannya lagi! Jika kamu masih ingin Papah anggap!" Dia langsung saja melangkahkan kakinya menjauh.

Gilang dibuat terdiam, namun sesaat setelahnya dia menggelengkan kepalanya, menatap punggung Raditya yang masih terlihat dari tempatnya. "Tapi itu takdir Pah!" teriaknya, yang entah bisa didengar atau tidak.

Gilang mengacak kasar rambutnya, menatap ke arah sekelilingnya yang terdapat banyak pekerja. Dia langsung saja pergi meninggalkan tempat itu menuju kamarnya.

"Gue kangen dia .... " Gilang membatin, setelah merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ini sedikit hal yang diluar kepalanya. Dia tidak menyangka jika dia akan mengatakan hal tadi, apa ini berarti dia mulai mengikhlaskan kepergian Mamahnya? Entahlah.

Sudah tiga hari ini, dia dilanda rasa gelisah, saat dia pulang dari Rumah Sakit tiga hari lalu, dia tak kunjung menemukan sosok Fajri. Dia hilang bagai ditelan bumi, dan jujur ... Gilang merasa ada kurang dalam hidupnya.

Keberadaan Fajri pun masih tanda tanya besar, bahkan setelah perdebatannya dengan Papahnya tadi. Banyak yang berubah di Mansion, apalagi menurutnya Bi Imah yang tiba-tiba berhenti bekerja disini.

"Shit, kalo di saat gini, gue baru ngerasa kalo gue kehilangan. Gue kangen cekcok sama dia. " Gilang memejamkan matanya sesaat, matanya tiba-tiba saja berair dan meneteskan air matanya. Namun, dia dengan cepat menghapusnya.

Gilang beranjak dari tempatnya, mengecek handphone miliknya yang tadinya sempat bergetar. Beberapa chat masuk, saat dia meminta bantuan pada Davi, teman satu kelas, sekaligus kakak dari Zweitson.

|Adik gue juga nggak tau Lang, katanya dia juga sempet ada masalah sama Fajri, gara-gara berita waktu itu|
|Nih, Lo liat sendiri. Gue udah sempet ss sebelum dihapus dari sananya|

Gilang menatap foto dan beberapa video yang dikirimkan oleh Davi, dia dibuat terdiam saat melihat foto-foto yang menunjukkan sosok Fajri di sebuah Bar dan dikelilingi oleh beberapa wanita malam. Dan satu video yang memperlihatkan jelas jika Fajri ada di sebuah Bar, entah untuk apa.

"Apa ini maksud Papah waktu itu?" Dia terdiam,  Gilang juga lupa menanyakan perihal hal itu pada Raditya tadi. Dia hanya menanyakan keberadaan Fajri, namun bukan masalah yang sempat Raditya bahas saat di Rumah Sakit saat itu.

____

Di sebuah Cafe, nampak Fenly bersama dengan seseorang yang ia ajak bertemu selepas pulang sekolah. Dia adalah Ricky, pelatih basket di sekolahnya, yang menurutnya berstatus sebagai orang terdekat Fajri.

"Bang, Lo bener-bener nggak tau Fajri dimana?"

Ricky menatap ke arah Fenly, kemudian menghela nafas pelan. Sedari awal mereka bertemu, Fenly terus menanyakan hal itu padanya. "Gue nggak tau Fen, akhir-akhir ini gue nggak ada ketemu sama dia. " Dia membalas jujur, karena terakhir dia bertemu saat di Rumah Sakit waktu itu, dalam suasana yang tidak baik-baik saja.

Berteduh [END]Where stories live. Discover now