5

25 8 1
                                    

“Jadi, bagaimana kencan lo kemarin?”tanya Ruby

“Bukan kencan kali.”sahut Catz. “Lo tuh yang kencan.”

Ruby tertawa. “Jangan ngiri dunk ah. Sebentar lagi juga kalian bisa kencan. Kita bisa double date tuh!”

Catz mendengus. “Masih lama kali.”

“Jangan pesimis begitu dunk. Jadi, bagaimana? Cerita dunk!”

Mengingat kemarin ia jalan dengan Mark, membuat teringat kejadian ia makan sosis. Kejadian yang memalukan. Untung Mark tidak membahas hal itu, tapi ia masih merasa malu jika ingat itu. Tanpa sadar pipinya terasa panas.

“Kenapa muka lo mendadak merah?! Kayanya kencan kemarin berkesan sekali nih?!”seru Ruby memicingkan mata ke arah Catz. “Ayo cerita dunk!”

“Biasa saja sih. Cuma nonton terus makan.”

“Tapi lo senang kan?!”

“Yah senanglah. Apalagi jalan sama cowok ganteng!”ujar Catz tergelak.

“Dasar!”

“Tapi aneh tidak ya? Selama di mall, banyak cewek yang memperhatikan dia loh. Tapi Mark malah biasa saja. Terkesan cuek dan tidak peduli.”

“Yah bagus dunk. Berarti dia tipe setia dan tidak genit.”Sahut Ruby.

“Masa sih?!”

“Kenapa?”tanya Ruby menaikkan alis genit. “Lo cemburu ya?!”

“Ih apa sih?!”ujar Catz menepuk pundak Ruby yang tertawa.

“Intinya lo senang kan dengan perjodohan dari mama lo?!”

“Sejauh ini sih enjoy. Karena cowoknya ganteng.”tukas Catz tertawa. “Cuma gue tidak tahu bagaimana ke depannya. Bagaimana perasaan dia ke gue nanti.”

“Yah jalani dulu saja. Mana tahu kalian jadi dekat dan cocok.”

“Yah doakan saja begitu. Jadi gue sudah ada jawaban sekarang kalau di tanya sudah punya pacar belum, kapan menikah?!”ucap Catz tertawa.

Ruby ikut tertawa. “Sudah yuk, kita balik ke kantor! Bentar lagi bel berbunyi!”

Catz berdecak. “Memangnya anak sekolah kali pakai bel berbunyi!”

“Pulang makan bakso lagi?!”tanya Ruby sambil berjalan keluar warteg dan kembali menuju gedung kantor.

“Wah jangan dulu deh. Mama gue bisa protes.”

Ruby tertawa. “Kirain lo mau makan lagi.”

“Gue sih mau saja. Tapi nanti mama gue marah. Lagipula hari ini mama gue masak ayam goreng mentega. Jadi gue mesti siapkan perut kosong!”

“Dasar tukang makan. Kalau begitu sampai jumpa besok ya!”

“Sip! Bye, Ruby!”

Catz kembali ke ruang kerjanya. Ia melihat teman-temannya sudah mulai sibuk bekerja. Catz langsung menyalakan komputer dan meneruskan pekerjaannya sebelum jam makan siang tadi.

Gadis itu terus berkutat depan layar. Ruangan kerja hanya terdengar suara ketikan keyboard miliknya dan tim lain. Semua teman kerjanya fokus dengan pekerjaan mereka di awal bulan. Closingan tiap bulan mereka harus segera selesai dan di Kirim ke atasan mereka untuk di proses lebih lanjut. Tak jarang tim mereka sering kerja lembur jika closingan belum selesai.

“Catz, laporan kamu sudah beres?”tanya Desi.

“Belum, bu! Tapi aku usahakan selesai sore ini ya, bu!”sahut Catz sambil masih mengetik.

“Baik. Di tunggu ya. Segera email kalau sudah selesai dan di periksa ulang.”

“Siap, bu!”

“Kalau kamu bagaimana, Jes?!”

“Masih ada kurang data sedikit. Aku lagi menunggu kiriman data dari cabang. Kayanya laporanku baru bisa selesai besok deh!”

“Tetap kejar data dari cabang ya! Jangan terlalu lama.”pinta Desi.

“Siap, bu!”

“Kalian sudah kaya pasukan saja dari tadi bilang siap bu siap bu!”kata Desi tertawa.

“Siap bu!”sahut Catz dan Jessi bersamaan sambil tergelak.


———


Catz meluruskan tangan lalu meregangkan badan. Ia merasa pegal karena terus menatap layar komputer dan mengetik. Catz memiringkan kepala ke kanan dan kiri sambil memijat bahunya. Catz mengintip dari komputernya. Melihat teman satu timnya masih sibuk bekerja. Sebenarnya pekerjaan ia sudah selesai dari tadi. Tapi ia ingin rehat sebentar sebelum kembali memeriksa laporannya.

Catz baru sadar ia belum melihat ponselnya lagi. Dibuka laci lalu mengambil benda pipih tersebut. Ia melihat ada notifikasi pesan di layarnya. Catz membuka kunci ponselnya dan membaca pesan yang masuk.

Matanya melebar melihat pesan dari Mark. Ia merasa tidak menyangka sekaligus bahagia mendapat pesan dari pria itu. Sambil tersenyum kecil, ia membuka chat dengan Mark.

Mark : mau gue jemput pulang hari ini?

Catz menutup mulut untuk menahan pekikannya. Mark mengajakku pulang, jeritnya. Padahal mereka masih saling mengenal tapi pria itu sudah berniat menjemputnya. Duh, sudah kaya lagi pacaran saja, katanya dalam hati sambil memegang pipinya. Catz mengetik membalas pesan Mark.

Catz : tidak perlu. Hari ini gue pulang agak malam.

Mark : oooo oke.

Catz : thanks atas ajakannya. Mungkin lain kali. Lo lagi tidak sibuk nih?!

Mark : lanjut kerja di rumah.

Catz : oh jadi lo sudah mau pulang ya?

Mark : ya, makanya gue ajak lo pulang kalau mau.

Catz : gue masih lama. Mau cek file dulu baru pulang.

Mark : oh oke, hati-hati di jalan. Kalau begitu gue mau siap-siap pulang dulu ya!

Catz : oke, hati-hati juga ya

Mark : thanks



Catz menunduk lalu menutup mulut dan terkekeh pelan. Sungguh, ia merasa seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta. Rasanya bahagia bisa bertukar pesan dengan Mark barusan. Catz sama sekali tidak menduga pria itu akan mengiriminya pesan duluan. Dan menawarinya pulang bersama.

Catz kembali menegakkan tubuh. “Ayo lanjut kerja biar bisa pulang!”gumamnya sambil melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam enam sore. Jarinya meraih mouse dan mengklik file untuk di buka. Lalu matanya kembali mengamati hasil kerjaannya dari pagi.

“Data dari cabang sudah dapat, Jes?”tanya Desi dari meja kerjanya.

“Baru dapat, bu. Kayanya closinganku baru beres besok nih! Banyak yang mesti di olah dulu.”

“Ya sudah. Usahakan besok sudah beres ya. Bu Yenny sudah nanyain laporan nih. Kalau kamu bagaimana, Catz?!”

“Sudah beres, bu. Sudah aku cek lagi juga.”

“Oke! Langsung kirim email ya!”

“Siap, bu!”sahut Catz membuat Desi kembali tertawa. Catz segera membuka email kantor dan mengirim file hasil pekerjaannya. “Sudah ya bu.”

“Sip, thanks ya, Catz! Kalau mau pulang tidak apa-apa.”

“Kalau aku lanjut di rumah boleh, bu?!”pinta Jessi.

“Ya sudah. Daripada kamu pulang malam. Aku juga mau bawa pulang sih.”

“Ah terima kasih bu!”tukas Jessi semangat. Ia langsung mencopy data yang dibutuhkan sambil merapikan tas dan mejanya.

Catz pun ikut membereskan barangnya. Mematikan komputer. “Aku pulang duluan ya!”

“Iya, thanks ya, Catz!”sahut Desi.

“Eh tunggu gue, Catz!”Seru Jessi.

“Siap, Jes!”sahut Catz tertawa.

“Enak lo kerjaan closing sudah beres.”ujar Jessi ketika mereka berjalan keluar kantor yang sudah mulai sepi karena sebagian besar karyawan sudah pulang.

“Harusnya lo juga sudah beres kali kalau tidak menunggu data dari cabang.”

“Iya nih. Dari cabang ada laporan yang terlambat makanya mereka baru mengirim tadi sore.”tukas Jessi sambil memencet tombol lift.

“Besok juga pasti beres. Kerja lo kan cepat, Jess. Ayo semangat!”ucap Catz menepuk bahu temannya.

“Lo pulang sendiri?!”tanya Jessi sambil masuk ke dalam lift.

“Iya. Ruby mesti lembur juga. Kantor dia tidak seperti kita yang bisa bawa pulang dan lanjut kerja di rumah.”

“Iya ya. Kasihan kalau harus pulang malam-malam begitu.”

“Begitulah nasib jadi bawahan. Untungnya Ruby bawa motor sendiri kan.”

“Lo mau ikut gue pulang?”ajak Jessi.

“Ke rumah lo?!”

Jessi tergelak. “Gue antar lo pulang ke rumah lo, cantik!”

Catz tertawa. “Tidak usah. Lo kan masih ada banyak kerjaan di rumah nanti. Gue naik ojek online juga tidak masalah.”

“Yakin?!”tanya Jessi sambil keluar dari lift.

“Yakin. Lagipula sekarang masih jam tujuh.”

“Ya sudah gue pulang dulu ya! Hati-hati, Catz!”

“Iya, thank you! Lo juga hati-hati ya!”seru Catz melambaikan tangan ke arah Jessi yang berjalan menuju parkiran.

Catz berdiri di lobi. Sudah jam tujuh malam, tapi masih terlihat beberapa orang yang berada di lobi. Ia mengambil ponsel dari dalam tas. Membuka aplikasi ojek online ketika mendengar suara yang ia kenal.

“Hai Catz!”

Catz menoleh. “Mark?!”serunya kaget. “Kok lo bisa ada di sini??”

“Gue jemput lo.”

Catz melongo. “Bukannya tadi lo bilang mau pulang?!”

“Iya. Pulang sekalian jemput lo.”

“Tahu dari mana kantor gue di sini?!”

Mark hanya diam tersenyum.

“Pasti dari mama gue ya?!”tebak Catz.

“Yuk pulang!”ajak Mark berjalan lebih dulu.

“Eh tunggu dulu!”seru Catz bergegas memasukkan ponsel ke dalam tas dan menyusul Mark sudah jauh di depannya. Ia nyaris berlari agar bisa mengimbangi langkah kaki pria itu. Napasnya terengah ketika berhasil menyusulnya.

“Kenapa lo kaya kecapekan begitu?! Kaya habis lari saja.”Ujar Mark dengan nada bingung.

Catz berdecak sebal. “Lo jalannya cepat banget, jadi gue terpaksa lari biar bisa nyusul lo.”

“Bukannya bilang. Gue bisa jalan pelan kalau lo bilang tadi.”ujar Mark mulai memperlambat langkah kakinya.

“Ih bagaimana gue bisa bilang kalau lo langsung jalan cepat kaya tadi?!”protes Catz kesal. “Badan gue kan tidak tinggi kaya lo!”

Mark terkekeh. “Iya maaf deh. Gue kebiasaan jalan cepat.”

Catz hanya mendengus lalu mengikuti langkah kaki Mark yang mencari mobilnya. Ia berhenti dan memperhatikan Mark yang mendekati sebuah mobil berwarna putih. Dahinya berkerut bingung.

“Kenapa lo diam di sana?!”tanya Mark.

“Ini mobil lo?”

“Iyalah. Masa mobil orang lain?! Ayo masuk!”

Catz menggaruk dahinya dengan bingung. Ia mendekat dan hendak masuk. “Bukannya kemarin lo pakai mobil berwarna hitam ya?!”

“Oh gue ganti mobil.”

“Hah?!”sahut Catz bingung dan kaget. Ucapannya terhenti karena Mark menutup pintu mobil lalu berjalan memutar untuk duduk di kursi pengemudi. Ia sangat bingung dengan tingkah Mark. Untuk apa dia ganti mobil? Mobil yang kemarin masih sangat bagus.

“Mobil yang kemarin kuberikan pada adikku. Jadi gue beli lagi.”

Catz menoleh padanya. Begitu entengnya pria itu bisa membeli mobil baru. Ia yakin harga mobil ini pasti mahal. Catz tahu bahwa mobil baru Mark ini memang model terbaru dengan harga yang lumayan tinggi. “Oh begitu…”sahutnya masih takjub.

“Lo sudah makan?”tanya Mark sambil mengemudi mobilnya keluar area gedung kantor Catz.

“Belum.”

“Mau makan dulu?”

“Tidak usah. Mamaku masak di rumah. Bagaimana kalau lo ikut makan di rumah gue saja sekalian?”tanya Catz. “Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena lo sudah jemput gue.”

“Oke!”

“Maaf ya, mama gue jadi merepotkan lo. Harusnya kan dari tadi lo sudah ada di rumah.”

“Tidak apa.”

“Tadi sudah lama nunggu di lobi?!”

“Bentar kok. Cuma nunggu lima belas menit.”

“Lima belas menit juga lumayan. Bukannya kasih tahu saja kalau sudah sampai.”ujar Catz.

“Tidak apa. Gue sudah biasa nunggu. Kadang klienku bisa sampai berjam-jam.”tukas Mark.

Terdengar suara Ponsel berbunyi. Catz menyadari itu bukan miliknya karena nada dering yang berbeda. Ia melihat Mark meraih ponsel dari dashboard mobil. Melihat nama yang tertera di layar. Mark tidak menjawab panggilan ponselnya. Pria itu malah menaruh lagi ponselnya di dashboard dengan posisi terbalik. Ponsel itu terus berbunyi hingga akhirnya mati.

Mark menarik napas dan kembali menyetir. Tak lama ponselnya kembali berbunyi. Catz melihat Sepertinya Mark tidak akan menjawab telepon itu. Pria itu tetap fokus mengemudi mobil. Wajahnya pun tampak dingin.

“Lo tidak mau menjawab telepon itu?”tanya Catz ketika ponselnya berbunyi untuk ke tiga kali.

“Tidak.”sahut Mark dengan nada datar.

“Tapi, Sepertinya penting, karena dari tadi bunyi terus kan. Lo bisa menepi dulu untuk jawab telepon itu.”ujar Catz.

“Tidak perlu.”gumam Mark ketus.

Catz menyadari perubahan sikap Mark. Mendadak pria itu tampak dingin dan seperti tegang. Ia tidak tahu siapa yang menghubungi Mark hingga membuatnya jadi berbeda. Catz memilih diam selama perjalanan. Untungnya jalanan tidak begitu ramai dan macet malam ini.

Catz menarik napas lega ketika keluar dari mobil. Ia melirik Mark yang masih tampak kaku. “Yuk masuk!”ajaknya. Mark hanya mengangguk mengikuti langkah kaki Catz.

Catz membuka pintu dan mendengar suara TV dari ruang tamu. Ia mengganti sepatu kerja dengan sandal santai. “Mama!”panggilnya. “Anakmu pulang!”

“Iya mama di sini!”sahut Rose. “Eh ada Mark?!”

“Tidak usah kaget begitu ah ma. Kan mama yang kasih bocoran kantor Catz.”

“Kamu ya! Kan mama khawatir kalau kamu pulang malam-malam! Sudah sana cuci tangan dulu lalu makan.”pinta Rose. “Kamu ikut makan di sini saja ya, Mark?! Ayo duduk dulu!”

“Jadi merepotkan tante.”

“Tidak apa. Ada Catz yang bisa bantu cuci piring.”

“Ih mama, kok aku sudah kaya di anggap pembantu sih!”protes Catz.

“Sekalian belajar mengurus rumah loh. Sudah sana bersih-bersih dulu. Kasihan Mark nunggu lama, nanti dia kelaparan!”

“Iya ma.”sahut Catz. Ia melangkah ke arah tempat cuci tangan. Membersihkan tangan sambil tersenyum kecil mendengar percakapan Rose dengan Mark. Mamanya begitu semangat melihat kedatangan Mark. Selesai cuci tangan, Catz berinisiatif membuatkan minuman untuk Mark. Ia langsung ke dapur dan membuat teh. Lalu membawa ke arah ruang tamu.

“Kalian bicara apa sih? Seru sekali kayanya.”ujar Catz duduk sambil menaruh cangkir di depan Mark.

“Mama tidak dibikinin juga?!”tanya Rose.

“Ups…mama mau juga?!”sahut Catz.

Rose berdecak. “Masa kamu tidak bikin untuk mama juga?!”

“Maaf ma, kirain mama tidak mau. Biasanya kan Mama mengurangi kafein kalau sudah malam.”

“Ya sudah. Lebih baik kita makan dulu saja. Biar Mark tidak pulang kemalaman juga. Kasihan tiap hari dia lembur terus!”

“Kan mama juga yang minta Mark jemput aku. Padahal aku pulang sendiri juga tidak apa-apa ma.”

“Tidak apa. Aku tidak masalah kalau harus jemput kamu. Daripada kamu pulang sendiri, bahaya juga.”ujar Mark.

“Mark benar. Kamu kan gadis. Bahaya kalau pulang sendirian naik kendaraan umum.”

“Iya deh. Ya sudah ayo makan. Aku juga sudah lapar ma! Yuk, kita makan dulu, Mark!”

“Oke!”sahut Mark beranjak berdiri dan melangkah menuju meja makan. “Tidak apa-apa kita makan duluan tanpa menunggu om dan kakak Catz?”

“Tidak apa. Kamu makan berdua saja dulu sama Catz. Biar kamu bisa pulang dan rehat loh. Kemarin malam kamu kerja sampai malam kan?!”

“Benar apa kata mama gue?”tanya Catz ketika mereka makan berdua dan Rose pergi ke ruang tamu lagi.

“Apanya?”tanya Mark sambil menyuap sesendok nasi.

“Kalau lo kerja sampai malam kemarin?”

“He eh…”

“Duh maaf ya gue jadi merepotkan lo karena harus jemput gue dulu.”ujar Catz merasa tidak enak.

“Tidak apa.”sahut Mark.

Catz mendengar suara bunyi ponsel. Ia melihat Mark mengambil benda pipih itu dari kantung celananya. Manik biru itu tampak melebar membaca nama di layar. Tapi ia tidak menjawab panggilan telepon. Mark memasukkan kembali ke dalam kantung. Dan wajahnya kembali tampak tertekan.

“Angkat saja. Jangan-jangan yang dari tadi bunyi di mobil ya?! Kalau penting, jawab saja tidak apa-apa. Gue menyingkir dulu deh biar tidak ganggu.”ujar Catz hendak beranjak bangun.

“Tidak perlu!”sergah Mark dengan suara keras. Membuat Catz kaget dan terdiam. Mark menarik napas. “Tidak perlu gue jawab. Tidak penting.”

Catz terduduk perlahan. Ia masih kaget dengan respon Mark. “Oke…”sahutnya.

Suasana menjadi canggung ketika mereka melanjutkan makan. Tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara denting peralatan makan. Catz merasa penasaran mengapa Mark tidak mau menjawab panggilan teleponnya. Dan setiap melihat siapa peneleponnya, sikapnya berubah menjadi dingin.

“Maaf ya tadi gue agak kasar.”gumam Mark.

“Tidak apa.”sahut Catz tersenyum kecil.

“Kurasa gue pulang sekarang saja. Terima kasih ya untuk makan malamnya.”

Catz mengangguk. “Tidak mau nambah?!”

“Tidak. Gue sudah kenyang.”ujar Mark menepuk perutnya. Lalu ia berdiri sambil membawa piring.

“Eh lo mau apa?!”

“Mau cuci piring ini.”

“Tidak usah. Biar gue saja. Kan mama gue tadi bilang supaya gue belajar urus rumah.”tukas Catz terkekeh.

“Ah Jadi Lo sudah siap berumah tangga nih?!”goda Mark.

“Bukan begitu!”seru Catz merona. “Lo kan tamu di sini. Sudah taruh saja piringnya, nanti gue yang cuci!”

“Baiklah, thanks ya! Jadi bikin lo repot.”ujar Mark tersenyum sambil menaruh kembali piring di atas meja makan.

Catz merasa detak jantungnya berpacu lebih cepat melihat lesung pipi Mark muncul kembali. Duh ganteng amat sih lo, batinnya. “Tidak apa. Gue juga kan sudah bikin lo repot karena harus antar gue.”sahutnya tersenyum kecil.

“Ma, Mark sudah mau pulang.”kata Catz hendak mengantar pria itu keluar rumah.

Rose menoleh dari buku yang sedang ia baca. Wajahnya mendongak dan tersenyum. “Oh kamu sudah mau pulang?!”

“Iya tante. Biar Catz juga bisa rehat. Terima kasih atas makan malamnya, tante.”

“Iya tidak apa. Salam buat mamamu ya. Hati-hati di jalan!”

“Iya, tante, saya pulang dulu.”

Rose mengangguk. Memandangi putrinya yang mengantar Mark sambil tersenyum.






Bersambung...

Happy reading. Semoga suka sama cerita baruku ya 🙏
Jangan lupa like sama komen nya
Thank you
























I Lay My Love on YouWhere stories live. Discover now